Gaul Gembira dengan Olahraga
Bergaul sambil berolahraga digandrungi anak muda. Sepulang aktivitas, mereka tancap gas menggerakkan tubuh bersama-sama.
Olahraga tidak lagi hanya dilihat sebagai cara untuk menjaga kesehatan tubuh. Olahraga juga dijadikan ajang bertemu teman dan menciptakan momen seru bersama tak terlupakan. Waktu dan biaya rela disisihkan demi berolahraga bersama teman. Berkeringat sehat dengan gembira.
Lagu bertajuk ”Believer” milik Imagine Dragon memenuhi Tribune Softball, Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Selasa (21/11/2023) malam. Bedanya tiap entakan dalam lagu itu kini diikuti bunyi ”trak pak” serempak dari tongkat berwarna hijau bernama ripstix yang dipegang oleh lebih dari 60 perempuan lintas usia, peserta kelas olahraga pound fit. Ripstix itu kadang saling beradu, kadang sengaja dipukulkan ke lantai sesuai arahan.
Sesekali teriakan Rena, selaku instruktur, ikut terselip saat interlude lagu. ”Masih kuat? Yuk, tambah semangatnya,” ujar Rena ketika memandu gerakan set. Gerakan ini mirip dengan squat, yakni dua kaki dibuka lebar dengan posisi lutut ditekuk, dipadu punggung yang tetap tegak dan tangan yang membawa ripstix mengarah ke lantai.
Beberapa perempuan menyerah. ”Haduuuh, kaki gue sudah lemas banget,” ujar Sandya (25) yang datang bersama kedua temannya tetapi tetap mencoba berusaha melakukan petunjuk di hadapannya walau tak optimal.
Baca juga: Mengakrabkan Anak Muda dengan Sepeda Tua
Usai kelas sepanjang 60 menit itu selesai, Sandya kini duduk sambil meneguk minumannya dan mengungkapkan perasaannya. ”Senang banget walau gobyos dan ini kaki enggak berasa banget,” ujar perempuan yang bekerja di kawasan Sudirman ini tertawa sambil berusaha menggoyang-goyangkan kedua kakinya yang lemas.
Sandya rupanya baru pertama kali ikut kelas pound fit yang diselenggarakan Rocca Space di area GBK itu. ”Aku baru ini ikutan. Sebelumnya, paling lari aja keliling GBK. Tetapi kok pengin coba yang lain juga yang bisa bakar kalori banyak dan bareng-bareng. Temanku ngajakin pound fit ini dan pas aku lihat di instagram kok kayaknya asyik ya. Eh benar, ternyata seru. Apalagi rame-rame bareng teman. Jadi, saling menyemangati,” ungkap Sandya.
Angel Gustasiana (21) atau akrab disapa Angel, mahasiswi Jurusan Teknik Pangan Universitas Bina Nusantara, juga merasa asyik setelah menjajal olahraga yang memadukan gerakan aerobik dan yoga dipadu ketukan ripstix dan musik ini. Ketertarikan Angel pada pound fit bermula ketika banyak unggahan tentang pound fit yang beredar di media sosialnya, terutama Tiktok. Ia pun memutuskan untuk mencoba.
Sejak Oktober 2023, Angel sudah lima kali mengikuti pound fit yang diadakan tidak jauh dari rumahnya di Tangerang, Banten. Meski mengalami kesulitan di awal, Angel tidak lantas menyerah. ”Awal nyoba memang susah, tetapi kayak seru aja gitu karena suara stiknya candu kalo buatku. Terus musiknya juga enak,” katanya.
Seperti Sandya, Angel tidak datang seorang diri. Dia turut mengajak seorang teman dari kantor tempat magangnya dulu. Karena sudah lama tidak bertemu, Angel merasa canggung. Namun, seiring waktu, pertemanan mereka kembali merekat seperti sediakala.
Selain tali persahabatan, Angel menemukan keseruan lain dari tempat pound fit-nya, yakni penentuan tema pakaian (dresscode) saat latihan. Ada tema merah putih ketika sumpah pemuda hingga tema baju tidur yang cukup kontras dengan aktivitas olahraga. Untuk ini, Angel berusaha rutin menyisihkan waktu pada akhir pekan dan membayar Rp 40.000-Rp 50.000 tiap kali kedatangan. ”Masih terjangkau karena memang berusaha nyisihin uang untuk olahraga,” ujarnya.
Annisa Vania Ardhiningrum (21) atau akrab disapa Nisa, mahasiswi Jurusan Sosiologi Universitas Indonesia, mulai mengikuti kelas yoga dalam satu tahun terakhir karena penasaran pasca melihat unggahan banyak temannya yang mengikuti yoga.
”Aku lihat teman-temanku suka yoga sehingga aku tergerak untuk coba. Kebetulan yang suka yoga itu teman-teman dekatku, akhirnya ada salah satu yang ajak aku dan beberapa teman lain buat yoga bareng,” katanya yang makin erat persahabatannya sejak bergabung di kelas yoga pada April 2023.
Menurut Nisa, keberadaan teman ketika olahraga bisa membantu membangun kepercayaan diri. Ketika kesulitan dengan suatu gerakan, keberadaan teman bisa membuatnya merasa tidak sendiri. ”Aku enggak ngerasa sendirian kalau ada gerakan yang salah. Cuek aja gitu kan ada teman,” tuturnya yang rutin beryoga pada akhir pekan.
Baca juga: Geliat Anak Muda Jambi Lahirkan Pasar Seni Indie
Pernah pada satu waktu Nisa sampai mengorbankan pertemuan lain demi mengikuti kelas yoga bersama teman-temannya. Pengorbanan ini rela ia lakukan lantaran bertemu teman untuk olahraga berbeda daripada bertemu biasa.
”Obrolannya tuh lebih menarik kalo habis yoga dan jadi ngerasa lebih dekat sama teman daripada ngumpul biasa,” ungkapnya.
Fira Syarifa (21) atau akrab disapa Fira, mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Udayana, bersama kedua temannya juga rutin berolahraga di gym dari pukul 09.00 sampai pukul 12.00 sebelum kelas.
Menurut Fira, kehadiran teman bisa membuat waktu yang dihabiskan di gym jadi tidak terasa. ”Misalnya kita ngegym sambil treadmill dan ngerumpi, itu asyik banget dan enggak terasa, tiba-tiba kalori yang kebuang sudah 300,” katanya sambil tertawa.
Pentingnya kehadiran teman juga diakui Hendryto Lisman (22) atau akrab disapa Dyto, alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia, yang mulai rutin lari sejak tahun 2020. Motivasinya kala itu adalah untuk menurunkan berat badan yang mencapai 100 kilogram.
Sukses dengan tujuan utamanya, Dyto lanjut menekuni lari dan mulai mengikuti lomba lari dalam satu tahun terakhir. Ia mengakui pentingnya kehadiran teman dalam menemaninya latihan.
”Lari sendiri sama lari bareng teman itu beda banget. Misalnya hari ini mau lari 17 kilometer, kalau sendiri tuh paling 7 kilometer sudah mulai jenuh, pegal. Sementara kalau sama teman bisa ngobrol, bercanda, tiba-tiba sudah selesai,” tuturnya.
Menurut Dyto, lomba lari bukan hanya tentang kesiapan fisik, melainkan juga mental. Di situlah kehadiran teman penting dalam memberikan dukungan moral. Ia dan teman-temannya biasa mengikuti lomba lari jarak jauh bersama di luar kota.
”Sekalian jalan-jalan (bareng teman) ke luar kota. Kadang bonus juga dapat teman baru karena sama-sama suka lari,” katanya yang belum lama ini mengikuti lomba di Yogyakarta dan Bali.
Ruang gaul
Hobi anak muda yang kini senang bergaul sambil berolahraga ini telah ditangkap sinyalnya oleh founder Rocca Space, Julia Nurdin. Rocca Space adalah promotor ajang olahraga. Terbukti setelah Rocca ada sejak 2019 hingga kini, hampir 70 persen dari jumlah pesertanya didominasi anak muda berusia 22-27 tahun. Sekitar 20 persen berkisar dari 28-35 tahun. Sisanya di atas 35 tahun.
”Salah satunya juga dipicu saat itu setelah Asian Games (2018), fasilitas GBK diperbaiki dan makin bagus. Orang-orang mau datang dan berolahraga lagi. Namun, saat itu, lari yang sering dilakukan. Kalau mau yang lain, ibaratnya arahan belum ada. Akhirnya kembangin Rocca jadi sebuah community hub,” jelas Julia.
Kemudian, kurasi jenis olahraga dilakukannya. Tentu, tren menjadi salah satu pertimbangan. Namun, sejalan fungsinya sebagai wadah masyarakat untuk bertemu, jenis olahraga yang dihadirkan sepatutnya harus bisa dilakukan secara bersama-sama. Terpilihlah sejumlah olahraga, seperti pound fit, aerobik, zumba, K-pop dance, muayfit, cardio dance, yoga, hingga pilates. Belakangan Rocca tengah mengembangkan juga pelatihan untuk yang berminat pada olahraga lari.
”Orang Indonesia itu suka ngumpul. Anak mudanya juga. Karena ngumpul itu bisa jadi momen untuk melepas stres, pelampiasan. Ngumpul sambil olahraga ternyata punya sensasi yang berbeda. Enggak cuma melepas stres, tetapi jadi makin akrab, saling menyemangati, dan sehat. Apalagi anak muda sekarang lebih sadar untuk harus lebih sehat, baik fisik maupun mental,” ujar Julia.
Untuk memudahkan akses, sejumlah lokasi latihan Rocca gampang dijangkau. Biaya latihannya juga sengaja dibuat per kedatangan sehingga para peserta yang ingin berolahraga dapat menentukan kapan saja akan hadir. Pola ini nyatanya efektif. Peminatnya terus meningkat. Bahkan ketika Rocca menyelenggarakan acara khusus atau berkolaborasi, para anak muda ini rela ”perang tiket” untuk bisa berolahraga ramai-ramai. Memang lebih ramai, lebih seru.
Kolaborasi dengan Intern Kompas: Aghniya Fitri Kamila, Mahasiswa Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia