Hilda Wulan Cahyani, Mi Sehat untuk Melawan Tengkes
Sebagai mahasiswa di Bandung, Jawa Barat, Hilda Wulan Cahyani dan kawan-kawan membuat mi sehat untuk melawan tengkes.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
Mi instan merupakan makanan populer di Indonesia. Penyajian yang praktis dan harga yang terjangkau menjadi alasan makanan ini gemar dikonsumsi masyarakat. Namun, kandungan gizi rendah dalam mi dapat meningkatkan risiko stunting atau tengkes jika dikonsumsi berlebih. Bagaimana jika ada mi yang dapat mengurangi risiko tengkes?
Mi tersebut adalah karya inovasi Hilda Wulan Cahyani (19). Mahasiswi Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung, Jawa Barat, ini berhasil membuat mi sehat dari bahan alami yang bernama Mocavita.
Atas inovasi tersebut, Hilda bersama rekan satu tim, yaitu Musabbih Najil Hakim, Chiquita Kamila, dan Rucika Galvani Putri, memperoleh medali perak kategori life science pada Mei lalu dalam International Invention Competition for Young Moslem Scientist (IICYMS) 2023. Mereka membuat karya tulis berjudul ”Mocavita: The Healthy Noodles As A Functional Food Innovation for Stunting Prevention”.
Nama Mocavita berasal bahan-bahan pembuat mi, antara lain tepung mocaf (singkong yang difermentasi), daun kenikir, kacang hijau, dan labu kuning. ”Saya senang bercampur bangga bisa mewujudkan cita-cita, bisa juara di tingkat internasional,” kata Hilda dalam wawancara virtual dari Bandung, Rabu (22/11/2023).
IICYMS adalah kompetisi riset internasional untuk mahasiswa dan pelajar Muslim yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA). Kompetisi itu diikuti oleh lebih dari 300 tim dari 14 negara antara lain, Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Turki, dan India.
Ide membuat Mocavita alias mi sehat yang dapat mencegah tengkes muncul dari kekhawatiran Hilda melihat angka tengkes,terutama di Jabar yang tergolong tinggi. Dalam Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, angka tengkes nasional tercatat 21,6 persen. Ia ingin ikut menekan angka tengkes mulai dari hal kecil dan terdekat dengan masyarakat, yaitu lewat konsumsi makanan sehat.
Pada awalnya, inovasi Hilda berupa kukis untuk ibu hamil dengan bahan yang sama dengan Mocavita. Namun, proses pengembangan kukis ternyata sulit. Hilda akhirnya beralih ke mi. Dibandingkan kukis sebagai makanan camilan, mi kerap menjadi makanan pengganti nasi dalam konsumsi sehari-hari yang populer di kalangan masyarakat Indonesia.
Mengutip artikel ”Mocavita: The Healthy Noodles As A Functional Food Innovation for Stunting Prevention” di Jurnal Pengabdian Ilmu Kesehatan edisi Juli 2023, pembuatan Mocavita menggunakan tepung mocaf, daun kenikir, kacang hijau, dan labu kuning dalam takaran tertentu beserta tepung terigu, tepung tapioka, telur, dan air.
Tepung mocaf memiliki karakteristik mirip tepung terigu dengan kandungan beta-karoten tinggi untuk melawan tengkes. Ditambah lagi, daun kenikir mempunyai senyawa asam askorbat atau vitamin C dan labu kuning mengandung folat, antioksidan, vitamin, dan mineral. Selain itu, kacang hijau mengandung zat besi, protein, kalsium, fosfor, dan zat-zat untuk pembentukan sel darah (eritropoiesis).
Mocavita sudah melewati uji organoleptik kepada 30 partisipan usia 7-45 tahun. Kriteria tes mencakup warna, tekstur, rasa, aroma, dan elastisitas mi. Hasilnya, mi dengan formula menggunakan semua bahan dalam takaran tertentu tetap diterima baik partisipan jika disandingkan dengan mi yang dibuat dengan formula tanpa tepung mocaf.
Cinta biologi
Hilda sebelumnya juga pernah meraih juara pertama di kompetisi Tilik Lensa Saintek UIN Bandung pada 2022. Ia menulis karya yang berjudul ”Falencia: Bahan Bakar Alternatif Terbarukan Dalam Upaya Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca Guna Mewujudkan Indonesia Nol Emisi 2050” yang membahas inovasi bahan bakar dari bahan hayati dengan mikroalga Chlorella vulgaris dan bakteri Escherichia colli sebagai objek penelitian.
Hilda tertarik dengan lingkungan sejak ia masih di bangku sekolah dasar. Neneknya merupakan pencinta tumbuhan yang kerap mengajak Hilda untuk menanam dan merawat tumbuhan. Keragaman dan keunikan tumbuhan membuat Hilda jatuh hati pada tumbuhan.
Perempuan ini pernah mengobati kucingnya dengan tumbuhan herbal sehingga tertarik mempelajari biologi. ”Biologi bagi saya adalah hubungan kita dengan lingkungan, alam, dan makhluk hidup lain,” ujar Hilda.
Di samping kecintaan pada biologi, Hilda turut aktif dalam kegiatan sosial. Saat ini, dia aktif sebagai ketua divisi hubungan masyarakat dalam komunitas Arunika Mengabdi. Hilda bergabung di komunitas yang bergerak di bidang pendidikan ini sejak awal tahun 2023. Ini merupakan langkah awalnya untuk menjadi dosen biologi.
Kesibukan Hilda tak berhenti sampai di situ. Gadis ini juga sibuk sebagai penata rias, pembawa acara, dan kreator konten. Meskipun jadwalnya selalu padat, dia mengatur prioritas secara disiplin dan konsisten.
Semua ini Hilda lakukan dengan tekad membanggakan orangtua. Hilda juga ingin mematahkan stigma usang tentang perempuan yang masih ada di tengah masyarakat. Kalimat bahwa perempuan itu cocoknya di dapur dan tidak perlu sekolah tinggi begitu membekas di benak Hilda. ”Saya ingin membuktikan bahwa perempuan itu bisa untuk mencapai mimpinya dengan bersekolah tinggi,” kata Hilda yakin.
Untuk Sobat Muda, Hilda berpesan agar terus bersemangat dan berusaha menolong diri sendiri dengan cara disiplin sembari tetap menjaga kesehatan mental. Sebagai anak muda, sudah seyogianya kita harus peka dan peduli serta melakukan inovasi terkait isu-isu terkini di masyarakat dan lingkungan.
Kolaborasi dengan peserta program magang Kompas:
Nikolaus Daritan, Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma