Berkenalan dengan Sensasi MX-5 dan CX-3
Sejak distribusinya di Indonesia diambil alih PT Eurokars Motor Indonesia, Mazda langsung menggebrak dengan meluncurkan lima model baru di pasar Tanah Air, 14 Maret lalu. Ini tentu saja kabar gembira bagi pencinta merek mobil asal Hiroshima, Jepang, ini.
Lima model tersebut adalah Mazda 6 Estate, Mazda 5, Mazda 3 Hatchback, Mazda CX-3, dan Mazda MX-5.
Dari lima model baru ini, Mazda CX-3 dan Mazda MX-5 menjadi dua model yang paling menggoda. Itu sebabnya saat mendapat kesempatan istimewa buat kendara perdana (first drive) dua model ini, Kompas tidak menyia-nyiakan.
Rabu (12/4) lalu, kami berkendara menembus kemacetan hingga ke kawasan pergudangan di Cakung, Jakarta Utara. Maklum, semua model baru ini belum mendapat nomor polisi resmi sehingga belum bisa dicoba di jalanan biasa.
"Dicoba saja muter-muter di wilayah gudang, kan luas banget, tuh," demikian kata Fedy Dwi Parileksono, Public Relations Head PT Eurokars Motor Indonesia (EMI), yang langsung kami iyakan.
Di kawasan gudang terbuka (open yard) itu, sudah berjejer rapi 1 Mazda MX-5 dan 1 Mazda CX-3. Semuanya berwarna merah menyala metalik, warna "kebangsaan" tipe-tipe terbaru Mazda saat ini.
Panas terik sinar matahari yang memanggang gudang terbuka itu tak menyurutkan kami. Tentu saja yang kami pilih pertama adalah MX-5. Mobil sport dua pintu berukuran mungil ini memang sangat menggoda karena berbagai alasan.
Legenda hidup
Yang pertama, mobil yang disebut Miata di pasar Amerika Utara ini adalah sebuah legenda hidup Mazda. Sejak diluncurkan pertama kali pada 1989, MX-5 mencatat rekor sebagai mobil sport terlaris di dunia dengan total penjualan mencapai lebih dari 1 juta unit di seluruh dunia.
MX-5 yang kini hadir adalah generasi keempat dengan kode model ND. Dua majalah otomotif prestisius dunia, Car and Driver dari AS dan Top Gear asal Inggris, secara terang-terangan memuji mobil ini. Car and Driver bahkan memberi lima bintang atau skor terbaik, sementara Top Gear memberi nilai 9 dalam skala 0-10.
Alasan kedua, tampilan mobil ini memang sangat menggoda. Dengan lampu depan yang sipit, dua gundukan rumah roda di bagian moncongnya, atap kanvas (soft top) yang bisa dibuka, dan buritannya yang simpel tetapi berkarakter.
Dengan panjang 3.915 milimeter (mm), lebar 1.735 mm, dan tinggi 1.235 mm, mobil ini memang mungil. Bahkan, saat model mobil lain selalu tumbuh makin besar setiap muncul versi barunya, MX-5 ini melawan tren itu. Versi ND ini lebih kecil dimensinya dibandingkan generasi sebelumnya, versi NC.
Begitu masuk kabin, kesan pertama yang muncul adalah kabin ini sangat sempit dan tampilannya sangat sederhana. Terkesan perancangnya memang ingin menonjolkan fungsi daripada kosmetik. Lampu kabin di atas kaca spion tengah, misalnya, bentuknya mirip lampu kabin di mobil-mobil pikap zaman dulu: kotak, kecil, dan rata, dengan tuas sederhana untuk menyalakan dan mematikan.
Semua instrumen juga masih menggunakan jarum analog. Tak ada head-up display yang kini sudah lazim disematkan pada mobil-mobil sport. Bahkan, laci di dasbor pun tiada.
Namun, sesungguhnya, inilah nilai tambah MX-5. Sejak kehadiran pertamanya seperempat abad silam, MX-5 atau Miata dirancang untuk menghadirkan sebuah kenikmatan berkendara murni, seperti pada mobil-mobil roadster era 1940-1950-an. Kenikmatan yang telanjang apa adanya (raw), tanpa banyak basa-basi.
Meski mesin dan sasis serta suspensinya sudah mengadopsi teknologi Skyactiv andalan Mazda saat ini, MX-5 ini tetap tampil bersahaja. Bahkan, mesin 4 silinder berkapasitas 2.0 liternya pun dibiarkan "telanjang", tanpa ada penutup dari plastik yang lazim ditemui di hampir semua mobil produksi massal saat ini.
Atap kanvasnya juga masih dibuka-tutup secara manual. Tak ada mesin elektrik yang membantu membuka tutup atap warna hitam ini. Meski demikian, prosesnya pun sangat sederhana dan mudah.
Namun, apa artinya tampilan tanpa performa pengendaraan sesungguhnya? Itu sebabnya tombol start langsung ditekan, dan mesin MX-5 ini pun menderum lembut.
Sistem audio besutan Bose pun diaktifkan, menghadirkan suara yang cukup nyaman di telinga. Tuas transmisi berbentuk bulat langsung digeser ke posisi D, dan transmisi otomatis 6 percepatan ini langsung bekerja menyalurkan tenaga mesin ke roda belakang.
Hanya dalam tempo beberapa detik sejak mobil beranjak, seluruh indra tubuh seolah sudah menyatu dengan mobil ini. Mengendarai MX-5 bagaikan mengenakan kaus oblong yang paling pas dan nyaman di tubuh, semua serba pas dan presisi.
Tentu saja tak banyak yang bisa dilakukan di arena gudang berlantai paving block kasar itu. Namun, dari pengetesan singkat ini, terasa bagaimana misi utama perancang MX-5 telah tercapai, yakni mobil yang sangat menyenangkan untuk dikendarai.
Tak sabar rasanya segera menjajal mobil ini di jalan raya yang sesungguhnya dengan rute berkelak-kelok. Pasti akan sangat menyenangkan mengajak MX-5 "menari" di jalanan.
Lebih nyaman
Seusai istirahat makan siang, kami masuk ke kabin CX-3, SUV terkecil di keluarga Mazda. Bahkan, lebih tepat menyebut mobil ini sebagai sebuah crossover, persilangan mobil hatchback dan SUV.
CX-3 ini dipasarkan di Indonesia dengan dua varian, yakni Touring (dibanderol Rp 388 juta on the road di Jakarta) dan Grand Touring (Rp 435 juta on the road Jakarta). Tak ada emblem atau tulisan di bodi yang membedakan dua varian ini.
Namun, dari kelengkapan pada mobil yang kami coba, kami meyakini ini adalah varian tertinggi Grand Touring. Itu terlihat dari adanya kelengkapan, seperti sunroof, head up display, jok kulit dua warna (two tone) dan menggunakan dua jenis kulit, kulit biasa dan kulit suede yang lembut, serta berbagai fitur peringatan elektronik, seperti rear cross traffic alert (RCTA), lane departure warning system (LDWS), dan sistem blind spot monitoring (BSM).
Dengan segala kelengkapan ini, berada di dalam kabin CX-3 terasa lebih nyaman dibandingkan dengan di kabin MX-5. Saat tuas persneling dimasukkan ke posisi D, mobil pun melaju dengan mulus. Bantingan suspensinya terasa lembut dan nyaman.
Meski demikian, sensasi jinbai-ittai khas Mazda, yakni filosofi penunggang kuda yang menyatu dengan kudanya, tak hilang dari CX-3 ini. Setir dan pergerakan bodinya sangat presisi untuk berbagai kondisi jalan.
Saat diajak berputar-putar di kawasan gudang tersebut, terlihat di salah satu sudut gudang sudah berjejer rapi sejumlah CX-3 ini. Yang menandakan, tak lama lagi para pembelinya sudah bisa langsung menikmati crossover terbaru Mazda ini.
Namun, seperti juga pada MX-5, kurang afdol rasanya sebelum menjajal CX-3 ini di medan jalanan sesungguhnya di Indonesia. (DHF)