Arsitek Yori Antar (56) membuktikan kecintaannya pada Indonesia dengan merancang sejumlah ruang terbuka hijau di Jakarta. Bagi dia, ruang terbuka berarti melestarikan budaya asli masyarakat Indonesia sebagai masyarakat luar ruang.
Budaya tradisional masyarakat di segala penjuru Tanah Air adalah budaya lisan, bukan budaya tulisan seperti yang dibawa kaum kolonial. Hal itu didorong oleh kondisi iklim Indonesia yang tropis. Lisan berarti mengobrol, dan hal itu hanya bisa terjadi lewat tatap muka dengan orang di luar rumah.
”Kalau kita tidak punya banyak ruang terbuka, kita akhirnya lebih banyak numplek di dalam, kita tidak tahu tetangga kita, tidak bisa bersosialisasi. Orang Indonesia adalah orang yang ramah karena mereka senang ngobrol,” tutur Yori, Kamis (26/7/2018). Inilah yang membuat orang Indonesia pada hakikatnya adalah masyarakat luar ruang.
Yori aktif terlibat mengarsiteki pembangunan ruang-ruang publik di Jakarta, di antaranya belasan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) semasa kepemimpinan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama—termasuk RPTRA Kalijodo yang legendaris—serta revitalisasi Lapangan Banteng di Jakarta Pusat, yang diresmikan Gubernur Anies Baswedan, Rabu (25/7/2018).
Menurut Yori, tantangan besarnya adalah memelihara keutuhan ruang publik agar tidak terbengkalai seperti yang sudah dialami RPTRA Kalijodo. ”Mengelolanya harus dengan hati,” katanya.