Ujian Dulu, Liburan Kemudian
Libur akhir semester tetapi masih memikirkan ujian. Kurang seru, sih. Lebih santai kalau liburan setelah ujian.
Liburan, tetapi harus memikirkan persiapan ujian akhir semester. Duh, enggak banget rasanya. Lebih enak, sih, ujian rampung lalu bersenang-senang liburan.
Harus menempuh ujian akhir semester ketika mahasiswa lain sudah libur panjang, sungguh tak mengenakkan. Toh, dalam kondisi tak ideal itu, mahasiswa yang sedang belajar keras harus meneguhkan hati untuk tak tergoda ikut liburan dengan teman-temannya.
Suasana perayaan Natal dan Tahun Baru lalu di Kuta, Bali, membuat hati Elizabeth Dona Gracia (18), mahasiswi semester pertama Ilmu Komunikasi Universitas Pendidikan Nasional di Denpasar, iri. Ini kali pertama dia merasakan keramaian orang berlibur dan kemeriahan persiapan pesta akhir tahun di Bali.
Jalanan yang di dekat tempat ia tinggal di Kuta macet panjang karena kehadiran wisatawan dalam dan luar negeri. Suasana itu menggoda dirinya untuk turun ke kawasan tersebut, tetapi ia ingat, masih ada kewajiban yang harus dilakukan, yakni mengerjakan tugas-tugas dari dosen dengan teman sekelompok.
”Jujur, saya iri melihat banyak orang liburan. Suasana ramai sekali, jalan macet panjang,” ujar Dona lewat telepon pada Kamis (4/1/2023).
Beruntung, ia tetap ingat tujuannya datang ke Bali untuk kuliah. Bersenang-senang harus menjadi nomor kesekian, apalagi saat itu ia mulai memasuki masa minggu tenang untuk persiapan UAS. Alhasil, gadis asal Kalimantan Tengah itu memilih berada di rumah saja. Menjelang tengah malam, ia menikmati pesta kembang api untuk merayakan pergantian tahun ke 2023 dari jendela rumah.
Jika boleh memilih, Dona ingin UAS diadakan sebelum masa libur akhir dan awal tahun, agar ia bisa bebas menikmati keramaian. Harapan sama datang dari Najwa Nurfauziah (21), mahasiswa semester lima Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Najwa berpendapat, paling enak sebenarnya merampungkan ujian dulu baru libur panjang sehingga tidak ada beban selama menjalani liburan. Mau pulang kampung atau kerja sambilan bebas saja. Tinggal menunggu nilai ujian keluar. ”Kalau liburan panjang baru ujian, jadi kurang tenang liburan,” ujarnya.
Baca juga: Misi Kemanusiaan Remaja Jakarta
Masalahnya, kebijakan masa pembelajaran kampus perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia memang berbeda dengan kampus berstatus negeri, milik pemerintah yang memulai pembelajaran pada tiap Agustus. Sementara, kampus PTS paling cepat memulai kegiatan perkuliahan di bulan September.
Dampaknya, antara lain, masa ujian mahasiswa PTS selalu lebih lambat daripada PTN. Liburan akhir semester pun demikian. Mahasiswa PTN sudah beria-ria ketika kawannya para mahasiswa PTS sedang sangat serius belajar lalu ujian dan lalu menunggu nilai hasil ujian.
Jadwal UAS Najwa dan Dona, kebetulan sama, 9-12 Januari. Kampus mereka juga memberi masa minggu tenang. Meski bernama minggu tenang yang biasanya untuk belajar materi menghadapi UAS, Dona dan kawan satu program studi tak bisa sepenuhnya belajar untuk UAS karena dosen memberi tugas-tugas yang dikerjakan berkelompok. Mau tak mau mereka mesti mengatur waktu secara cermat, antara mengerjakan tugas kuliah dan waktu pribadi untuk belajar.
”Satu kelompok anggotanya 7-10 orang, satu tugas kadang bisa dikerjakan satu hari, tapi ada yang sampai tiga hari karena kami harus cari literatur lalu diskusi dengan seluruh anggota tim,” jelas Dona. Ia merasa beruntung kawan satu kelompok mudah diajak bekerja sama sehingga pengerjaan tugas relatif lancar.
Najwa juga terbeban oleh tugas dari dosennya, tetapi ia mengaku jarang belajar untuk UTS atau UAS karena ujian dari dosen hampir seluruhnya berupa tugas membuat proposal, artikel, atau jurnal. ”Jadi enggak perlu belajar mengerjakan soal. Paling belajar untuk ujian mata kuliah umum yang berupa soal-soal esai,” kata Najwa.
Seusai UAS, Najwa menunggu informasi dari dosen apakah harus ikut ujian perbaikan atau tidak. Sambil deg-degan menunggu nilai ujian. Februari awal ia mengurus kartu rencana studi untuk perkuliahan semester genap. Dia baru mengagendakan liburan bersama teman-temannya ke Bandung pada akhir Februari. Najwa berasal dari Lebak, Banten dan harus indekos selama kuliah di UMJ.
Dia termasuk mahasiswa perantau yang jarang pulang. Paling ia pulang satu atau dua kali tiap tahun, Lebaran dan libur Tahun Baru. Pada pergantian tahun 2023, dia tak mudik karena bekerja sebagai barista di kedai kopi Ruang Jenuh di Ciputat. Selain itu, ia mesti mengerjakan tugas selama libur minggu tenang.
”Buat saya yang penting sebenarnya libur minggu tenang sebelum ujian. Saya enggak terlalu memikirkan liburan panjang, bahkan persiapan ujian,” ujarnya.
Tancap gas
Seusai berjibaku dengan ujian yang lumayan memusingkan selama 10 hari, Nabila Azahro Safitri, mahasiswa Jurusan Administrasi Publik Universitas Brawijaya Malang, merasa lega lalu tancap gas, pulang ke rumahnya di Bekasi, Jawa Barat, pada 24 Desember 2022 lalu.
”Untuk pertama kali aku ujian offline. Agak deg-degan bisa ngrasain ujian langsung di kelas sejak jadi mahasiswa. Lebih enak offline sih, datang ke kelas, ngerjain soal, terus pulang,” kata Nabila, Jumat (6/1/2023).
Saat ujian, salah satu mata kuliah yang cukup menguras pikirannya adalah Analisis Kebijakan. ”Materi banyak banget, belajar dari PPT sembilan kelompok. Soalnya seperti esai gitu. Jadi mumet (pusing) belajarnya karena banyak bahan,” kata Nabila.
Namun, itu semua sudah berlalu. Sehari setelah ujian selesai, Nabila langsung bergegas pulang ke rumahnya. Bersama empat temannya, dia menumpang bus antarprovinsi. Liburan pun dimulai dengan keceriaan perjalanan dalam bus. ”Seru, bisa pulang bareng teman-teman. Kami saling bercanda, makan di rest area juga barengan. Ada salah satu teman merayakan malam Natal di bus, lalu kami mengucapkan selamat Natal,” cerita Nabila.
Liburan seusai ujian menambah keriangan Nabila. Dalam tas yang ditenteng, tak ada satu pun buku kuliah. ”Tas isinya oleh-oleh semua. Banyak yang nitip banana strudel dari Malang,” katanya sambil tertawa.
Di Bekasi, ia mengisi waktu dengan reuni bersama teman SMA. Mengobrol dengan teman lama menjadi hiburan yang menyenangkan. Semua bisa saling berbagi cerita. Bukan hanya itu, Nabila pun janjian bertemu dengan teman kuliahnya di Malang. ”Padahal sering ketemu juga di Malang, tapi tetap aja janjian ketemu di Jakarta, ha-ha-ha,” kata Nabila.
Mulai minggu depan, dia akan menjalani magang di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi selama tiga bulan. Bulan depan, Nabila akan kembali ke Malang dan menjalani magang dengan work from home (WFH). ”Aku ikut magang mandiri, di bagian kesekretariatan. Pengin menambah pengalaman supaya liburannya juga bermanfaat,” ujarnya.
Sementara itu, Ilham Sepri, mahasiswa Bahasa dan Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, mengisi masa libur secara berbeda. Ia libur selama 1,5 bulan sejak akhir Desember lalu. Sebenarnya ia ingin pulang kampung ke Kabupaten Rokan Hulu, Riau, tapi ongkos pesawat sedang mahal. Sesuai saran orangtuanya, ia memilih berada di kos.
Selama libur, dia mengunjungi kenalannya di Jakarta serta hadir di pertemuan Indonesia Ventriloquist Club, tempat pekerja seni pertunjukan boneka dengan suara perut berkumpul. ”Dari komunitas itu saya belajar banyak cara mengembangkan kemampuan memainkan boneka dengan suara dari perut. Di sana banyak senior yang membagikan ilmu ke yunior seperti saya,” kata Ilham yang beberapa kali diundang mementaskan kepiawaiannya di Jakarta, Depok, dan Bogor.
Ia tak hanya bersantai di masa libur ini, tetapi juga ngebut belajar bahasa China yang belum ia kuasai. Ilham berharap pada semester baru nanti ia sudah lebih menguasai mata kuliah di jurusannya.