Jalur Masuk PTN Pengaruhi Pengalaman Mahasiswa
Para calon mahasiswa mengupayakan lolos PTN melalui jalur rapor karena biaya lebih terjangkau dan tak perlu tes tulis.
Setiap tahun, pemerintah mengadakan dua seleksi nasional bagi calon mahasiswa perguruan tinggi negeri (PTN): jalur rapor dan tes tertulis. Selain itu, terdapat juga jalur mandiri yang diadakan oleh setiap PTN. Perbedaan jalur masuk tersebut membuat mahasiswa PTN di Indonesia mengalami perkuliahan yang berbeda-beda pula.
Perbedaan jalur masuk ini dialami antara lain oleh Sekar Innasprila (21). Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) angkatan 2020 ini telah dua kali mengikuti seleksi masuk PTN.
Seleksi pertama Sekar tempuh pada tahun 2020 adalah jalur Prestasi dan Pemerataan Kesempatan Belajar (PPKB) Universitas Indonesia. Seleksi PPKB merupakan jalur mandiri masuk UI berbasis nilai rapor. Ia mengikuti seleksi tersebut dan berhasil lolos di FHUI kelas paralel.
Supaya bisa lolos jalur rapor, jangan malas cari tahu passing gradesekolah kita, atau para kakak kelas sebelumnya banyak yang lolos di kampus mana. Jangan malas mencari informasi.
Di UI, kelas paralel merupakan kelas khusus yang hanya membuka pendaftaran mahasiswa lewat jalur mandiri seperti PPKB. Seperti PTN lainnya, UI juga menetapkan biaya kuliah yang lebih tinggi untuk mahasiswa jalur mandiri daripada mahasiswa jalur seleksi nasional. Oleh karena itu, saat Sekar menerima pengumuman, ia sempat mengalami dilema lantaran biaya kuliah yang relatif jauh lebih mahal. “Bahkan, kalau dihitung-hitung, (uang kuliah tunggal) kelas paralel setara universitas-universitas swasta, seperti Universitas Pancasila atau Tarumanegara,” ungkapnya, Selasa (16/4/2024).
Karena pertimbangan ini, pada 2021, Sekar mencoba mengikuti seleksi nasional tes tertulis atau Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), yang kini bernama Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT). Ia kembali diterima di fakultas dan universitas yang sama. Adapun mahasiswa yang lolos seleksi nasional berada di kelas reguler selama perkuliahan.
Baca juga: Anak Muda, Tabungan, dan ”Self-Reward”
Daniswara Fitria (19), mahasiswi semester IV Jurusan Ekonomi Islam Universitas Padjadjaran, juga merupakan mahasiswa yang lolos masuk PTN melalui jalur mandiri. Seperti Sekar, Danis mengatakan, uang kuliah yang harus dikeluarkan di awal bagi mahasiswa jalur mandiri cukup besar. Namun, ia tetap bersyukur dapat masuk PTN impian.
Perjuangan Danis untuk lolos PTN pun bukan tanpa rintangan. Sebelum itu, ia telah mencoba peruntungan lewat jalur rapor atau Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), yang sekarang disebut Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). Namun, ia belum berhasil.
Tak lantas menyerah, ia kembali mengejar PTN melalui jalur tes tulis dan jalur mandiri. Selama proses belajar pun, ia tidak ikut les atau lembaga bimbingan belajar apa pun. Selain belajar sendiri, Danis hanya mengandalkan video-video pembelajaran yang tersedia secara daring.
Memilih jalur masuk
Meskipun lolos melalui jalur mandiri, menurut Danis, jalur rapor atau SNBP merupakan jalur yang paling diminati dirinya dan teman-teman. Ia juga menyarankan para calon mahasiswa untuk mengupayakan lolos PTN melalui jalur rapor. Selain karena penetapan uang kuliah yang lebih terjangkau, calon mahasiswa juga tak perlu bersusah payah belajar lagi untuk tes tulis.
”Supaya bisa lolos jalur rapor, jangan malas cari tahu passing grade sekolah kita, atau para kakak kelas sebelumnya banyak yang lolos di kampus mana. Jangan malas mencari informasi,” ujar Danis, Selasa.
Meskipun lebih diminati, lolos melalui jalur SNBP juga tak mudah. Menurut Afdanti Farah (19), persaingan dalam jalur SNBP cukup ketat. Ia merupakan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Negeri Veteran Jakarta (UPNVJ) yang berhasil lolos SNBP pada tahun 2023.
Afdanti bersaing hanya dengan mengandalkan nilai rapor sekolahnya. Selain memperhitungkan nilai rapor, jalur SNBP juga mempertimbangkan sertifikat prestasi akademik dan non-akademik. Semua siswa yang mendapatkan kuota seleksi masih harus bersaing lagi secara nasional untuk mendapatkan jurusan dan kampus impian. ”Susahnya itu, kita tidak tahu rata-rata nilai dari anak sekolah lain yang juga mengambil jurusan dan kampus yang sama. Jadi, rasanya seperti peruntungan,” tutur Afdanti, Rabu (17/4/2024).
Setelah pengumuman penerimaan, perasaan lega luar biasa dirasakannya. Sebab, diterima lewat SNBP artinya Afdani bisa mengajukan keringanan biaya kuliah. Ia mengungkapkan, mahasiswa yang masuk melalui jalur seleksi nasional, SNBT dan SNBP, bisa mendapat potongan biaya kuliah.
Suka duka
Sekar, yang telah merasakan dua kelas berbeda di dalam satu universitas, merasakan beberapa perbedaan signifikan. Setelah menjadi mahasiswa kelas reguler, Sekar merasakan adanya perbedaan uang kuliah yang signifikan dari sebelumnya. Tak seperti saat masih di kelas paralel, ia tidak perlu membayar uang gedung pada awal perkuliahan.
Ia merasa beruntung mengikuti seleksi dua kali. Sebab, ia bisa membayar uang kuliah yang lebih terjangkau.
Begitu pun soal pergaulan. Sekar melihat ada perbedaan yang cukup signifikan. ”Kalau dipikir-pikir lagi, kayaknya gue enggak bisa terlalu ikutin gaya hidup teman-teman di kelas paralel, deh,” ungkapnya.
Baca juga:Kiat Mahasiswa Rantau Melawan Sepi di Bulan Suci
Selama berada di kelas paralel pun, ia tak memiliki banyak teman. Hal ini disebabkan adanya perbedaan gaya hidup. Selain karena lebih suka gaya hidup sederhana, suasana kelas daring saat awal perkuliahan pun tidak mendukung untuk menjalin pertemanan lebih jauh.
Aku lihat di kelasku cukup banyak yang ambisius untuk masuk kuliah. Jadi, begitu di dunia perkuliahan, mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Perbedaan lain yang paling dirasakannya adalah soal jadwal kuliah. Saat pertama mengikuti perkuliahan di kelas paralel, ia tidak terbiasa dengan jadwal kelasnya yang dimulai pada siang hari, sebab ia terbiasa masuk sekolah pada pagi hari saat masih SMA. ”Saat SMA, kan, masuknya jam 06.45, jadi agak kaget waktu kuliah masuk jam satu. Jadi, tubuhnya sudah bangun dari pagi, tapi kuliahnya masih lama,” ungkapnya.
Selain Sekar, Afdanti merasakan pengaruh jalur masuk terhadap kehidupan perkuliahan, terutama dalam hal pembagian kelas. Sebab, kampusnya mengelompokkan kelas mahasiswa berdasarkan seleksi jalur masuk. Kelas 1 merupakan gabungan dari mahasiswa yang masuk melalui jalur seleksi SNBP dan SNBT, sedangkan kelas 2 adalah mahasiswa dari jalur mandiri.
Meski hanya opini pribadinya, ia merasakan perbedaan dari segi pengerjaan tugas kelompok. Ia sebenarnya merasa sedikit beruntung karena berada satu kelas dengan anak-anak yang ia rasa satu visi dengannya. ”Aku lihat di kelasku itu cukup banyak yang ambisius untuk masuk kuliah. Jadi, begitu di dunia perkuliahan, mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan itu,” tutur Afdanti.
Walaupun banyak perbedaan, semua jalur masuk PTN tetaplah jalur yang sah untuk diikuti semua calon mahasiswa. Lolos melalui jalur mana pun, menggapai jurusan dan kampus impian tetaplah sebuah kebanggaan.
-
Tulisan ini hasil kolaborasi dengan mahasiswa magang: Kamila Meilina, mahasiswa Antropologi Sosial Universitas Indonesia, dan Chelsea Anastasia, mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran.