Wildan Syah adalah pelajar SMK dari Jakarta yang ikut terlibat dalam penelitian berang-berang di Sunga Ciliwung, Jawa Barat, sebagai bagian dari upaya konservasi.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
ARSIP PRIBADI
Wildan Syah adalah anggota Aspera Madyasta (Asta) Indonesia Foundation yang bergerak dalam bidang konservasi alam. Ia merupakan pelajar SMK Negeri 52 Jakarta yang mengambil jurusan desain interior dan teknik furnitur.
Berang-berang adalah hewan semiakuatik dengan penampilan lucu yang berperan penting dalam ekosistem bumi. Sayangnya, keberadaannya di alam liar terancam akibat ulah manusia. Wildan Syah (19) bersama teman-teman memeriksa keberadaan hewan ini di kawasan Sungai Ciliwung, Jawa Barat, sebagai bagian dari upaya konservasi.
Wildan bergabung sebagai teknisi lapangan di Aspera Madyasta (Asta) Indonesia Foundation yang bergerak dalam bidang konservasi pada 2021. Pada Agustus 2022, Wildan sebagai ketua kelompok dan lima rekannya mengirim proposal dalam rangka mengikuti program Biodiversity Warriors (BW) yang dibentuk Yayasan Kehati.
Usulan penelitian itu bertajuk ”Studi Distribusi Berang–berang Cakar Kecil (Aonyx cinereus) di Sungai Ciliwung Segmen 4, Depok, Jawa Barat”. Setelah lolos, studi ini berlangsung selama September-Oktober 2022.
”Tujuannya menyediakan data untuk digunakan ke dalam kegiatan pemantauan dan konservasi lebih lanjut. Dari situ, kita bisa melihat distribusi dan populasi berang-berang di Sungai Ciliwung,” kata Wildan di Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Selasa (24/1/2023).
Namanya penelitian lapangan, banyak pengorbanan yang harus dilakukan. Secara bergantian, mereka bisa menghabiskan waktu seharian di lokasi secara tak menentu. Karena perilaku berang-berang tak dapat ditebak, hewan ini bisa keluar pada siang atau malam.
Periode penelitian tersebut juga merupakan musim hujan sehingga menjadi tantangan lain di lapangan. Tim Wildan kadang harus menginap di lokasi. Komunitas Ciliwung Depok sebagai komunitas setempat menyediakan tempat bagi mereka untuk berteduh.
Ada cerita lucu ketika Wildan melakukan pengamatan. Ia menggunakan monokular inframerah agar dapat mendeteksi keberadaan berang-berang pada malam hari. ”Saat pakai monokular itu, ternyata ada orang mancing malam-malam sambil merokok. Saya kaget kirain ada makhluk bermata tiga,” ujarnya sambil terkekeh.
Dalam studi tersebut, mereka mendapati sejumlah temuan. Yang terutama, Wildan dan kawan-kawan menemukan keberadaan berang-berang cakar kecil (Aonyx cinereus). Kehadiran berang-berang bisa terlihat dari temuan individu, seperti jejak kaki, tempat pembuangan kotoran, tempat meluncur, tempat berkembang biak, dan juga sarang.
Akan tetapi, kualitas habitat hewan tersebut tidak cukup baik karena banyak tumpukan sampah di sekitar. Karena itu, tim Wildan dalam laporan mengusulkan perlu tindakan lebih lanjut dari pemerintah daerah dan pusat untuk melestarikan berang-berang cakar kecil di Ciliwung. Apalagi, hewan jenis ini rentan punah karena ada ancaman kerusakan lingkungan dan kehadiran pemburu.
ARSIP PRIBADI
Wildan Syah adalah anggota Aspera Madyasta (Asta) Indonesia Foundation yang bergerak dalam bidang konservasi alam. Ia merupakan pelajar SMK Negeri 52 Jakarta yang mengambil jurusan desain interior dan teknik furnitur.
Wildan mengingatkan, berang-berang merupakan bagian penting dari keseimbangan ekosistem alam. ”Mereka bisa berperan penting dalam menjaga populasi satwa invasif di Ciliwung, seperti ikan sapu-sapu dan kura-kura brasil,” ujar pemuda ini.
Sebagai bentuk edukasi seusai penelitian, Wildan dan teman-teman menempelkan infografis di sekitar 10 lokasi permukiman warga di Ciliwung. Infografis ini berisi informasi tentang jenis dan kondisi berang-berang di Indonesia.
Tidak sengaja
Sepak terjang Wildan dalam dunia konservasi terjadi dengan tidak sengaja. Salah satu pamannya berteman dengan salah satu pendiri Asta Indonesia Foundation. Mereka akhirnya berkenalan. Pada 2020, Wildan mulai bekerja di PT Aspera Rescue Care, sebuah entitas terpisah dari yayasan yang berdiri lebih dulu. Lumayan untuk menghasilkan uang di masa pandemi.
Pelajar SMK Negeri 52 Jakarta yang mengambil jurusan desain interior dan teknik furnitur ini lalu ikut bergabung ketika Asta Indonesia Foundation terbentuk pada 2021. ”Di situ pada ngomongin katak, mamalia, herpetofauna. Apaan sih ini? Saat saya ikut pencarian hewan-hewan itu untuk pendataan, ternyata seru juga,” kata Wildan.
Bergabung di kelompok konservasi membuat Wildan yang masih magang di sebuah perusahaan furnitur selama setahun ini harus membagi waktu. Ia biasanya meluangkan waktu di akhir pekan untuk kegiatan konservasi. Pada Februari nanti, ia akan kembali terlibat pengamatan hewan kodok bercak jawa (Leptophryne javanica) dan primata di Ciwidey, Jawa Barat.
Walaupun ini kegiatan di luar sekolah, banyak pelajaran yang Wildan petik. Salah satunya adalah satwa liar tak pantas masuk ke dalam kandang, tetapi seharusnya hidup bebas di alam liar.
”Mengapa masih banyak orang yang sulit memahami pentingnya menjaga keanekaragaman hayati? Padahal, ini adalah hadiah bagi umat manusia. Melihat mereka bebas di alam bebas lebih baik,” tutur anak ketiga dari lima bersaudara ini.
Dari yang awalnya tak tahu apa-apa, Wildan sekarang bermimpi untuk melanjutkan kuliah jurusan biologi di perguruan tinggi. Ia ingin mengabdikan diri di dunia konservasi. ”Ada rasa bangga sih, saya bisa melakukan hal mulia dan positif daripada hanya asyik main medsos,” katanya.
ARSIP PRIBADI
Wildan Syah adalah anggota Aspera Madyasta (Asta) Indonesia Foundation yang bergerak dalam bidang konservasi alam. Ia merupakan pelajar SMK Negeri 52 Jakarta yang mengambil jurusan desain interior dan teknik furnitur.
Wildan Syah
Lahir: Jakarta, 3 Oktober 2001
Pendidikan: SMK Negeri 52 Jakarta (2019-sekarang)
Organisasi:
Teknisi lapangan di Aspera Madyasta (Asta) Indonesia Foundation (2021-sekarang)
Teknisi lapangan di PT Aspera Rescue Care (2020-sekarang)
Pengalaman:
Patroli kura-kura di Pantai Pelangi, Yogyakarta, 4K Yogyakarta, 2022
Survei dan pemantauan berang-berang di Ciliwung, Program Save Other Species Aspera Madyasta (Asta) Indonesia Foundation dan Biodiversity Warriors dari Kehati, 2022
Seminar burung, Kelompok Pengamat Burung (KPB) Nycticorax Universitas Negeri Jakarta, 2023
