Program magang memberikan manfaat dua arah untuk mahasiswa dan perusahaan. Saat magang, yang masih menjadi tantangan bagi mahasiswa adalah etika kerja.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
Magang memberikan manfaat lebih kepada mahasiswa sebelum betul-betul terjun ke dunia karier. Dari sudut pandang perusahaan, program ini juga memberikan wawasan baru tentang pekerja masa kini. Temuan ini bisa membantu calon pekerja muda untuk menjadi lebih baik, termasuk soal etika kerja.
HR & Learning Development Manager Harian Kompas (Kompas.id) Dinda Richfiela mengatakan, program magang menjadi saluran bagi mahasiswa untuk mempraktikkan teori yang sudah mereka pelajari ataupun hal yang mereka sukai. Selama proses magang berlangsung, mereka juga dapat merasakan seperti apa dinamika dunia kerja, khususnya industri media.
”Mahasiswa juga akan memperoleh koneksi profesional yang belum tentu mereka dapatkan di kampus,” kata Dinda, di Jakarta, Rabu (3/1/2024).
Dinda melanjutkan, dalam program magang di Kompas, mahasiswa juga mendapat mentor selama magang serta pembekalan soal karier seusai magang. Pembekalan karier ini berupa seminar tentang karier dan pemberian tips membuat CV serta memperbaiki aset digital. Bahkan, mahasiswa dengan kinerja baik juga tak jarang mendapat tawaran untuk bekerja setelah lulus.
Selama proses magang berlangsung, mereka juga dapat merasakan seperti apa dinamika dunia kerja, khususnya industri media.
Program magang di Kompas yang berbasis di Jakarta telah berlangsung lama, tetapi semakin rutin sejak 2020. Pembukaan program magang berlangsung tiga kali setahun dengan durasi selama empat bulan. Satu batch bisa menerima 40-50 mahasiswa semester enam ke atas dari kampus di sejumlah daerah, seperti Jabodetabek, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.
Dinda menjelaskan, program magang memberikan manfaat dua arah, baik untuk mahasiswa maupun perusahaan. Mahasiswa juga bisa berkontribusi dalam operasionalisasi perusahaan. Di divisi redaksi, sebagai contoh, hasil liputan mahasiswa yang magang sebagai jurnalis bisa dipakai sebagai konten pemberitaan.
Selama proses magang berlangsung, Dinda mendapati beberapa tantangan adaptasi di dunia kerja yang dialami mahasiswa. Salah satunya soal etika kerja. ”Kalau di organisasi kampus mereka biasa sama teman-teman sebaya. Sedangkan di dunia kerja ada berbagai umur. Kadang mereka lupa untuk menyapa atau lupa lapor kalau, misalnya, tidak bisa hadir atau tidak bisa mengerjakan tugas tepat waktu, jadi mereka terkesan individualis,” ujarnya.
Perusahaan lain yang juga menerapkan program magang ialah Telkomsel. VP People Experience Management Telkomsel Denny Abidin menjelaskan, kesempatan magang di Telkomsel tersedia melalui jalur reguler serta Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) yang terbuka untuk mahasiswa seluruh Indonesia tanpa batas minimal IPK.
”Program magang ini banyak manfaat. Peserta magang mendapat kesempatan untuk belajar dan mengembangkan keterampilan, pengalaman, serta pengetahuan yang dibutuhkan di dunia kerja. Mereka akan belajar bagaimana bekerja di lingkungan profesional, bagaimana bekerja dalam tim, dan bagaimana menghadapi tantangan di industri digital,” kata Denny.
Terkait manfaat bagi para mentor di Telkomsel, Denny melanjutkan, program magang merupakan salah satu cara untuk mengasah kemampuan kepemimpinan mereka. Kehadiran pemagang turut membawa perspektif baru yang memompa kreativitas mentor.
Untuk tahun 2023, Telkomsel menerima total 450 peserta magang. Mereka magang di berbagai kantor Telkomsel yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Proses magang mencakup sistem belajar 70-20-10 agar pemagang mendapat pengalaman dan pembelajaran utuh.
Sistem itu menerapkan 70 persen pengetahuan yang diperoleh lewat pengalaman dalam penugasan proyek sehari-hari dan 20 persen pengetahuan yang diperoleh dari mentor. Selain itu, 10 persen mencakup perolehan pengetahuan yang dilengkapi oleh fasilitas e-learning Telkomsel.
”Tantangan besar dalam melatih mahasiswa adalah menciptakan jembatan kuat antara dunia pendidikan dan realitas di industri. Dunia pendidikan menekankan pada teori dan konsep, sedangkan dunia kerja menekankan pada praktik dan aplikasi. Mahasiswa sering kali belum terbiasa dengan tuntutan dan ritme kerja dunia kerja, terlebih industri digital yang menuntut kelincahan,” ujar Denny.
Psikolog dan konsultan sumber daya manusia (SDM) dari Power Character, Constantine Alfarinda Hygieta, mengatakan, agar bisa beradaptasi baik, mahasiswa perlu mengenali terlebih dulu visi misi, budaya, dan struktur perusahaan atau organisasi tempat magang sebelum melamar. Informasi semacam itu bisa diperoleh mudah lewat internet.
”Namun, etika yang secara umum harus dipegang saat akan magang adalah integritas diri. Seseorang harus memiliki integritas sehingga ketika magang ia bisa menunjukkan sikap disiplin, jujur, tanggung jawab, dan tepat waktu terhadap apa yang dikerjakan,” tutur Tita, sapaan kecilnya.
Tita menambahkan, penampilan dan cara berkomunikasi juga menjadi hal penting saat magang. ”Penampilan rapi, riasan sewajarnya, komunikatif, dan sebagainya akan menunjukkan siapa Anda di tempat Anda magang,” katanya.
Menurut Tita, fenomena mahasiswa berhenti magang karena tidak cocok atau karena ada hal tidak mengenakkan terjadi di tempat magang cukup banyak. Jika sungguh merasa tidak cocok, mahasiswa sebaiknya menyelesaikan tanggung jawab atau mengomunikasikan fakta yang terjadi, baru mengundurkan diri. Bukan kabur begitu saja. Cara ini akan menunjukkan mahasiswa tersebut sebagai pribadi yang profesional.
Pada dasarnya, Tita melanjutkan, pengembangan etika kerja mahasiswa merupakan tanggung jawab semua pihak, baik itu dari personal, kampus, maupun perusahaan. Akan tetapi, Tita melihat, sesungguhnya fondasi etika selalu berawal dari keluarga yang akan memengaruhi seorang individu ketika dewasa nanti.