Mahasiswa dan pelajar di rantau berduyun-duyun pulang ke rumah masing-masing. Liburan bisa saja diisi dengan bersantai, tapi sebagian dari mereka berkegiatan positif. Bukan hanya main gim, mengobrol, dan menonton video.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·5 menit baca
Tibanya masa Lebaran membuka gelombang pelajar dan mahasiswa perantau yang kembali ke rumah orangtua masing-masing. Waktu pun teramat luang, tetapi bukan berarti mereka hanya leyeh-leyeh. Vakansi lantas diisi dengan berolahraga, mengasah kemampuan bermusik, hingga mendalami agama.
Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Jumat (22/4/2022), tetap ramai meski sudah pukul 01.25. Kereta dari Malang, Jawa Timur, sampai tepat waktu dan rombongan SMA Negeri Taruna Nala berhamburan dari pintu keluar. Remaja berseragam biru itu langsung menyerbu keluarganya.
Muhammad Antasena Hasbi (15) berangkulan dengan ayahnya, Bisma Hartanto (45). Siswa kelas X itu termasuk delapan remaja yang meninggalkan baraknya hingga 8 Mei 2022. Tak hanya orangtuanya, muda-mudi tersebut juga tampak santun terhadap kerabat kawan dengan mencium tangan mereka.
Senyum semringah tersungging di sela obrolan hangat dan gelak tawa. Para pelajar itu berfoto bersama sebelum menarik koper menuju kendaraannya. Mobil yang dikemudikan Bisma mengarah ke kedai-kedai di Jalan Kramat Raya. Ia dan keluarganya sahur dengan nasi kapau yang lezat sambil bersenda gurau.
”Aku sudah bikin rencana. Setiap hari, seenggaknya olahraga sekali. Aku sama teman-teman juga mau joging di GBK (Gelora Bung Karno),” ujarnya. Hasbi bahkan berencana mengajak beberapa siswa SMP yang lolos seleksi masuk SMA Taruna Nala untuk bergabung dan menjalin keakraban.
Ia menyebut upaya menjaga kebugaran dengan bina fisik atau binsik. Istilah itu terdengar formal, tetapi Hasbi sebenarnya hanya merujuk olahraga sehari-hari. ”Lari dan push-up sambil main. Kalau senioritas di luar sekolah enggak ada. Cuma main bareng. Seru-seruan saja,” ucapnya.
Jika sendiri, Hasbi bisa berolahraga hingga satu jam. Di GBK, ia dan teman-temannya mencari keringat disusul berbuka puasa bersama. ”Mulai sore sampai selesai, sekitar dua jam. Bisa sampai lima orang yang kumpul,” ujar warga Karang Tengah, Tangerang, Banten, yang juga hobi bermain sepak bola itu.
Ia pun sudah tak sabar untuk bersua dengan personel-personel bandnya. Sekstet tersebut tergabung dalam Retroville yang terbentuk sejak dua tahun lalu. Mereka kerap membawakan lagu-lagu Bruno Mars, Maroon 5, Reality Club, Rex Orange County, dan The Beatles. Hasbi kebagian memetik gitar.
”Biasanya ngejam (latihan) di Mayestik. Kalau malam lagi bosan atau terbangun, aku suka ngulik lagu sendiri. Asal liburan enggak rebahan saja,” katanya sambil tertawa. Retroville pernah menggondol juara pertama lomba band Bakti Mulya Cup di Jakarta, tahun 2019, dengan mengaransemen ulang ”Yamko Rambe Yamko”.
Menambah hafalan
Selaras dengan Hasbi, Zhahira Anaqah Pratama (17) pun tak ingin menyia-nyiakan liburannya. Ia bertekad menambah hafalan surat-surat dalam Al Quran. ”Sekarang, aku sudah murajaah sampai tujuh juz, ditambah doa dari beberapa mata pelajaran. Kalau enggak dibaca lagi, bisa lupa,” katanya.
Siswi kelas XI itu dijemput orangtua dari asramanya di Pondok Pesantren Imam Bukhari, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pertengahan April 2022. ”Aku enggak punya target tambahan juz yang bisa dihafal, sih. Pengin sebanyak-banyaknya semampuku saja,” ujarnya.
Setiap hari, warga Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, itu melatih ingatannya selama satu jam. Ia bergeming seusai menunaikan shalat. ”Bisa di antara lima waktu. Sesempatnya saja. Kalau bisa habis subuh, ya, dihafalkan. Aku pengin mengulang lagi yang sudah dipelajari di pesantren,” ucapnya.
Surat-surat dilafazkan kembali dengan belajar dari guru, buku, hingga internet. Ia mencari penjelasan mengenai materi yang kurang dipahaminya di kelas. ”Aku mau mengisi waktu dengan kegiatan yang bermanfaat,” kata Anaqah yang gemar membaca dan memasak itu.
Selama di rumah, ia tak canggung menyingsingkan lengan baju untuk ikut mencuci, mengepel, dan menyapu. Anaqah juga menikmati liburannya dengan mengakses internet. ”Tentu, berkumpul bersama keluarga dan istirahat yang cukup sebelum balik, pertengahan Mei nanti,” ucapnya.
Mengunjungi museum
Rafi Ramadhan (20) langsung berolahraga di Taman Lapangan Banten, Jakarta, Sabtu (23/4/2022), setelah tiba dari Malang sehari sebelumnya. ”Paling pegal-pegal sedikit. Tadi habis sahur enggak tidur lagi. Langsung joging sampai 1,5 jam mulai pukul 07.00,” ujarnya.
Rafi membulatkan niatnya mengisi liburan dengan berkunjung ke museum-museum. Warga Pademangan, Jakarta, itu sangat menggandrungi sejarah. ”Makanya, saya pengin ke Museum Nasional. Saya senang banget mengamati arca. Bangunannya juga keren. Di museum, saya rata-rata berkeliling selama dua jam,” ujarnya.
Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya angkatan 2020 itu indekos di Lowokwaru, Malang. ”Di Jakarta, kumpul sama keluarga. Jalan-jalan bareng teman. Saya punya dua sahabat dari SMA yang kuliah jurusan sejarah. Mereka ikut ke museum,” katanya.
Rafi juga tertarik menambah wawasannya mengenai Kota Tua dengan mengikuti trip yang ditawarkan lewat internet. Ia sudah beberapa kali mengambil paket tersebut. ”Terakhir, Januari 2020. Jalan-jalan ke Glodok sambil wisata kuliner. Soalnya, saya juga hobi coba makanan,” ucapnya.
Tujuan lain, Sarinah yang disasar Rafi karena historinya. Ia melihat kemegahan pusat perbelanjaan itu setelah direnovasi lewat foto-foto yang diunggah ke media sosial. ”Saya ke Malang, Juni nanti buat ikut semester pendek. Sampai saya balik lagi, kuliah reguler bisa online (daring),” ucapnya.
Psikolog Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Febdi Hermawan, mengemukakan manfaat mengisi liburan dengan aktivitas positif. ”Remaja yang berolahraga, misalnya, dapat endorfin dan kepuasan. Capek, ya, tapi senang. Tidurnya pun nyenyak,” katanya.
Berbeda, umpamanya, dengan remaja yang bermain gim seharian, bahkan begadang. Mereka mudah naik pitam karena metabolismenya yang kacau. ”Emosinya dibangun dari gim, lalu naik karena yang muncul energi negatif. Seharusnya istirahat malah main gim sampai pagi. Jadinya kecanduan,” katanya.
Febdi menekankan pentingnya peran orangtua untuk mengedukasi anak dengan menyampaikan aturan sehingga liburan tak berlalu begitu saja. ”Supaya anak disiplin. Lingkungan membentuk kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis mereka,” ucapnya.
Bermain gim, berbaring, atau menonton video memang melepaskan stres, tetapi intensitasnya sangat berdampak terhadap jiwa remaja. ”Gim dibuat supaya pemain bertarung terus-menerus. Main gim boleh, tapi waktunya diatur. Kalau sadar, remaja beralih dulu dengan mengaji, membaca, atau berolahraga,” katanya.