Menata Ruang Berfungsi Maksimal
Ruangan yang didesain akan jauh lebih efektif penggunaannya ketimbang ruangan yang tidak didesain.
Ruangan yang didesain akan jauh lebih efektif penggunaannya ketimbang ruangan yang tidak didesain. Untuk anak muda, konsisten pada satu konsep dan memilih produk yang sifatnya kekal atau tahan lama dapat menjadi pegangan.
Anastasia Trifena Feodora dari Universitas Kristen Petra Surabaya, Jawa Timur, yang akrab disapa Anne sebenarnya mempunyai keinginan besar untuk menata kamarnya agar menjadi lebih estetik seperti yang biasa dia lihat di media sosial. Namun, karena masih terkendala dana, Anne yang masih tinggal bersama orangtuanya itu menerapkan strategi lain agar kamarnya tetap nyaman ditempati sekaligus mendukungnya agar semakin maksimal mengerjakan tugas-tugasnya.
”Soalnya, menurutku, interior pengaruh banget sih buat bangun vibes, biar kita nyaman di dalam ruangan itu. Apalagi kalau banyak tugas bikin video. Pasti butuh background yang estetik atau pakai lampu-lampu tambahan. Kalau suasananya nyaman, bisa bikin semangat kalau lagi ngerjain tugas,” ungkap Anne, Kamis (1/9/2022), saat dihubungi dari Jakarta.
Sehari-hari, karena perkuliahan sudah kembali dilaksanakan secara luring, Anne menghabiskan waktunya di kamar hanya selama 4 jam, yaitu saat pulang kuliah dan tidur di malam hari. Di akhir pekan, baru Anne menghabiskan nyaris setengah harinya di kamar.
”Kamarku masih polosan, tapi sesuai kebutuhan sih. Dindingnya cat putih, kasur satu, meja belajar satu, kursi satu. Sama ada ruang kosong setengah gitu di samping kasur buat kalau mau bikin video tugas-tugas di background yang polosan. Kalau lemari, dititipin ke kamar kakak. Biar ringkes,” imbuhnya.
Baca juga: Koneksi dan Pengalaman dari Membantu Dosen di Kampus
Anne berandai-andai bisa menyulap kamarnya menjadi lebih nyaman lagi. Dindingnya ingin dicat dengan warna biru muda favoritnya. Begitu juga dengan interior di dalamnya. Anne ingin mengganti meja dan kursi di kamarnya agar lebih simpel, serta menambahkan rak tempel di sudut-sudut kamar untuk meletakkan barang-barang seperti jam.
”Yang sekarang mejanya kayu, warnanya coklat muda. Kursinya marun. Beda dari mejanya karena kursinya kek kursi di gedung kondangan yang stainless terus tempat duduknya kain. Tapi, masih lumayan oke dilihat perpaduannya,” tutur Anne terkekeh.
Senyampang belum bisa merealisasikan keinginannya, Anne mengupayakan agar kamarnya selalu rapi. Di atas meja belajar misalnya hanya boleh ada 1-2 buku, lalu juga menggunakan seprei dengan warna-warna lembut. Lantai pun harus bersih.
”Secara tidak langsung, desain dan interior kamar bisa memengaruhi semangat atau tidaknya aktivitas di kamar. Tapi, masih banyak juga kayaknya yang belum sadar,” kata Anne.
Berbeda dengan Anne, Satriyani Dewi Astuti, mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga Surabaya yang sejak April 2022 mulai tinggal di indekos justru nyaris tak punya kesempatan mempercantik kamarnya. Alasan Yani, begitu dia akrab disapa, aktivitasnya di luar kos cukup tinggi. ”Jadi di kamar paling ada lemari, kasur, kipas. Udah,” ujarnya santai.
Yani juga belum terlalu berminat mendekor kamarnya karena induk semangnya melarang menempel atau memaku sesuatu ke dinding. Takut akan merusak tembok. Padahal, sebenarnya, Yani juga ingin menata kamarnya menjadi lebih warna-warni. Dia juga ingin kamarnya lebih luas sehingga bisa meletakkan meja belajar dan sofa untuk santai. ”Kalau sekarang, ya polos aja. Yang penting bersih, terus nyaman,” ungkap Yani.
Menurut dia, penataan kamar dengan mengaplikasikan kaidah-kaidah desain interior memang sangat tergantung tipe tiap-tiap individu. Bagi orang seperti dirinya yang bukan tipe senang di kamar, kamar hanya untuk tempat istirahat, asalkan nyaman.
Namun, Yani tak memungkiri, bila saat banyak kegiatan di kamar, dia ingin suasana kamarnya lebih mendukung lewat warna dan dekorasi yang ada. Tentunya agar betah saat mengerjakan tugas di kamar. ”Aku rasa, setiap mahasiswa punya perspektif berbeda soal kamar. Kadang, kalau kita pengin estetik, tapi enggak mau ribet menata kamar, ke kafe yang estetik buat tugas juga bisa,” ungkap Yani.
Mulai tumbuh
Berkaca dari pengalaman Anne dan Yani, desainer interior Tanah Air, Eko Priharseno, menuturkan, saat ini pemahaman dan kesadaran anak muda terhadap kebutuhan akan desain interior memang mulai tumbuh. Sebagai gambaran, bila dahulu Eko lebih banyak memberi layanan jasa desain interior untuk klien berusia 40-50 tahun yang sudah mapan secara finansial, kini makin banyak anak muda yang meminta jasa desain interior.
”Udah mulai banyak meski enggak masif. Buat kantor, rumah, dan apartemen. Kalau anak-anak first jobber, biasanya apartemen-apartemen kecil,” tutur Eko di sela peluncuran situs The Colours of Indonesia, www.tcoi.id, yang digagas ID12 sekaligus presentasi visual Ruang Mimpi yang menggunakan teknologi imersif di Senayan City, Jakarta Pusat.
ID12 adalah sekelompok desainer interior Indonesia yang berjumlah 12 orang, terdiri dari Eko, Agam Riadi, Anita Boentarman, Ary Juwono, Joke Roos, Prasetio Budhi, Reza Wahyudi, Roland Adam, Sammy Hendramianto S, Shirley Gouw, Vivianne Faye, dan Yuni Jie. Tanggal 19-30 September 2022, ID12 akan menggelar pameran bertajuk ”TCOI Chapter V” di Senayan City, Jakarta, mempresentasikan gaya desain interior modern dan klasik yang diaplikasikan pada sebuah rumah. Anak-anak muda bisa memanfaatkan kesempatan itu untuk mencontek dan menerapkannya pada hunian mereka.
Menurut Eko, anak-anak muda saat ini sudah semakin terbuka dengan penataan interior. Mereka paham bahwa ruangan yang ditata akan jauh lebih sempurna daripada yang tidak ditata. ”Mereka juga paham bahwa ruangan yang didesain jauh akan lebih efektif penggunaannya daripada yang enggak didesain,” imbuh Eko. Gaya mereka juga lebih ekspresif mulai dari yang vintage, modern, scandinavian, hingga japandi.
Menurut Ary Juwono, secara umum, pandemi menyadarkan orang bahwa penataan interior saat ini menjadi hal yang esensial. Tidak hanya di level menengah atas, tetapi juga di level menengah bawah.
”Ketika pandemi berlangsung, mereka enggak bisa ke mana-mana. Mereka harus di rumah, mau enggak mau dandanin rumah. Bersih-bersih, se-simple re-arrange,” kata Ary. Media sosial, dikatakan Ary, juga turut mendukung banyaknya orang, terutama anak-anak muda yang mulai sadar terhadap penataan interior.
”Tren yang berlaku sekarang adalah interior full function. Jadi, semua yang didesain itu memang ada fungsinya, bukan sekadar estetika. Ini berdasarkan pengalaman mereka menghadapi pandemi,” imbuh Ary.
Anita Boentarman menambahkan, untuk anak-anak muda dengan anggaran terbatas, ada baiknya memiliki konsep desain interior yang lebih kuat. ”Dengan satu konsep, akan lebih memudahkan mereka. Selain lebih indah dan lebih hemat karena konsisten dengan satu style. Jadi, saat belanja, sesuai kebutuhan. Untuk tahap awal, style produk yang everlasting tidak terlalu kontemporer juga bisa jadi pilihan agar lebih awet. Jadi lebih hemat,” tandasnya.