Di era digital, masyarakat diharapkan bisa menyaring informasi dengan lebih bijak. Di sisi lain, media massa dan kreator konten bisa menyuguhkan informasi yang akurat dan tepercaya.
Oleh
MARIA SUSY BERINDRA
·4 menit baca
.
Perkembangan teknologi yang cepat membuat masyarakat disuguhi berbagai macam informasi, salah satunya melalui media sosial. Di era digital, masyarakat diharapkan bisa menyaring informasi dengan lebih bijak. Di sisi lain, media massa dan kreator konten diharapkan bisa menyuguhkan informasi yang akurat dan tepercaya.
Tema bahasan ini mengemuka dalam webinar ”Impact of Yournalism: Create, Share, & Collaborate in Digitalization” yang diselenggarakan harian Kompas dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional, Sabtu (12/2/2022). Acara ini menghadirkan pembicara Redaktur Pelaksana Harian Kompas Adi Prinantyo dan kreator konten Ferry Irwandi.
Adi memaparkan bagaimana aktivitas jurnalistik zaman dulu dan saat ini. Di era 1980-an, media massa terlahir sebagai pers perjuangan yang menjalankan fungsi kontrol sosial dengan memproduksi berita yang inspiratif. Kini, di era digital, media massa cetak harus bersaing dengan homeless media dan media sosial yang menghadirkan beragam konten kepada publik.
”Kami tetap menjalankan fungsi pers melalui perwujudan jurnalisme berkualitas. Kami berusaha supaya Kompas tetap dalam dipercaya publik. Saat pandemi, verifikasi data tidak boleh ketinggalan. Akurasi harus terjaga. Kalau ada kendala dalam wawancara secara langsung, pasti ada jalan lain tanpa mengurangi makna akurasi. Itu bagian dari konsekuensi setia menekuni jurnalistik berkualitas, apa pun platformnya,” kata Adi.
Mulai tahun 2017, Kompas telah merintis Kompas.id untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mendapatkan informasi yang lebih berkualitas dan cepat. ”Dulu, wartawan Kompas yang masuk tahun 2000-an terbiasa dengan meliput dan menulis berita hari ini yang dicetak besok. Sekarang, tidak bisa begitu, berita hari ini harus segera dipublikasikan, deadline empat jam setelah peristiwa,” ujarnya.
Adi mengungkapkan, salah satu konten yang diunggulkan oleh Kompas adalah investigasi yang hadir setiap bulan sekali. ”Belakangan ini, Kompas perlu hadirkan konten yang benar-benar beda dengan media lain. Tim investigasi, ada dua tim. Karya investigasi akan dimuat bila memang benar-benar siap dengan data yang lengkap,” katanya.
Hasilnya, produk investigasi berjudul ”Berbahaya, Masker Medis Palsu Beredar di Masyarakat” yang terbit pada harian Kompas edisi 3 April 2021 meraih piala Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2021 untuk kategori indepth reporting media cetak. Piala diterima wartawan Kompas, Andy Riza Hidayat, pada Rabu (9/2/2022) dalam rangkaian Hari Pers Nasional di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Sementara itu, kreator konten Ferry Irwandi mengungkapkan bagaimana menghadapi berbagai tantangan membuat konten kreatif dan berkualitas di Youtube. Dalam satu bulan, Ferry membuat tiga sampai empat konten di Youtube, yang ditonton lebih dari 500.000 pemirsa. Kreator ini memiliki 241.000 pengikut.
Dalam setiap videonya, Ferry dengan gaya santai mengulas tema-tema yang berkaitan dengan ekonomi. Untuk menarik perhatian, video dengan durasi rata-rata sepuluh menit itu dilengkapi dengan cuplikan-cuplikan adegan atau infografis.
Misalnya, di video ”Docuvlog: Ironi Industri Parfum Indonesia” yang diunggah Ferry awal bulan ini. Di segmen awal, dia membahas tentang minyak nilam yang sebagian besar diproduksi di Indonesia, lalu dilengkapi dengan gambar animasi. Di segmen berikutnya, saat menyebut nama Bung Karno, dia pun menyisipkan video Bung Karno yang berjalan ke sebuah pabrik.
”Saat ini, content creator banyak banget. Nah, kita harus bisa membaca algoritma di Youtube. Seperti main bola aja, sejago-jagonya main bola, kalau gak menguasai strategi, ya, enggak menang,” katanya.
Menurut Ferry, apabila sudah mengetahui algoritma Youtube seperti apa, barulah kreator berusaha mempertahankan para penonton untuk tetap berada di kanalnya. ”Masyarakat Indonesia itu pembosan. Melihat channel kita, gak langsung subscribe, pasti dilihat dulu satu atau dua videonya, apakah cocok atau enggak,” katanya.
Dalam perjalanan sebagai kreator konten, Ferry tak serta-merta meraih kesuksesan. Dia memulai menjadi kreator konten Youtube sejak sepuluh tahun lalu. Sebelumnya, dia yang suka dengan sinematografi dan videografi itu ingin membuat video terkait dua hal itu. Namun, saking banyaknya konten mengenai dua bidang itu, Ferry pun banting setir.
”Latar belakang saya ekonomi keuangan. Lalu, saya berpikir kenapa gak bawa tema ekonomi keuangan ke channel saya aja, sesuatu yang enggak banyak dibahas orang lain. Awalnya, saya pun ragu, siapa yang mau nonton konten serius, tetapi ternyata banyak juga yang nonton,” tuturnya.
Salah satu tips yang disampaikan Ferry adalah jangan mengejar sesuatu yang viral. ”Jangan kejar sesuatu yang viral. Itu sesuatu di luar jangkauan kita. Untuk beberapa video, saya enggak menyangka akan banyak penontonnya,” ujarnya.