Jalan Mon Soleil menuju Paris sarat aral melintang. Kendala terbesarnya, Angela Thrisananda Kusuma, Salma Yasyifa, dan Yumna Dzakiyyah harus memvalidasi teknologi. Tim itu tak sungkan bertanya kepada dosen dan seniornya.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·5 menit baca
Mon Soleil yang terdiri atas Angela Thrisananda Kusuma (21), Salma Yasyifa (20), dan Yumna Dzakiyyah (21) memukau dewan juri L’Oréal Brandstorm 2022. Mereka mampu mengungguli finalis dari Amerika Serikat dan Italia hingga dinobatkan sebagai pemenang kompetisi global tersebut.
Angela, Salma, dan Yumna bergantian menuturkan inovasinya dengan antusias lewat panggilan video yang difasilitasi L’Oréal Indonesia, Jumat (22/7/2022). Mon Soleil mengajukan HyperSync yang menggunakan teknologi untuk menghubungkan hormon dengan serum sesuai dengan kebutuhan kulit.
”HyperSync atau hyper-personalized skincare diterapkan untuk perawatan kulit yang personal. Prosesnya end to end (dari awal hingga akhir),” kata Yumna. Berbasiskan hormon, trio tersebut menggabungkan sains dan data untuk meningkatkan kesehatan kulit.
”Darah konsumen juga dicek supaya tahu hormonnya. Berdasarkan informasi awal, diberikan rekomendasi sekaligus skincare (perawatan kulit) yang tepat,” ujar Yumna. Terobosan itu dinilai cemerlang karena perawatan yang tak hanya eskternal, tetapi juga internal.
”Disesuaikan dengan hormon konsumen pada periode tertentu. Jadi, perawatannya sangat khusus untuk setiap konsumen,” ucap Yumna. Mon Soleil pun diboyong ke Singapura untuk memaparkan pikirannya saat final internasional L’Oréal pada 23 Juni 2022.
Dewan juri L’Oréal Brandstorm 2022 di Paris, Perancis yang terhubung dengan telekonferensi menilai, inisiatif Mon Soleil amat aplikatif. Pada hari itu juga mereka dianugerahi juara kategori Tech Track dan diganjar kunjungan ke kantor pusat L’Oréal di Paris selama tiga bulan.
”Waktu final, pasti tegang karena dewan juri, kan, eksper L’Oréal semua. Habis presentasi dan pesan bisa disampaikan dengan baik, kami lega,” ujar Salma. Apalagi, waktu untuk mengemukakan gagasan mereka sangat terbatas atau hanya empat menit.
Angela, Salma, dan Yumna pun sungguh gembira. Mereka bersyukur bisa melancong ke pusat mode dunia itu pada 2023. ”Kami excited (senang) sekali. Kesempatan yang kami tunggu. Aku dan Yumna baru pertama kali ke Paris,” ujar Angela.
Mereka berwisata sekaligus mengikuti program kewirausahaan dengan mengembangkan idenya. Mon Soleil berharap buah pikirannya dapat dibawa ke masyarakat luas. ”Kami ingin HyperSync disempurnakan supaya bermanfaat untuk publik,” kata Angela.
Teman baik
Prestasi Mon Soleil dimulai dengan perhatian Angela terhadap lomba tersebut sejak masuk School of Business and Management Institut Teknologi Bandung (ITB). ”Banyak kakak angkatan yang pernah ikut. Aku dan Salma sebenarnya jadi peserta L’Oréal Brandstorm 2021,” ujarnya.
Kompetisi itu digelar sejak 1992. Mon Soleil menghadapi tantangan yang tak ringan lantaran L’Oréal Brandstorm jauh berbeda dengan kompleksitasnya dibandingkan dengan lomba lain. Angela dan Salma malah tertarik karena bisa belajar banyak.
Mereka berketetapan hati mengikuti lagi kompetisi tersebut seraya menggandeng Yumna. Mahasiswi-mahasiswi itu tergabung dalam organisasi nonprofit yang sama. ”Kami jadi teman baik. Suka hangout (kumpul) bareng, lalu berminat ikut L’Oréal Brandstorm 2022,” ujar Angela.
Kampus yang sama memudahkan Mon Soleil berkoordinasi. Salma kuliah di Program Studi Sains dan Teknologi Farmasi, Sekolah Farmasi ITB. Sementara Yumna mengambil Program Studi Teknik Elektro, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB. Mereka sama-sama angkatan 2019.
”Mon Soleil artinya matahariku (bahasa Perancis). Harapannya, bisa menerangi seperti matahari,” kata Angela sambil tersenyum. Pemilihan tersebut simpel saja dengan mengambil judul lagu serial Emily in Paris. Pemenang L’Oréal Brandstorm 2022 pun dihadiahi kunjungan ke kota itu.
Kompetisi itu mengusung tema ”Disrupt Beauty 2030”. Jalan menuju Paris tentunya sarat aral melintang. Kendala terbesarnya, mereka harus memvalidasi teknologi. ”Soalnya, terapan yang multidisiplin. Kompleks sehingga kami menghubungi beberapa dosen dari fakultas berbeda,” kata Salma.
Mereka tak segan meminta arahan kepada kakak angkatan yang pernah mengikuti lomba itu. Mon Soleil mengharumkan Nusantara untuk kedua kalinya dalam ajang tersebut. ”Indonesia pertama kali juara pada 2019. Setim bertiga, kakak angkatanku di STEI ITB. Kami juga tanya mereka,” ucap Yumna.
Ia dan rekan-rekannya sungguh senang karena mereka yang diajak diskusi bersedia meluangkan waktu dengan tangan terbuka. ”Tinggal disesuaikan waktunya selama tujuh bulan persiapan, mulai dari brainstorming (curah pendapat) sampai final,” kata Angela.
83.000 individu
Hingga final nasional di Jakarta pada April 2022, mereka harus bersaing dengan lebih dari 1.500 individu, baik perseorangan maupun tim. Mon Soleil pun melewati semifinal internasional yang diselenggarakan secara daring pada Mei 2022.
Mereka diapresiasi karena kejeliannya menggarap kesehatan kulit secara internal yang belum banyak dilirik. Mon Soleil juga memperhitungkan kelayakan atau feasibility. ”Dari market (pasar) dilihat sehingga diupayakan juga bisa diterima dunia industri,” ucap Salma.
L’Oréal Brandstorm 2022 yang diikuti lebih dari 83.000 individu juga mempertandingkan kategori Inclusion Track dan Green Track. Mon Soleil awalnya berkutat di tiga kategori. Pengamatan dan prediksi mereka mengenai tren pada tahun-tahun mendatang ternyata dirasakan paling cocok untuk Tech Track.
”Setelah meriset, kami jadi tahu pengaruh terhadap kesehatan kulit tak hanya eksternal. Faktor internal juga besar dampaknya,” ucap Yumna. Kejernihan ide yang riil dan komunikasi Mon Soleil dalam waktu singkat tanpa kehilangan bobotnya mengantar mereka menuju kemenangan.
Bakat-bakat yang ditunjukkan dalam final L’Oréal Brandstorm 2022 begitu memukau, tetapi Mon Soleil mampu mengatasi problem konsumen ke depan secara preventif. ”Tidak hanya memecahkan masalah saat itu. Juri-juri bisa memahami penjelasan kami dengan baik,” kata Angela.
Meski Mon Soleil memproyeksikan temuannya disegmentasikan untuk kelas menengah atas, tak tertutup kemungkinan layanan itu bisa menjangkau lebih banyak konsumen dengan berkembangnya teknologi. Mereka juga berjalan secara egaliter tanpa perlu menunjuk salah satunya sebagai koordinator atau ketua tim.
Prestasi Mon Soleil kian istimewa karena berhasil melampaui tim dari negara-negara dengan basis teknologi terdepan. ”Kita kembali membuktikan talenta muda Indonesia bisa bersaing di level dunia,” ujar President Director L’Oréal Indonesia Umesh Phadke.
Tim Stealth Squad dari ITB turut bertanding dengan kategori Inclusion Track yang mengetengahkan inovasi SunQuare. Kategori Green Track juga diramaikan tim Musaceae dari Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L) dengan inovasi Banana Pseudostem.
Angela Thrisananda Kusuma
Lahir: Solo, 2 November 2000
Pendidikan:
- SD Xaverius 2 Palembang
- SMP Xaverius 1 Palembang
- SMAN Sumatera Selatan Palembang
- School of Business and Management Institut Teknologi Bandung (ITB)
Salma Yasyifa
Lahir: Bandung, 17 Agustus 2001
Pendidikan:
- SD Salman Al-Farisi Bandung
- SMP Salman Al-Farisi Bandung
- SMAN 8 Bandung
- Program Studi Sains dan Teknologi Farmasi, Sekolah Farmasi ITB
Yumna Dzakiyyah
Lahir: Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 16 Januari 2001
Pendidikan :
- SDN 11 Langkai Palangkaraya
- SMPN 1 Palangkaraya
- SMAN 2 Palangkaraya
- Program Studi Teknik Elektro, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB