Anak muda menyadari keadaan dunia yang penuh ketidakpastian, terutama kelak saat mereka dewasa. Menabung jadi keharusan.
Oleh
DWI AS SETIANINGSIH
·3 menit baca
Hari-hari ini, anak muda sangat mudah terpapar godaan konsumsi dan gaya hidup serba cepat. Menabung untuk masa depan pun jadi tantangan. Padahal, di masa depan, harga tempat tinggal dan kebutuhan pokok diperkirakan akan semakin mahal.
Menyadari hal itu, Hawraul Insiyyah (21) memupuk hobi menabung sekaligus berinvestasi sejak duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Reksa dana menjadi wadah untuk menabung dan investasi utama yang ia pilih. Kini, setiap bulan, jumlah uang yang ditabung oleh Hawra, demikian sapaannya, sudah berada di kisaran Rp 500.000–Rp 1.000.000.
Meski gemar menabung, tak membuat Hawra menahan diri dari kesenangan. Uang yang ia gunakan untuk jajan merupakan sisa dari uang yang sudah disisihkan untuk ditabung di awal. Sumber tabungannya sebagai mahasiswi pun beragam. Mulai dari gaji magang, menang lomba, menjadi asisten riset dosen, dan sebagainya.
”Kalau uangnya dipakai untuk jajan dulu lalu sisanya ditabung, justru cenderung akan boros,” tutur mahasiswi semester akhir Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia tersebut, Selasa (9/4/2024).
Hawra mengungkapkan, ia memiliki tujuan jangka panjang dalam menabung meski belum tahu tujuan spesifiknya. Yang pasti, ia menyadari keadaan dunia yang penuh ketidakpastian, terutama di masa depan saat dirinya sudah sepenuhnya dewasa. Apalagi, saat ini pun, menurut dia, harga properti di kawasan Jakarta sudah terlampau mahal.
Oleh karena itu, menurut Hawra, sebagai anak muda, penting untuk mempunyai pegangan tabungan sebanyak mungkin dan sedini mungkin. Ia hampir tak pernah menabung untuk tujuan jangka pendek. ”Menurut gue, kalau harus nabung untuk beli yang kita mau, mending hold dulu aja sampai pendapatan kita cukup untuk beli itu tanpa nabung,” katanya.
Berkat sikap wawas diri dalam menabung, Hawra merasa lebih tenang saat bersenang-senang. Misalnya, saat makan enak atau jalan-jalan. Sebab, ia tak perlu khawatir uangnya habis di depan. ”Bagi gue, kalau uang enggak ditabung, tuh, jadi terasa sia-sia sudah susah payah dan kerja keras,” lanjut Hawra.
”Self-reward”
Senada dengan Hawra, Ferda Ria (22) pun tak memungkiri kecenderungan anak muda yang menghabiskan uang untuk self-reward atau menyenangkan diri sendiri. Hal-hal yang menyenangkan diri pun kerap dilakukannya. Biasanya, Ferda melakukan self-reward, seperti makan enak setelah melalui masa yang menantang, seperti pekan ujian semester. Hal ini mendorong Ferda rajin menabung.
Selain self-rewardkecil-kecilan, menonton konser artis K-Pop idolanya juga jadi salah satu tujuannya menabung. Ia merasa, menabung tetap lebih baik dilakukan dengan adanya tujuan. Dengan begitu, semangat untuk menabung akan terus terasa.
”Kalau kita punya tujuan saat menabung, entah untuk jangka pendek atau jangka panjang, otomatis menabungnya bakal konsisten, kok,” tutur mahasiswi Fakultas Hukum di Universitas Lampung itu, Kamis (11/4/2024).
Kalau kita punya tujuan saat menabung, entah untuk jangka pendek atau jangka panjang, otomatis menabungnya bakal konsisten.
Dalam menabung, Ferda memilih untuk menggunakan metode konvensional, yaitu menabung di celengan. Sebab, ia merasa belum tentu bisa berhemat jika tabungannya disimpan di dompet digital. Jadi, ia memilih wadah yang memang tidak bisa dibuka sebelum waktunya.
Meski punya metode yang berbeda, Ferda sependapat dengan Hawra dalam hal siasat menabung. Ketika mendapatkan uang bulanan, Ferda segera menyisihkan untuk tabungan, baru sisanya digunakan untuk keperluan pribadi.
”Meski sudah nabung duluan, jangan lupa tetap bikin catatan pengeluaran. Yang terpenting, tetap mengedepankan kebutuhan primer,” saran Ferda.
Tak hanya Hawra dan Ferda, menabung juga telah menjadi kebiasaan untuk Adinda Rianita Putri (23), lulusan baru Sastra Arab Universitas Padjadjaran. Meski begitu, semasa kuliah selama 3,5 tahun, ia cenderung menabung untuk jangka pendek dan tidak konsisten. Namun, setelah lulus, ia menabung untuk aset, menikah, dan lainnya.
”Karena udah 23 tahun, aku sadar harus prepare lebih baik lagi secara finansial buat masa depan,” tutur Adinda, Kamis (11/4/2024).
Selain itu, Adinda sadar, meski masih muda, ia tak bisa memprediksi keadaan-keadaan tak terduga di masa depan. ”Apalagi kalau udah lulus, nyari kerja ’kan enggak gampang. So, lebih baik udah punya tabungan dari sejak sekolah atau kuliah,” ujarnya.
Mengendalikan gaya hidup
Mengendalikan gaya hidup juga jadi poin penting agar kesehatan finansial anak muda tetap terjaga. Menurut Hawra, perasaan fear of missing out (FOMO) pada anak muda kerap jadi penghambat dalam menabung.
”Enggak masalah punya penampilan yang dianggap biasa atau enggak beli gadget terbaru. Kita masih muda, masih merintis, nanti ada waktunya sendiri,” saran Hawra.