Pemain film Dennis Adhiswara (35) terkenang pada permainan ketika ia menemukan aneka jenis permainan di atas papan (boardgame) masa kini yang terlihat lebih modern. Ia ingat, ketika Kelas 1 SD, ia mendapat boardgame pertama dari orangtuanya, yakni ular tangga bertema ghostbusters.
“Tapi anehnya, baru di usia 25 tahun, saya mulai mengoleksi boardgame. Mahlum saja hingga pertengahan tahun 2000-an, boardgame masih sangat langka dan mahal di Indonesia, bisa di atas Rp 500.000-an. Perlu nabung (untuk membelinya),” kata Dennis yang dihubungi di Jakarta, Rabu (11/4/2018).
Pada tahun 2009-2013, ia mulai bertemu dengan beberapa komunitas boardgame. Ia bercerita tentang sebuah tempat bermain boardgame di Kota Solo, Jawa Tengah yang asyik. Ia juga menemukan beberapa restoran dan kafe yang mulai menyediakan fasilitas boardgame untuk pengunjungnya. Seiring waktu, pemain boardgame di Indonesia semakin banyak. Pada 2014 juga muncul sejumlah kreator boardgame lokal.
Sejak itulah, Dennis sering mengoleksi boardgame lokal seperti Mahardhika, Laga Jakarta, dan Celebes. Sejauh ini, Dennis sudah memiliki sekitar 40 boardgame, tabletop game, dan kartu permainan dari seluruh dunia.
“Boardgame adalah aktivitas otak yang sehat, tanpa harus melibatkan gadget, menghabiskan data wifi dan listrik, sehingga kita bisa lebih fokus dalam permainan. Selain itu, kita juga bertatap muka dengan pemain lain. Tanpa sadar, saya juga mengasah kemampuan negosiasi, leadership, dan kecepatan berpikir lewat boardgame,” ujar Dennis yang memiliki favorit personal Dungeons and Dragons, Werewolf, Catan, dan Monopoli.
Karena hobi main boardgame, Dennis bersama teman-teman di kantornya sempat membuat acara Youtube bernama Gambreng yang menceritakan asyiknya bermain boardgame beramai-ramai. Pokoknya, kata Dennis, mangan ora mangan, boardgame (makan tidak makan, tetap main boardgame).