Siapa yang tidak ingin merdeka secara finansial sedini mungkin? Untuk mewujudkannya, anak muda harus pintar-pintar mengelola keuangan.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA, ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir bertemu dengan para peserta diskusi saat hadir sebagai salah satu narasumber dalam Kompasfest 2022 Presented by BNI di M Bloc Space, Jakarta Selatan, Sabtu (20/8/2022). Kompasfest 2022 yang berlangsung pada Jumat dan Sabtu ini mengambil tema ”Freedom”.
JAKARTA, KOMPAS — Mencapai kemerdekaan finansial sebelum usia pensiun adalah salah satu impian generasi muda masa kini. Untuk mewujudkannya, mereka perlu memahami prinsip perencanaan dan pengelolaan uang yang sehat.
Personal Finance Enthusiast Dani Rachmat, dalam kelas daring bertajuk ”No More Fear, It’s Time For FIRE” yang menjadi salah satu rangkaian kegiatan Kompasfest 2022 Presented by BNI, Sabtu (20/8/2022), di Jakarta, membahas sebuah metode merdeka secara finansial, pensiun lebih dini (financial independent, retire early/FIRE). Metode ini belakangan ramai digaungkan di media sosial.
Secara konsep, metode ini mengajak orang untuk menghemat pengeluaran, menambah investasi, dan merencanakan keuangan demi dapat bebas dari tuntutan keuangan sekaligus keluar dari kewajiban pekerjaan pada usia tertentu. Hal ini menjadi alasan yang tepat bagi seseorang untuk merencanakan keuangannya dengan berpandangan pada pemenuhan kebutuhan masa depan.
Dani mengatakan, generasi muda perlu melakukan tiga hal utama sedini mungkin selama masih berada di usia produktif apabila mereka ingin secepatnya mencapai kondisi merdeka secara finansial. Ketiga hal ini adalah hidup hemat untuk menekan pengeluaran, menabung dan berinvestasi secara agresif, serta menambah sumber penghasilan.
Dalam metode FIRE, kemerdekaan finansial dapat tercapai jika kita berhasil mengumpulkan aset dengan nilai minimal dua ratus kali kebutuhan bulanan. ”Jika seluruh aset tersebut diinvestasikan untuk menghasilkan imbal hasil sebesar enam persen per tahun, maka kebutuhan hidup bulanan di masa pensiun dapat tercukupi dari imbal hasil aset yang kita miliki,” ujar Dani.
KOMPAS/DIMAS WARADITYA NUGRAHA
Personal Finance Enthusiast Dani Rachmat berbicara dalam kelas daring bertajuk ”No More Fear, It’s Time For FIRE” yang menjadi salah satu rangkaian kegiatan Kompasfest 2022 Presented by BNI yang digelar di Jakarta, Sabtu (20/8/2022).
Dani menjelaskan, banyak sumber penghasilan yang bisa dimanfaatkan untuk mengumpulkan dana hingga dua ratus kali kebutuhan bulanan, di luar penghasilan pokok atau utama. Bagi pekerja formal, sejumlah sumber dana pensiun lain di antaranya adalah dana keanggotaan program Jaminan Hari Tua (JHT) BPJS Ketenagakerjaan, dana pensiun dari perusahaan pemberi kerja, dan uang pisah perusahaan.
”Di luar itu, hasil investasi portofolio, pemasukan bisnis, atau bahkan pemasukan royalti kalau kita memiliki sebuah karya, bisa menjadi tambahan dana pensiun sehingga target dua ratus kali kebutuhan bulanan bisa terlampaui,” ujarnya.
Meski begitu, Dani juga mengingatkan tetap ada risiko dari penerapan metode FIRE, di antaranya inflasi, penurunan nilai investasi, dan penurunan imbal hasil investasi. Untuk menghindari risiko tersebut, perhitungan mengenai anggaran kebutuhan bulanan serta cara memilih instrumen investasi harus cermat.
”Oleh karena itu, ketika berinvestasi, generasi muda juga harus paham profil risiko serta instrumen investasi yang dipilih. Pastikan untuk berinvestasi di lembaga jasa keuangan yang diawasi oleh OJK. Generasi muda juga wajib mempelajari dan mengerti setiap produk jasa keuangan yang akan Anda miliki sehingga meminimalkan dispute pada masa akan datang,” ujarnya.
Hidup ”frugal”
Sepakat dengan Dani, praktisi hidup frugal Samuel Ray menyarankan anak muda yang ingin mencapai FIRE untuk meningkatkan pendapatan, hidup sederhana, dan berinvestasi dengan cerdas. Samuel turut menerapkan gaya hidup frugal atau hemat yang belakangan juga ramai menjadi diskusi publik agar bebas secara finansial.
Dalam menentukan apakah seseorang sudah merdeka secara finansial, Samuel menghitung berdasarkan 4% Rule atau aturan 4 persen, yakni di mana jumlah pengeluaran per bulan dikalikan dengan 300. Dana itu digunakan untuk berinvestasi pada instrumen dengan imbal hasil paling sedikit tujuh persen per tahun. Kita bisa menggunakan empat persen dari hasil investasi itu untuk hidup dan menyisakan tiga persen untuk kembali investasi.
KOMPAS/ELSA EMIRIA LEBA
Kreator konten dan praktisi hidup frugal Samuel Ray berbicara dalam kelas ”Try Frugal Living to Save More” yang menjadi salah satu rangkaian kegiatan Kompasfest 2022 Presented by BNI yang digelar di Jakarta, Sabtu (20/8/2022).
Samuel menjelaskan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan generasi muda untuk hidup frugal, antara lain hidup dengan fokus yang jelas, membuat anggaran belanja untuk mengetahui prioritas, dan berbelanja dengan penuh kesadaran apakah barang atau jasa tersebut mendatangkan kebahagiaan. Selain itu, ia melanjutkan, ”Kita perlu hidup berdamai dengan kebutuhan kita apa adanya.”
”Misalnya saya dan istri berbicara soal pendidikan anak. Bagi kami, sekolah mahal itu tidak selalu yang terbaik, tapi kami juga harus lihat apakah sekolah itu cocok dengan anak atau tidak,” kata Samuel yang juga adalah kreator konten dalam kelas ”Try Frugal Living to Save More”.
Agar bisa hidup frugal di tengah gaya hidup yang konsumtif dan bersifat hedonisme, Samuel mengajak anak muda untuk menelaah ulang konsep uang. Uang bukanlah tujuan yang perlu dicapai, melainkan alat untuk mencapai tujuan.
Namun, yang perlu diingat, uang adalah sesuatu yang kita dapatkan setelah menukarkan energi hidup kita, yaitu berupa tenaga, waktu, dan keahlian. Keinginan kita tidak ada batasnya, tetapi hidup kita terbatas. Samuel terinspirasi perspektif ini setelah membaca buku Your Money or Your Life karya Vicki Robin dan Joe Dominguez.
”Uang itu sesuatu yang kita dapatkan setelah kerja keras, kita tukarkan kehidupan dan life energy. Ketika ingin membeli sepatu, contohnya, kita menukar dengan sepuluh hari bekerja di kantor. Bukan tidak boleh beli sepatu, tapi yang saya ingin tanyakan apakah itu setimpal? Balik lagi teman-teman yang menentukan sendiri,” tutur Samuel.
Samuel menyadari, tidak mudah bagi semua anak muda untuk hidup frugal. Namun, mereka bisa melakukannya secara bertahap. Yang penting, mereka jangan sampai menyiksa diri karena masih ada generasi muda yang merupakan sandwich generation dan menghadapi tantangan keuangan lainnya.