The World of Studio Ghibli and Makoto Shinkai Ajak Anak Muda Mengenal Orkestra
Trinity Youth Symphony Orchestra (Trust) konsisten memperkenalkan musik orkestra, khususnya kepada anak muda.
Oleh
DWI AS SETIANINGSIH
·5 menit baca
Trinity Youth Symphony Orchestra (Trust) konsisten untuk terus memperkenalkan musik orkestra kepada masyarakat, khususnya generasi muda. Kali ini, Trust Orchestra kembali menggelar orkestra bertajuk The Legends 8 Replay: The World of Studio Ghibli and Makoto Shinkai pada Sabtu dan Minggu (9-10/3/2024) di Ciputra Artpreneur Theatre, Jakarta.
Orkestra ini merupakan bagian dari seri The Legends, penampilan seri orisinal dari Trust Orchestra yang selalu mengusung tema yang lekat dengan anak muda. Hal ini sebagaimana misi yang disampaikan Nathania Karina, yang akrab disapa Kak Nia, selaku konduktor dan music director Trust Orchestra.
”Kami berusaha membuat program-program yang juga lebih menarik bagi anak muda karena yang main anak muda, sekaligus memperkenalkan bahwa orkestra itu bisa for everyone,” katanya.
Pada pertunjukan di tahun ke-11 ini, The Legends 8 Replay menghidupkan kembali melodi-melodi ikonis dalam dunia anime: Studio Ghibli dan karya-karya legendaris sutradara Makoto Shinkai. Semua lagu yang dipentaskan telah mengantongi lisensi resmi dan menggunakan official score. Lagu-lagu soundtrack Ghibli hanya mengalami sedikit aransemen. Sementara lagu-lagu dalam film karya Makoto Shinkai, yang sebelumnya didominasi permainan band Radwimps, mengalami banyak aransemen ulang dengan sentuhan orkestra yang khas dari Trust Orchestra.
”Lagu-lagu Makoto Shinkai memang banyak diaransemen yang baru karena, kan, memang lagu-lagu film Makoto Shinkai ini kebanyakan dari Radwimps, yang lagunya dari band. Jadi, memang harus diaransemen secara orkestra,” ungkap Kak Nia.
Sebelumnya, The Legends 8 pernah diselenggarakan dengan membawa tema Ghibli. Tingginya antusiasme penonton mendorong Trust Orchestra untuk kembali mengadakan konser orkestra dengan tema serupa.
Penggabungan soundtrack dari kedua studio animasi legendaris ini merupakan pembaruan tema dari Replay Show The Legends 8. Kak Nia menyampaikan, Trust Orchestra berkomitmen untuk selalu menyajikan sesuatu yang inovatif dan menyegarkan dalam setiap konsernya, termasuk dalam acara The Legends 8 Replay 2024.
”Pada dasarnya kami pengin segala sesuatu itu harus ada nilai kebaruannya karena baik untuk penonton agar bisa nonton lagi dan untuk kami pemain bisa punya tantangan baru,” ujarnya.
Kami berusaha membuat program-program yang lebih menarik bagi anak muda karena yang main anak muda, sekaligus memperkenalkan bahwa orkestra itu bisa ’for everyone’.
Hal itu terbukti dari antusiasme penonton menempati semua kursi dalam empat sesi pertunjukan yang digelar dalam dua hari. Orkestra bertema Ghibli dan Makoto Shinkai sangat dinantikan para penggemarnya, baik yang menyukai orkestra maupun yang baru mulai mencoba menonton orkestra.
Talenta muda
Pada 13 lagu yang dipentaskan, The Legends 8 Replay menggandeng sejumlah solois, mulai dari Hiroaki Kato, Marini Nainggolan, hingga penyanyi cilik Kaneta Clarissa. Orkestra juga diperkaya sentuhan suara merdu dari penyanyi yang lolos dalam audisi Trust Mencari, yakni Monica dan Dionisius Evan.
Dionisius Evan (31) dipercaya membawakan lagu ”One More Time One More Chance”. Lagu dari animasi karya Makoto Shinkai ini menjadi lagu wajib dalam audisi Trust Mencari yang diadakan di akun Instagram Trust Orchestra.
Menurut Evan, lagu tersebut sangat berkesan baginya karena telah didengar sejak tahun 2008. Kala mendapatkan informasi audisi untuk tampil membawakan lagu tersebut dalam The Legends 8 Replay 2024, Evan tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
Pengalaman mengikuti audisi, berlatih, hingga tampil bersama Trust Orchestra dalam The Legends 8 Replay merupakan pengalaman yang sangat berharga baginya. Terutama saat dirinya bernyanyi di atas panggung.
”Saat di atas panggung, gue melihat penonton di situ kayak senyum, gitu. Maksudnya, kayak ada rasa haru, bangga, dan tak bisa diungkapin lewat kata-kata. Ini adalah experience yang gak bisa ditukar ataupun dibeli dengan uang atau apa pun,” ungkap Evan.
Tak hanya tema pertunjukan yang dekat dengan anak muda dan para pemain musik yang juga anak muda, sebagai komunitas, Trust Orchestra pun menjadi wadah bagi anak muda yang mencintai musik untuk bisa menyalurkan hobinya. Selain itu, bisa menjadi jalan anak muda mengenal dunia orkestra.
Kak Nia mengatakan, orkestra yang lekat dengan musik klasik yang membosankan bagi sebagian orang seolah terpatahkan dengan penampilan para pemuda Trust dalam pertunjukannya yang dekat dengan anak muda. Hal ini pun tampak pada antusiasme para penonton yang didominasi Gen Z. Bentuk orkestra The Legends 8 yang ringan dan mudah diterima anak muda rupanya menarik minat mereka yang belum pernah menonton orkestra sebelumnya.
Hal ini seperti yang dirasakan Natasya Rosaria, penonton konser The Legends 8 Replay. Mahasiswa yang akrab disapa Rosa ini mengaku rela mengikuti ticket war di situs web Trust Orchestra karena tertarik dengan tema yang diusung.
”Penasaran juga, sih, soalnya jarang ada orkestra yang bawa soundtrack anime gini. Terlebih, aku suka banget sama Ghibli dan anime-animenya Makoto Shinkai,” kata mahasiswa IPB University ini.
Keunikan konser ini juga dirasakannya saat menonton. Menurut dia, atmosfer konser sangat ceria. Banyak orang menggunakan kostum-kostum unik yang mirip dengan karakter-karakter animasi dalam tema dan sangat jauh dari kesan pertunjukan orkestra yang kuno.
”Lucu, sih, aku notice banget kalau orang-orang di sini dress up sangat niat. Ada yang jadi Ariety, ada yang pakai seragam kayak anime, ada juga anak-anak kecil pakai bando Totoro. Lucu deh,” ujar Rosa sambil memperhatikan penonton yang baru saja bubar dari ruang konser pada Sabtu (9/3/2024).
Di balik pertunjukan yang sukses, terselip kisah kehebohan dari para pemain musik yang terdiri atas anak-anak muda dari berbagai usia dan jenjang sekolah. Salah satunya terkait jadwal keseharian para pemain yang kebanyakan masih bersekolah.
Meski begitu, para pemain selalu antusias dan serius dalam setiap latihan. Semangat ini yang turut menciptakan percikan semangat dalam diri Kak Nia untuk terus berkarya bersama para anak muda.
”Tugas kami adalah bagaimana kami menyediakan wadah yang menarik (bagi anak muda), membuat mereka merasa tertantang, membuat mereka merasa terpanggil bahwa there is something they can do positively,” ujar sang konduktor.
Artikel ini merupakan hasil kolaborasi dengan intern harian Kompas: Kamila Meilina, Mahasiswa Antropologi Sosial Universitas Indonesia