Shelomita, Musik Klasik dari Salatiga untuk Indonesia
Seorang gadis berbakat mempunyai mimpi besar untuk memasyarakatkan musik klasik kepada semua kalangan. Namanya Shelomita Gasya Amory.
Harapan penerus musik klasik lahir dari Kota Salatiga. Seorang gadis berbakat mempunyai mimpi besar untuk memasyarakatkan musik klasik ke semua kalangan. Musik klasik yang selama ini dianggap memiliki segmen tertentu dan lahir dari kota-kota besar dibuat bergaung dari kota kecil, Salatiga, oleh Shelomita Gasya Amory (14).
Remaja yang akrab dipanggil Shelo itu sudah mantap melangkah untuk menggeluti musik bergenre klasik. Dengan bermodal bakat, ketekunan, dan dukungan dari keluarga, segudang pengalaman dan prestasi vokal dan piano sudah berhasil diraihnya di kancah nasional hingga internasional. Sekurang-kurangnya sudah 12 penghargaan dan 13 proyek dan konser yang telah diikuti oleh pemudi kelahiran Temanggung ini.
Dijumpai di gedung Yamaha Music Center di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta, Senin (18/12/2023), Shelo berpenampilan sederhana nan anggun didampingi oleh ibunya di sela-sela rekaman album bersama pianis dan komponis musik klasik ternama, Ananda Sukarlan.
Shelo dan Ananda total merekam tujuh lagu dari dua album pada hari itu. Rekaman album ini diakui Shelo menjadi pengalaman yang paling berkesan. Sejak lama dirinya mengidolakan sosok Ananda Sukarlan.
Awalnya, ia sering melihat karya-karya Ananda di buku tembang puitik, ia berpendapat bahwa lagu-lagunya unik dan tidak semua orang dapat memainkannya. Dirinya pun merasa tertantang oleh karya-karya Ananda. “Dulu Shelo belajar lagunya Om Ananda, aduh, mati-matian belajarnya sampai nangis-nangis,” ungkapnya.
Tuntas pada hari yang sama proses rekaman Shelo sebagai vokalis. Antara senang, bersemangat dan deg-degan campur aduk dirasakan Shelo saat berkolaborasi dengan sang idola. Katanya, ”Senang banget yang pasti, enggak nyangka bakal nyanyi dan diiringi oleh Om Ananda, komposernya sendiri. Tapi di sisi lain juga agak deg-degan juga.”
Shelo mencintai dunia musik saat dirinya masih di bangku taman kanak-kanak. Berawal dari mendengarkan lagu-lagu lama yang kerap diputar oleh orangtuanya, seperti Sarah Brightman dan Jackie Evancho, membuat dirinya jatuh hati dan ingin mendalami musik. Sejak saat itu orangtuanya melihat potensi bakat yang dimiliki Shelo dan memasukannya dalam kursus vokal saat usianya sekitar 6 tahun.
Ida Ayu Septyana Dompas, ibunda dari Shelo, mengatakan, pada awalnya ia menyangka anak pertamanya tersebut hanya suka bernyanyi seperti anak kecil lainnya. Tetapi lama-kelamaan Septi melihat cara bernyanyi Shelo, seperti penempatan suara yang selalu ke atas. Setelah menjajal berbagai genre musik dan atas rekomendasi beberapa guru musiknya, Septi menemukan potensi bakat anaknya tersebut pada genre musik klasik.
Baca juga: Brigita Diva Amalia Yuliantoro, Ketekunan Si Peterjun Payung
”Saya tidak pernah memaksakan arah Shelo, itu pilihan dia, yang pasti ketika melakukan setiap tahap, Shelo bahagia dan berada di jalan yang benar. Yang membuat saya semakin yakin, dia mau, senang dan kepo,” ujar Septi. ”Sebagai ibu saya berharap dia menemukan apa yang dia mau di hidupnya,” lanjutnya.
Shelo sendiri mempunyai pendapat tentang pilihannya terhadap musik klasik yang mulai ia seriusi sejak 2019 saat usianya menginjak 10 tahun. Musik klasik memiliki karakter yang unik dan berbeda. Tidak semua kalangan mau dan mampu menikmatinya. Bagi generasinya, generasi Z, musik klasik terkesan diremehkan dan dianggap musik yang membosankan.
Namun, menurutnya, musik klasik adalah musik yang asyik jika sudah memahami maknanya. Hal tersebut pula yang membuat dirinya merasa tertantang untuk memperkenalkan serunya musik klasik secara luas di Indonesia, terutama bagi generasinya.
Sejumlah konser dan kompetisi domestik di beberapa kota, seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, dan Bali telah Shelo ikuti dan mayoritas memperoleh hasil baik. Terbaru, pada tahun 2023, ia mendapatkan Juara 1 vokal kategori artis muda Ananda Sukarlan Award 2023.
Ia juga memperoleh penghargaan internasional, seperti First Prize Voice Junior Category London Classical Music Competition dan First Place Fourth Prize Voice Young B Category International Clara Schuman Competition. Pada 27 Januari 2024, ia akan membuat solo resital di kota Salatiga dan akan membawakan salah lagu Ananda Sukarlan sebagai lagu unggulannya.
Sambil tertawa malu Shelo menceritakan kisahnya yang menjadi pelajaran penting dalam kariernya bermusik. Saat umurnya 10 tahun, ia tengah merasakan euforia bernyanyi yang tinggi, tanpa ia tahu ternyata dalam musik klasik lagu-lagunya pun memiliki tahap-tahap. Dengan percaya dirinya ia menyanyikan lagu ”Il Doulce Suono” yang ternyata lagu orang dewasa. Shelo pun merasa malu dan mendapat teguran dari beberapa orang. Itu menjadi kisah yang lucu sekaligus menjadi pelajaran berharga baginya.
Shelo ingin terus bergelut di dunia musik, Ia memiliki mimpi besar untuk bisa menimba ilmu di The Yong Siew Toh Conservatory of Music, Singapura, agar kelak bisa menjadi seorang komposer. Dirinya ingin menjadi bukti bahwa Indonesia pun memiliki komposer musik klasik yang tak kalah keren. Untuk itu Shelo memiliki komitmen dalam dirinya untuk tidak merasa berpuas diri atas pencapaian-pencapaiannya demi meningkatkan kualitas bermusiknya.
Baca juga: Sheina Ashley Pribadi, Batu Bata Sang Pecinta Lingkungan
Sang ibu juga menitipkan pesan kepada Shelo agar konsisten, bahagia selalu disetiap proses, jangan takut dengan tantangan, dan wajib bersyukur karena Tuhan memberikan jalan yang baik.
Sambil bercanda, selepas dari ruang rekaman, Ananda Sukarlan mengatakan, ”Sebenarnya Shelo sudah di jalan yang benar, terus di situ aja jangan kebanyakan main Tiktok. Artinya semua harus kerja keras, kecuali misalnya bapak kita orang yang sangat berkuasa sehingga dalam dua hari dia bisa menjadi orang besar.”
Selanjutnya, Ananda menceritakan secara singkat tentang album yang dinyanyikan Shelo. Album pertama bertemakan pandemic poems yang berisi empat lagu yang ditulis oleh empat penyair dengan karakter syair yang berbeda-beda. Ada puisi jenaka karya Hilmi Faiq, puisi sarkas oleh Riri Satria, puisi sedih dan melankolis karya Muhammad Subhan, dan satunya lagi adalah puisi penghormatan untuk tenaga medis oleh Goenawan Monoharto. Dalam album ini Ananda menekankan musik klasik sebagai dokumentasi sejarah. ”Di tahun-tahun mendatang kita melihat era pandemi ini lewat puisi-puisi dan lagu lagu ini,” ungkapnya.
Album kedua, Shelo menyanyikan tiga lagu karya penyair dari Amerika, Emily Dickinson. Untuk menyanyikan kedua album tersebut, Ananda mengatakan harus bisa dibawakan dengan ekspresi karakter yang sangat kuat. Dipilihnya Shelo sebagai vokalis karena Shelo pada dasarnya sudah memiliki teknik yang baik. Ia juga memiliki kematangan pemahaman, intelektualitas, nilai artistik, dan musikalitas yang tinggi.
Ananda Sukarlan setuju dengan mimpi Shelo untuk memperkenalkan musik klasik ke kalangan lebih luas. Katanya, ”Seharusnya musik klasik itu bersifat universal dan bisa diterima seluruh kalangan masyarakat, walaupun kadang lewat metafora yang kelasnya lebih sulit untuk bisa dipahami. Tetapi sebenarnya itu semua orang yang berpendidikan harusnya bisa menikmati musik klasik.”
Shelomita Gasya Amory
Lahir: 17 Mei 2009
Penghargaan Vokal antara lain:
- Platinum Solo Vokal Klasik Festival indonesiana 5
- Platinum Solo Vokal Pop Festival Indonesiana 5
- First Winner Solo Vokal Klasik – Diploma Gold A Festival Swara
Kolaborasi dengan Intern Kompas:
Nikolaus Daritan, Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma