Geronsiyono Widodon, Youtuber Kocak dari Manggarai
Dari sebuah desa di Manggarai Timur, NTT, Geronsiyono Widodon menjadi terkenal melalui konten-kontennya di Youtube.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
Tak pernah terlintas dalam benak Geronsiyono Widodon (23) untuk menjadi seorang Youtuber. Pemuda yang lebih dikenal dengan nama Ronsi Geronsiyono ini sekarang menjadi salah satu Youtuber dari Nusa Tenggara Timur dengan lebih dari satu juta pengikut. Melalui platform ini, ia menyajikan cerita kocak dari tanah Manggarai Timur, NTT.
Ronsi pertama kali berkenalan dengan Youtube saat berkuliah di Malang, Jawa Timur, pada 2015. Akun Youtube ini dibuat untuk mengumpulkan tugas. Karena memiliki kamera yang menganggur, ia dan teman-teman perantauannya akhirnya suka membuat video komedi dan iseng.
“Waktu itu tidak ada pikiran bahwa Youtube bisa menghasilkan uang. Kami membuat video untuk menyalurkan ide saja itu sampai tahun 2018. Pengikutnya masih sekitar 1.000-an akun,” kata Ronsi, melalui sambungan telepon dari Kampung Golo Ngawan, Manggarai Timur, Kamis (2/9/2021).
Selesai kuliah pada 2019, Ronsi dan teman-temannya pulang ke kampung masing-masing. Ia ingin terus membuat konten. Inspirasi ternyata bisa datang dari orang terdekat. Ronsi akhirnya mengajak tiga sepupunya yang masih bocah, yakni Jio, Aldin, dan Am, yang sedang bermain sore-sore.
Mereka membuat konten tentang terjemahan bahasa Inggris secara harfiah ke konteks sosial Indonesia. Konten iseng itu viral setelah dirilis pada Juli 2019. Berjudul Terjemahan Bahasa Inggris Lucu Part 1//Bocah Korslet, video dalam bahasa Manggarai ini ditonton 1,4 juta kali. Banyak orang, termasuk pejabat daerah setempat, mengapresiasi video ini.
Ronsi semakin bersemangat untuk berkarya. Pemuda ini membuat video motivasi lucu, parodi fenomena sosial, percakapan absurd, hingga lelucon konyol bersama saudara-saudaranya itu. Sesuai judul video-videonya, Bocah Korslet di sini berarti anak kecil yang suka berbicara, tetapi topik pembahasannya tidak runtut. Ibarat korsleting listrik.
Konten-konten tersebut ikut terkenal, bahkan ada yang menjadi nomor satu di daftar trending Youtube Indonesia dan ditonton sampai 27 juta kali. Jumlah pengikut Ronsi mencapai 100.000 akun pada awal 2020 dan tembus satu juta akun pada akhir tahun. Hingga September 2021, jumlah total penonton yang menonton akun Ronsi sudah sebanyak 99,77 juta kali.
Penonton Ronsi berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia, seperti NTT, Papua, Maluku, dan Jawa Timur. Beberapa malahan berasal dari Malaysia dan Timor Leste. “Saya adalah salah satu Youtuber pertama NTT yang mendapatkan penghargaan Gold Play Button dari Youtube. Tidak menyangka saya akan sampai pada titik ini,” ujar Ronsi, yang telah memiliki 1,07 pengikut ini.
Video Ronsi sekarang menggunakan bahasa Indonesia, sesuai permintaan penonton dari seluruh Indonesia. Namun, anak kedua dari tiga bersaudara ini tidak pernah meninggalkan identitas sebagai orang Manggarai. Videonya tetap menggunakan dialek Congkar Manggarai dan menunjukkan budaya Manggarai, seperti kain tenun, adat istiadat, dan keadaan sosial di sana.
Keunikan video Ronsi yang kental dengan nuansa kearifan lokal turut mendapat apresiasi dari penonton. Menurut Ronsi, beberapa penonton berkomentar baru mengetahui Manggarai ada di NTT, bukan hanya Jakarta. Penonton juga mengagumi keunikan kain tenun Manggarai dan bahkan mengutarakan niat untuk berkunjung ke sana setelah menonton kontennya.
Melawan keterbatasan
Menjadi Youtuber di kampung tidak semulus layaknya Youtuber terkenal di kota besar. Ronsi menggarap sendiri kontennya dari nol. Meskipun kadang kelabakan, ia mencari ide, membuat skrip, mengambil video dengan kamera, mengedit, dan mengunggah sendiri ke Youtube. Inspirasi membuat konten biasa dia peroleh dari media sosial dan lingkungan sekitar.
Ronsi juga harus melawan keterbatasan yang ada. Karena tinggal di kampung, ia harus menempuh jarak sekitar 70 kilometer dengan jalan yang buruk untuk mencari perlengkapan syuting di Kota Ruteng. PLN pun belum ada sehingga rumah di kampungnya menggunakan mesin genset yang baru menyala pada malam hari. Produktivitas Ronsi mau tak mau terpengaruh.
“Tantangan lainnya itu karena pemeran utamanya anak-anak. Mereka masih belum terbiasa menggunakan bahasa Indonesia karena kesehariannya menggunakan bahasa daerah jadi ngomong-nya belum jelas. Kita harus sabar dan mengajari mereka pelan-pelan,” kata pemuda ini.
Ronsi, yang bekerja sebagai guru seni budaya dan penjaskes di SMP setempat, turut berbagi pengalaman sebagai Youtuber kepada warga Manggarai dan sekolah tempatnya mengajar. Di kelas, contohnya, Ronsi sering mengundang murid-muridnya untuk berkonsultasi jika ingin membuat konten. Memang tidak semua memegang ponsel sendiri, tetapi ia ingin agar anak-anak itu tahu ada profesi lain di dunia digital.
Nyatanya, sebagai Youtuber, Ronsi bisa mendapat penghasilan yang cukup untuk kebutuhan hidup, meskipun bersifat fluktuatif. Satu video Ronsi yang viral hingga jutaan penonton bisa menghasilkan antara Rp 30 juta-90 juta. Jika sedang tidak produktif, Ronsi mendapat pemasukan Rp 3 juta-7 juta sebulan. Ronsi bisa membeli kamera baru dan mobil bekas berkat pekerjaan sebagai kreator konten ini.
“Selama jadi Youtuber, saya belajar dunia ini tidak sempit, tinggal kita memanfaatkan sumber daya yang sudah ada. Saya juga harus belajar menerima kritikan orang tentang konten saya karena itu adalah motivasi untuk maju,” tutur Ronsi, yang juga selalu berusaha untuk rendah hati.
Geronsiyono Widodon
Lahir : Desa Golo Pari, Manggarai Timur, 9 Mei 1998
Pendidikan : S-1 Prodi Pendidikan Geografi Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (angkatan 2015)
Pekerjaan : Guru SMP Negeri Satap Meni Lontong (2020-sekarang)