Daun lidah mertua diolah menjadi bahan baku pembuatan stiker antiradiasi.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·4 menit baca
Daun lidah mertua (Sansevieria) selain dikenal dapat mengurangi polusi udara juga dapat dimanfaatkan untuk meredam radiasi yang terpancar dari perangkat elektronik gawai, seperti telepon seluler dan laptop. Tim dosen serta mahasiswa-mahasiswi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah, membuat stiker antiradiasi berbahan baku daun lidah mertua ini.
”Stiker antiradiasi ini fungsinya untuk mengurangi radiasi elektromagnetik. Mahasiswa juga sudah menguji dengan alat tes elektromagnetik dan menghasilkan penurunan hampir 75 persen,” kata Indah Setiawati, dosen Agribisnis Universitas Jenderal Soedirman, di Purwokerto, Senin (9/10/2023).
Indah menyampaikan, masyarakat dewasa ini tidak bisa lepas dari penggunaan gawai sehingga sangat mudah terpapar gelombang elektromagnetik. ”Dari hasil penelitian dan kasus-kasus hipersensitif sampai pada saraf dan juga paru-paru. Jadi ketika penggunaan HP, laptop, dan lainnya memungkinkan tubuh terpapar gelombang elektromagnetik. Dalam jangka yang panjang dan intensitas yang tinggi akan mengenai saraf kita. Banyak kasus sampai pada anak-anak itu bisa membuat gangguan saraf, bisa kejang sampai dengan lumpuh,” ujarnya.
Mahila Asana, ketua tim penelitian berjudul ”Komposit Biomaterial sebagai Alternatif Perisai Mini Elektromagnetik Universal dengan Penerapan Estetika Batik Banyumas” menyampaikan, karya ini lahir dari proses kegiatan belajar-mengajar saat masa pandemi Covid-19 yang digelar daring. ”Saat itu, intensitas interaksi dengan perangkat elektronik semakin meningkat. Mata cepat lelah dan terkadang sampai pusing,” tutur Mahila yang juga mahasiswi Agribisnis Unsoed ini.
Mahila bersama teman-temannya, yaitu Tenri Ayuni (Agribisnis), Khairun Nisa (Kimia), dan Kurnia Sandi (Fisika), kemudian secara intens meneliti dampak dari paparan gelombang elektromagnetik serta mencari solusi untuk meredamnya. ”Penggunaan perangkat elektronik secara terus-menerus dapat menyebabkan gejala electrical hipersensitivity sebagai akibat dari pengaruh radiasi medan elektromagnetik suatu perangkat,” kata Mahila.
Mahila juga menyebutkan, berdasarkan studi literatur dan penelitian ditemukan bahwa Sansevieria memiliki kandungan alkaloid, saponin, steroid, fenolik, dan tanin yang berdasarkan hasil dari uji fitokimia menunjukkan kemampuannya dalam menurunkan radiasi elektromagnetik (Ilmiawati, 2023). Sansevieria atau lidah mertua itu lalu diolah menjadi stiker bermotif batik dengan nama E-Lakzi. ”Kami melihat dan menganalisis peluang pasar dari produk antiradiasi tersebut yang hasil analisis kami menunjukkan bahwa peminat dari produk antiradiasi tinggi,” tuturnya.
Nisa menyampaikan, pengolahan daun lidah mertua untuk pembuatan stiker antiradiasi dimulai dengan menyiapkan daun lidah mertua dan dicuci bersih. Kemudian daun dipotong menjadi bentuk dadu-dadu kecil. ”Setelah itu dioven selama 12 jam dengan suhu 90-100 derajat celsius. Ini mencegah kehilangan kandungan aktif, mencegah kehilangan aroma dan rasa, mencegah pembusukan, dan meminimalkan kerusakan fisik,” tuturnya.
Setelah kering, kata Nisa, daun dihaluskan menggunakan grinder. Hasil penghalusan dari daun lidah mertua kering kemudian dicampurkan dengan bahan pengeras khusus yang telah teruji memiliki sifat fisis dan mekaniknya yang baik. ”Bahan yang sudah tercampur secara homogen dicetak menggunakan cetakan berbahan silikon. Penggunaan bahan silikon ini ditujukan guna memudahkan saat tahap pemisahan bahan,” ujarnya.
Tahap pengerasan bahan dilakukan selama 24 jam pada suhu ruang (20-25 derajat celsius). Selanjutnya untuk tahap finishing produk dilakukan penambahan lapisan motif batik dan perekat yang mengangkat nilai estetika untuk produk stiker E-Lakzi.
Di laboratorium, sebuah gawai yang sedang dipakai untuk memutar musik dari channel Youtube dites dengan alat electromagnetic radiation tester, angka paparan elektromagnetiknya berkisar 3-4 mikro tesla. Setelah gawai itu diberi stiker antiradiasi, angkanya turun hingga 0,6-0,7 mikro tesla.
Tenri Ayuni menyampaikan, penerapan motif batik Banyumas pada stiker antiradiasi ini memiliki beberapa tujuan, antara lain untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya batik Banyumas. Hal ini diharapkan dapat menjaga keberlanjutan seni tradisional dan memperkenalkannya sekaligus kepada generasi muda. ”Selain itu, melalui motif batik Banyumas dapat menambah nilai estetika produk yang lebih indah dan dapat menarik minat konsumen. Selain penggunaan produk yang bersifat fungsional, juga sekaligus mempersembahkan karya seni yang dapat diapresiasi,” tuturnya.
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Sakhidin mengapresiasi inovasi dosen dan mahasiswa tersebut. ”Kita paham tanaman lidah mertua merupakan tanaman yang mudah tumbuh, mudah dipelihara, dan mudah diperoleh di mana-mana. Tanaman ini termasuk tanaman yang bandel. Maksudnya bisa tumbuh di sembarang tempat. Kita sering lihat tanaman ini tumbuh di tempat yang kurang cahaya matahari, kurang air, di tanah yang tidak subur,” katanya.
Selain bandel, kata Sakhidin, tanaman ini juga mampu menyerap polusi udara atau mengurangi polutan di udara. ”Kini tanaman ini bisa ditingkatkan nilai tambahnya dan nilai kebermanfaatannya. Dengan mengambil ekstrak tanaman lidah mertua ini, bisa mengurangi radiasi. Jadi dari sisi agribisnis, tanaman ini bisa meningkatkan keberkahan,” ujarnya.
Ke depan, kata Sakhidin, fakultas akan mendukung pengembangan inovasi karya mahasiswa ini. ”Ini potensi yang sangat tinggi dan juga prospektif untuk bisa dikembangkan dari segi komersialismenya. Saya kira tidak menutup kemungkinan untuk bisa dikembangkan secara industri. Nanti bisa mencari mitra-mitra untuk bisa dikembangkan lebih lanjut,” katanya.
Tim mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman: Mahila Asana (Agribisnis), Tenri Ayuni (Agribisnis), Khairun Nisa (Kimia), dan Kurnia Sandi (Fisika)