Sekelompok anak muda yang tergabung dalam The Spring membantu warga kurang mampu untuk mendapatkan air bersih.
Oleh
SOELASTRI SOEKIRNO
·5 menit baca
Prihatin melihat warga kesulitan mendapat air bersih, membuat sekelompok remaja Jakarta berusia 14-16 tahun berupaya membantu mereka. Berkat usaha mereka, sedikitnya 2.800 warga Kabupaten Bogor dan Kabupaten Tangerang mendapat air bersih dan bisa mandi, serta buang air di tempat yang layak. Mark Pramana (14), Amanda Widjanarko (15) dan Bianca Gabriela Goenawan (14), semua siswa Jakarta International School kaget melihat warga Teluk Naga dan Mauk mandi, mencuci baju, sampai buang air besar di anak Sungai Cisadane yang mengalir di desa mereka. Terlebih warga tak merasa jijik atau risih berkegiatan di dalam sungai bersama warga yang lain. Mereka sudah puluhan tahun menggunakan sungai untuk kegiatan bebersih sehari-hari karena mereka tak punya sumur dan toilet atau mandi cuci kakus (MCK).
Hasil kunjungan tiga remaja ke sana dengan diantar oleh Liza Pradjonggo, ibunda Mark pada Mei 2022, makin menguatkan niat para remaja dari keluarga berkecukupan itu untuk berusaha keras mencari dana guna membantu warga yang tak punya sumur dan MCK. Kepergian rombongan kecil itu sebenarnya untuk mengecek usulan dari sukarelawan tentang kebutuhan warga akan air bersih dan toilet.
Sebelumnya Mark dan kawan-kawannya pernah mengunjungi Desa Ranca Bungur, Kabupaten Bogor untuk keperluan sama. Mereka juga kaget melihat warga desa tersebut harus menempuh jarak berkilo-kilometer dengan medan curam yang membahayakan jiwa warga demi mendapat air bersih.
Fakta tentang kehidupan warga yang tak seberuntung mereka itu menggugah hati nurani dan rasa welas asih para remaja. Tanpa disuruh orangtua atau guru, mereka berinisiatif mencari cara membantu membuatkan sumur agar warga bisa mendapat air bersih secara mudah berikut toilet bagi warga miskin di dua kabupaten itu.
Sampai sekarang, para remaja yang tergabung dalam The Spring sudah pembangunan enam sumur dilengkapi fasilitas MCK (toilet) di desa Ranca Bungur, Kabupaten Bogor, serta Mauk dan Teluk Naga Kabupaten Tangerang. Setidaknya sekitar 700 kepala keluarga (2.800 jiwa) di wilayah itu terbantu oleh pelayanan para remaja.
Proyek keenam atau yang terbaru berupa pembuatan sebuah sumur dalam dengan dua unit MCK di Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang yang diresmikan Sabtu (10/12/2022). Fasilitas itu membuat sekitar 100 warga atau 30 KK mendapat air bersih dan menggunakan MCK yang bersih dan sehat.
Turun langsung
Apa yang dilakukan The Spring berawal dari misi kemanusiaan Yayasan Perjuangan Anak Bangsa yang didirikan Nathania Purnama dan Christopher Pramana pada September tahun 2016. Akan tetapi, Natha dan Chris kemudian melanjutkan sekolah ke Amerika Serikat.
Gerakan kepedulian kepada warga yang membutuhkan bantuan diteruskan oleh yuniornya yakni, Mark, Amanda, Bianca, Christie Arianne Lim (14), Jerremy Handojo (16) yang juga siswa Jakarta International School, serta Ayrton Maknawi (14), siswa British School Jakarta.
Dalam percakapan dengan Kompas pada Kamis malam (8/12/2022) secara daring, ke enam remaja itu menceritakan latar belakang keterlibatan mereka dalam kegiatan sosial. Intinya, hati mereka tergerak melihat ketidakberuntungan orang lain yang tak bisa mengakses air bersih yang amat penting bagi kehidupan yang sehat.
Sebelum membuatkan sumur, Mark dan kawan-kawan survei ke lokasi yang disarankan volunter. Semula mereka membuatkan sumur bagi warga Bogor, namun Liza mengusulkan agar anak-anak membantu warga yang lebih dekat dengan mereka tinggal lebih dulu.
“Kebetulan kami menerima info warga Tangerang yang masih mandi, mencuci, buang air besar di sungai. Kalau tidak di sungai, ya di mana saja,” ujar Mark. Mark, Amanda, Bianca diantar Liza meninjau lokasi tersebut pada Mei lau. Benar saja, sungai menjadi MCK raksasa bagi warga, sementara halaman dan sawah menjadi kakus terbuka bagi warga yang tak berani pergi ke sungai pada malam hari. Bianca yang ikut meninjau ke sana bahkan sempat terperosok ke air berwarna kehitaman.
Mark juga mendengar cerita dari warga mengenai ketiadaan sumber air bersih. “Orang disabilitas dan orangtua sampai harus digendong untuk bisa buang air besar di sungai. Padahal membawa mereka ke sungai bukan hal mudah, apalagi jika malam hari. Di sana gelap,” kata Mark.
Dari warga, Bianca mendapat info, untuk keperluan minum dan memasak, warga harus membeli air bersih setidaknya Rp 100 ribu per bulan. Fakta-fakta yang mereka lihat dan dengar, justru menguatkan keinginan untuk membantu warga. Demi bisa mengumpulkan uang untuk membuat sumur air dalam yang biayanya sekitar Rp 70 juta per sumur, anggota The Spring membuat kaus bergambar dan hoodie untuk dijual. Gambar pada kaus didesain oleh Amanda dan Ayrton. Kemudian Jerremy yang siswa SMA JIS dan Ayrton, siswa BSJ menjual aneka benda.
“Waktu istirahat saya tawarkan ke teman-teman sekolah dan lewat media sosial. Mereka mau membelinya. Saya mendapat uang penjualan Rp 5 juta,” papar Jerremy. Sementara Ayrton menjual ke saudara-saudaranya sehingga mendapat dana pembangunan sumur dan MCK sebesar Rp 2 juta. Mark tak segan datang ke arisan teman-teman mamanya untuk meminta donasi. Anak-anak itu juga datang ke Rotary Club, Lions Club untuk meminta sumbangan uang.
Usaha tak kenal lelah mereka di sela waktu bersekolah itu akhirnya berbuah dana untuk membuat sebuah sumur, memasang keran air agar warga bisa mengambil air bersih untuk minum, mencuci baju dan mandi, buang air di WC umum yang bersih dengan air bersih. Tak cukup hanya menyediakan sumur, keran dan MCK, Christie juga mengedukasi warga dan anak-anak di Mauk mengenai pentingnya hidup sehat lewat acara menggambar bersama.
“Senang dan bangga, akhirnya mereka bisa menggunakan air bersih seperti kami,” kata Ayrton. Mark menambahkan, dirinya yang hidup tak berkekurangan sangat senang bisa melihat orang yang selama ini tak bisa mendapat akses air bersih, akhirnya mendapat fasilitas yang sama seperti dirinya.