Elyona Irene Anc Supit bekerja sebagai seorang videografer sinematik perempuan di Medan, Sumatera Utara.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
Satu inspirasi baru bagi kaum hawa datang dari Medan, Sumatera Utara. Elyona Irene Anc Supit (25) adalah seorang videografer sinematik perempuan. Lewat Cinematic Medan, dia menciptakan video-video menarik sembari bergulat dengan hal teknis dan fisik.
Menurut Yona, demikian nama kecilnya, video sinematik merupakan seni dalam mengolah sebuah momen agar memiliki nuansa yang indah dan berbeda. Video sinematik menekankan pada sudut pengambilan gambar, komposisi, dramatisasi pencahayaan, pemilihan lagu, dan transisi dalam video. Seorang videografer sinematik harus peka dalam membaca momen.
Ketertarikan Yona pada video sinematik berawal semenjak dia masih berseragam SMK. Saat itu, ia berkesempatan magang di salah satu stasiun televisi nasional selama setengah tahun.
”Di sana saya melihat orang yang membawa kamera-kamera besar, untuk membuat foto dan video, terus liputan keluar. Orang yang memegang kamera pasti dilihat keren oleh banyak orang,” ujar Yona dalam wawancara daring dari Medan, Rabu (4/10/2023).
Yona lalu bekerja sebagai editor foto dan video di salah satu penyelenggara acara di Medan. Karena pandemi Covid-19, tempat kerjanya itu gulung tikar. Dia lantas mulai fokus memelajari bidang fotografi dan videografi. Ketika salah satu temannya menyukai hasil kerja Yona di sebuah proyek, temannya sontak menyarankan Yona untuk membuat usaha sendiri.
Walau sempat ragu, tahun 2020 Yona membangun usaha yang diberi nama Cinematic Medan. Cinematic Medan bergerak di bidang pembuatan video sinematik, fotografi, dan kreasi konten. Usaha ini lahir hampir tanpa modal. Laptop sudah dia miliki sejak masih berkuliah, sedangkan sewa kamera dan peralatan penunjang berasal dari uang muka klien.
Pada tahun itu juga, Yona langsung mendapat proyek besar untuk membuat profil sebuah perusahaan sawit besar di Medan. Cinematic Medan kian bertumbuh berkat pertemuan Yona dengan klien dari komunitas sepeda. Sekitar 500 anggota komunitas itu ialah pengusaha yang akhirnya banyak tertarik bekerja sama dengan Yona.
Di masa awal usahanya berjalan, permintaan jasa membuat video sinematik banyak untuk acara pernikahan. Seiring waktu, perusahaan-perusahaan banyak meminta Yona mengerjakan periklanan dan profil perusahaan. Video sinematik efektif untuk menyampaikan cerita, mengekspresikan emosi, atau menciptakan suasana indah.
Namun, video sinematik juga bisa dipakai untuk lingkup yang lebih profesional. Deskripsi suatu perusahaan, misalnya, bisa menjadi lebih atraktif sekaligus efektif ketika menggunakan video semacam ini.
Hingga saat ini, Yona beserta tim, terdiri atas lima videografer dan dua staf administrasi, sudah bekerja sama dengan perusahaan atau instansi besar, seperti Juragan99, Bank Indonesia, dan RS Columbia Asia Medan. Cinematic Medan juga menggarap proyek dari badan usaha milik negara (BUMN), yakni Perusahaan Listrik Negara (PLN), Bank Mandiri, dan BRI (Bank Rakyat Indonesia).
Video sinematik efektif untuk menyampaikan cerita, mengekspresikan emosi, atau menciptakan suasana indah.
Meski kini telah menjabat sebagai pemilik Cinematic Medan, Yona selalu turun tangan guna bertemu klien. Bahkan, ia tak segan mengambil alih pekerjaan jika permintaan sedang ramai. ”Kalo, misal, di satu hari sampai tiga pekerjaan, saya turun ke salah satu pekerjaan,” ucap Yona.
Ia berharap usahanya bisa menjangkau wilayah lebih luas lagi. Saat ini, Cinematic Medan sudah mengerjakan proyek dari perusahaan-perusahaan besar di Medan dan sejumlah acara di Bali. ”Itu tantangan buat kita untuk bisa bersaing di kota orang, dengan saingan di kota tersebut yang sudah banyak juga,” ujar Yona.
Hadapi rintangan
Sepak terjang Yona di bidang videografi tak lepas dari rintangan. Pekerjaan videografer sinematik itu kompleks sebab melibatkan banyak hal, seperti pengambilan gambar dalam satu framedari berbagai sudut, penggunaan transisi, dan penggunaan lagu tertentu. Sekarang, proses itu semakin simpel lewat kehadiran aplikasi mengedit video.
Alhasil, vendor video sinematik pemula deras bermunculan. Namun, Yona tidak khawatir. Dia yakin pengalaman panjang bisa memberikannya pasar sendiri. Aplikasi-aplikasi di gawai memang dapat membantu, tetapi sebuah video sinematik mempunyai seni tersendiri yang melibatkan pengambilan gambar, pengolahan, dan penyelesaian suatu karya sebagai satu-kesatuan utuh.
”Sebenarnya yang membedakan itu dari cara kita mengambil dan mengolahnya. Kayak plugins lagunya, transisinya. Kalau aplikasi instan memang sudah menyediakan transisi untuk tinggal dipilih, tetapi fill inini yang tidak semua orang bisa sebab harus smoothdan sesuai isi videonya,” ujarnya.
Sebagai perempuan, Yona juga tak luput bertemu dengan kendala saat bertugas di lapangan. Dia kerap harus menggotong kamera dengan bobot yang tidak ringan. Seringkali klien menawarkan bantuan. Namun, dia takut dianggap tidak profesional dan bertanggung jawab.
Beruntung klien-klien Yona selalu melihat hasil karya ketimbang mempermasalahkan identitasnya. Mereka bahkan banyak memuji ketika mengetahui videografer yang bertugas adalah perempuan. Karena itu, Yona berharap bisa membantu perubahan pola pikir dan perspektif masyarakat tentang perempuan pekerja lewat profesi ini.
Kepada perempuan, Yona berpesan. ”Bukan cuma di bidang video saja, kalau memang suka dan punya hobi di bidang tertentu, jalani! Jangan takut mencoba, jangan takut dengan anggapan orang. Kerjakan!” ujarnya.
Elyona Irene Anc Supit
Lahir: Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, 28 November 1998
Pendidikan: S-1 Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer TIME Medan (2016-2020)
Artikel merupakan hasil kolaborasi dengan Intern Kompas: Nikolaus Daritan, Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma