Ingin Jalan Pintas, Mahasiswa Sewa Joki Tugas
Perjokian tugas di kalangan mahasiswa seperti gas dari orang yang buang angin. Wujudnya tak tampak, tapi aromanya bisa tercium dengan jelas.
Tugas menumpuk dan ingin cepat lulus membuat banyak mahasiswa mengambil jalan pintas: menyewa joki tugas. Ini penyakit lama dalam dunia pendidikan kita yang sampai sekarang belum bisa diatasi.
Gadis (20), begitu dia minta disapa, adalah mahasiswa tahun pertama di salah satu kampus ekonomi di Jakarta Selatan. Selain kuliah, ia sehari-hari bekerja sebagai karyawan penjualan barang elektronik. Ia harus berbagi waktu antara kuliah dan bekerja. Teman-teman kuliahnya sebagian juga kuliah sambil bekerja.
Suatu ketika, Gadis mendapat tugas kelompok mata kuliah ekonomi dari kampusnya. Tugas itu menuntut Gadis dan teman satu kelompoknya untuk bertemu dan mengerjakan tugas bersama.
Apa daya, karena semua sibuk bekerja, mereka kesulitan bertemu. Selain itu, masing-masing memiliki setumpuk tugas individu dari dosen yang juga mesti dikerjakan segera.
Di tengah kebuntuan, seorang anggota kelompok menyodorkan ide untuk menyewa jasa joki tugas. Si pengusul mengaku punya langganan joki tugas yang biasa mengerjakan tugas-tugas kuliahnya saat ia berkuliah di kampus yang lama.
Ide itu langsung disambut semua anggota kelompok. Mereka segera menghubungi joki yang bersangkutan lewat aplikasi percakapan. Setelah sepakat dengan tarifnya, mereka menyerahkan tugas itu.
”Kami tahu beres saja. Begitu jadi, tugas langsung diserahkan ke kami. Baru nanti diantarkan ke dosen,” ujar Gadis yang dihubungi melalui telepon, Rabu (12/10/2022).
Gadis mengatakan, penggunaan joki tugas sudah biasa di lingkaran pergaulannya di kampus. Mereka tidak khawatir dosen akan memergoki praktik curang ini karena mereka pikir, kebanyakan dosen sudah cukup puas jika mahasiswa mengumpulkan tugas tepat pada waktunya.
Selain mengerjakan makalah, lanjut Gadis, beberapa temannya juga menyewa joki tugas untuk mengerjakan soal ujian yang digelar secara daring. ”Begitu dosen kasih soal, kami langsung kirim ke dia. Lalu tinggal tunggu. Nanti jawabannya diserahkan sesuai tenggat pengumpulan tugas,” tambahnya.
Gadis sejauh ini puas dengan hasil kerja joki yang ia sewa bersama teman-teman sekelompoknya. Selain itu, tarif yang dikenakan sang joki masih terjangkau. Rentang tarifnya berkisar Rp 200.000-Rp 500.000 bergantung tingkat kesulitan dan tenggat penyelesaian tugas. Semakin sulit dan mepet waktu penyelesaiannya, semakin mahal.
Gadis mengaku akan menggunakan jasa joki tugas yang sama jika ia memerlukannya suatu hari.
Begitu dosen kasih soal, kami langsung kirim ke dia. Lalu tinggal tunggu. Nanti jawabannya diserahkan sesuai tenggat pengumpulan tugas,
”Mabuk tugas”
Perjokian tugas di kalangan mahasiswa seperti gas dari orang yang buang angin. Wujudnya tak tampak, tapi aromanya bisa tercium dengan jelas.
Dion, mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta di Tangerang, Banten, mengaku tahu teman-temannya memakai jasa mereka. Praktik itu sudah seperti rahasia umum di kalangan mahasiswa.
Menurut dia, teman-temannya mengambil jalan pintas seperti itu tidak semata karena malas, tetapi karena ”mabuk tugas”. Ia memberi gambaran, sebelum ujian tengah semester (UTS), mahasiswa di kampusnya mesti mencari nilai dari minimal tiga tugas. Nah, dosen untuk tiap mata kuliah memberi 4-5 tugas.
”Bahkan ada yang sampai 6-7 tugas. Itu baru dari satu mata kuliah, sedangkan ini mau UTS. Jadi, momen UTS dan tugas harian berkejar-kejaran,” ujarnya.
Baca juga: Berkenalan dengan Istilah Unik di Kampus
Dion tahu, apa pun alasannya, menggunakan jasa joki tugas itu tetap salah. Tetapi, ia melihat sistem perkuliahan yang menitikberatkan pada banyaknya tugas untuk mahasiswa, terutama selama pandemi Covid-19, juga turut andil dalam membuka celah bisnis perjokian.
Karena itu, ia bersikap netral terkait praktik perjokian. Mau pakai jasa joki silakan, tetapi kalau bisa jangan.
Di matanya, keberadaan joki tugas itu terkesan meringankan mahasiswa, tetapi sebetulnya malah menyesatkan karena mahasiswa jadi tidak paham tugas yang dipelajarinya.
”Aku, sih, tidak pernah pakai joki tugas. Sekepepetnya aku, mending aku kerjain sendiri semampuku sehingga tahu tugas berikutnya setelah mendapat masukan dari dosen,” katanya.
Ia mengingatkan, mengerjakan tugas dari dosen sebenarnya menjadi ajang melatih keterampilan lunak (soft skills) yang akan berguna kelak di dunia pekerjaan.
Di matanya, keberadaan joki tugas itu terkesan meringankan mahasiswa, tetapi sebetulnya malah menyesatkan karena mahasiswa jadi tidak paham tugas apa yang dipelajarinya.
Bertebaran
Perjokian bukan sesuatu yang baru dalam dunia pendidikan kita. Sejak dulu kita biasa mendengar praktik joki ujian nasional, joki untuk seleksi mahasiswa perguruan tinggi, joki skripsi/tesis, bahkan ada pula joki untuk seleksi pegawai negeri.
Praktik perjokian di masa lalu biasanya lebih tertutup. Kini, di era digital dan media sosial, perjokian dilakukan secara terang-terangan. Ketik saja frasa ”joki tugas” di mesin pencari, niscaya akan muncul aneka situs dan akun yang mempromosikan jasa perjokian.
Salah satunya adalah Kerjainplis, yang merujuk pada profil di Linkedin mengklaim sebagai perusahaan rintisan di bidang jasa pembuatan tugas dan telah melayani hingga 5.000 pelanggan. Tidak sekadar tugas kuliah dan skripsi, Kerjainplis juga mengerjakan jasa pembuatan esai, jurnal, hingga artikel berita.
Kerjainplis aktif di media sosial yang digemari anak muda, seperti di Instagram dan Tiktok. Pengikutnya pun lebih dari puluhan ribu di Tiktok dan ratusan ribu di Instagram. Kontennya kerap memberikan tips dan trik bagi para mahasiswa dalam mengatur waktu dan agar memperoleh nilai yang baik. Sejumlah pemengaruh (influencer) pun dipasang sebagai sarana promosinya.
Kerjainplis juga membuka lowongan kerja untuk mencari para mitra yang mau bergabung dengan bisnis ini. Salah satu syaratnya tidak tanggung-tanggung, mereka mencari mahasiswa semester akhir atau lulusan baru dengan minimal indeks prestasi kumulatif 3,25.
Ketika ditelusuri, Kerjainplis mencantumkan alamat kantor di Jalan Arteri Permata Hijau Nomor 5, Jakarta. Alamat itu ternyata tempat jajanan kuliner kekinian.
Founder Kerjainplis, Ulum Dita, yang dihubungi Kompas, Kamis (13/10/2022), menyatakan, alamat itu adalah kantor virtual. Memang sesuai regulasi yang ada, katanya, diperbolehkan menggunakan alamat virtual selama mengikuti syarat. Namun, ketika ditanya lebih lanjut terkait usahanya, Dita menolak untuk berbicara lebih lanjut. Ia khawatir akan ada narasi negatif yang muncul.
Sebelum menghubungi Dita, Kompas menjajal cara pemesanan jasa pembuatan tugas di Kerjainplis. Pemesanan dilakukan melalui aplikasi pesan Whatsapp. Peminat jasa akan diberikan isian data untuk dikirimkan kembali kepada admin sekaligus untuk mengetahui harga yang harus dibayarkan.
Jasa pembuatan tugas di Kerjainplis ini dibuka dengan harga Rp 100.000. Kompas pun mencoba memesan pembuatan makalah sebanyak 15 halaman dengan durasi pembuatan selama seminggu. Admin membalas dengan mematok harga sebesar Rp 650.000 untuk pesanan itu.
Kompas pun mencoba memesan pembuatan makalah sebanyak 15 halaman dengan durasi pembuatan selama seminggu. Admin membalas dengan mematok harga sebesar Rp 650.000.
Selain itu, ada situs Buatintugasku.com. Situs ini mengklaim bisa mengerjakan tugas apa saja, mulai makalah, paper, jurnal, esai, hingga kuis. Di dalam situs juga disertakan cara mengorder jasa mereka dengan iming-iming privasi terjaga.
Situs itu mengklaim memiliki 1.500 pelanggan dari 125 universitas. Mereka juga mengklaim memiliki 100 tenaga profesional dan telah mengerjakan 4.000 tugas.
Kita juga dengan mudah menemukan iklan jasa joki tugas di sejumlah lokapasar (marketplace) yang siap mengerjakan tugas mulai untuk pelajar SD, SMP, SMA, hingga mahasiswa S-1 ataupun pascasarjana. Tawaran serupa juga dengan mudah ditemukan di Instagram.
Baca juga: Awas Jebakan Kesibukan!
Memprihatinkan
Dosen Program Studi Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Olivia Lewi Pramesti, prihatin dengan praktik perjokian di kalangan mahasiswa. Ia mengatakan menemukan mantan joki tugas di kalangan mahasiswa baru di kampusnya.
”Dari cerita dia, ternyata banyak mahasiswa baru yang ketika SMA sudah biasa menggunakan jasa joki tugas,” ujarnya.
Karena penasaran, dosen yang biasa disapa Lewi ini bertanya kepada mahasiswa-mahasiswa baru, apa yang mereka ketahui tentang dunia mahasiswa. ”Jawabannya, joki tugas! Saya langsung mumet (pusing),” ujar Lewi.
Ia menandai, mahasiswa baru yang sejak SMA terbiasa menggunakan jasa joki tugas umumnya memiliki kemampuan rendah dalam mengerjakan tugas-tugas esai.
Untuk mencegah penggunaan joki tugas di kalangan mahasiswanya, Lewi menerapkan metode pembelajaran yang mengharuskan semua mahasiswa presentasi.
”Kalau mereka pakai joki tugas, mereka tidak akan menguasai materi yang dipresentasikan,” katanya.
Selain itu, ia mencoba membangun kepercayaan diri mahasiswanya untuk mengerjakan semua tugas sendiri. Dia katakan bahwa joki membuat mahasiswa tidak memiliki penghargaan atas karya akademis.
Dia juga menekankan kepada mahasiswa bahwa mengerjakan tugas adalah bagian dari proses belajar. Kalau pakai joki, berarti mereka tidak belajar.
Menurut Lewi, persoalan joki tugas ini sudah dalam taraf mengkhawatirkan. Perlu usaha bersama untuk mengakhiri penyakit lama ini.