Dengan memanfaatkan platform daring, anak bisa berolahraga untuk menjaga kebugaran dari rumah.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Aktivitas fisik menjadi terbatas selama pandemi Covid-19. Alhasil, anak lebih sering menghabiskan lebih banyak waktu menggunakan gawai daripada bergerak. Dengan memanfaatkan platform daring, anak bisa berolahraga untuk menjaga kebugaran dari rumah.
Direktur Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Sri Wahyuningsih, di Jakarta, mengatakan, olahraga merupakan salah satu elemen penting bagi pendidikan anak. Namun, salah satu tantangan orang tua saat pandemi adalah memotivasi anak rutin berolahraga untuk menjaga kebugaran dan menguatkan imunitas tubuh.
“Olahraga bisa membantu pembentukan nilai dan karakter baik bagi anak sejak sekolah dasar hingga ke jenjang pendidikan selanjutnya. Anak bisa belajar sportivitas dan pantang menyerah, serta membangun kemandirian anak,” kata Sri dalam peluncuran virtual Platform Edukasi Olahraga dan Nutrisi Online “Milo Activ Academy”, Rabu (28/7/2021).
Pada 2020, WHO menyarankan, agar anak dan remaja berusia 5-17 tahun harus melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang hingga kuat, seperti aerobik, setidaknya rata-rata 60 menit per hari sepanjang minggu. Mereka bisa menggabungkan aerobik dan olahraga yang menguatkan tulang dan otot setidaknya tiga hari dalam seminggu.
Banyak video tutorial untuk berolahraga tersedia di dunia maya, terutama Youtube. Satu platform daring baru lagi yang bisa diakses adalah Milo Activ Academy. Ini adalah platform edukasi olahraga bagi anak usia 5-12 tahun yang menyediakan tutorial berolahraga enam cabor, antara lain aerobik, bulu tangkis, lari, dan sepak bola.
Business Executive Officer Beverages Business Unit Nestlé Indonesia, Mirna Tri Handayani menyebutkan, platform itu adalah platform edukasi olahraga daring pertama Milo yang disusun oleh ahli di bidang olahraga. Platform itu bertujuan untuk mendukung pembentukan generasi muda Indonesia yang lebih sehat, aktif, dan berkarakter tangguh.
“Semoga platform ini bisa menjadi salah satu solusi di Indonesia. Di masa pertumbuhan, orangtua perlu memberi asupan penting dan stimulasi agar perkembangan fisik dan sosial anak bisa berkembang, salah satunya dengan olahraga,” ujar Mirna.
Dalam studi yang dilakukan Nestlé, anak mengalami perubahan besar di tiga aspek dalam rentang usia 5-15 tahun. Anak bisa terlihat bertambah tinggi pada aspek fisik, mengekspresikan emosi yang lebih kompleks pada aspek kognitif, serta memiliki citra diri pada aspek sosial dan karakter.
Ketua Indonesia Sport Nutritionist Association (ISNA), Rita Ramayulis, menambahkan, agar anak mau berolahraga di rumah, orangtua harus memberi penjelasan mengapa penting untuk berolahraga. Selain itu, orangtua perlu menyediakan faktor yang memungkinkan anak untuk bergerak, seperti area khusus, peralatan, atau jadwal berolahraga.
Menurut dia, gerakan yang baik, terukur, dan teratur bisa membantu anak mencapai pertumbuhan yang optimal. Hal ini karena gerakan tersebut membawa oksigen ke jaringan tubuh anak, termasuk di bagian otot, otak, dan tulang.
Asupan gizi
Nutrisionis Nestlé Indonesia, Eka Herdiana mengatakan, aktivitas olahraga anak juga harus diseimbangkan dengan asupan gizi yang tepat karena memasuki masa pubertas. “Cara mudahnya adalah beri asupan gizi seimbang, yaitu satu kali makan itu harus ada variasi protein, karbohidrat, dan vitamin,” tuturnya.
Rita melanjutkan, dalam sehari, anak perlu mengonsumsi energi berkisar 1.400-2.000 kkal sehari, di luar vitamin dan mineral, untuk rentang usia 4-12 tahun. Asupan karbohidrat merupakan penyumbang energi terbesar.
Karbohidrat terbagi menjadi karbohidrat sederhana dan kompleks. Anak lebih baik mengonsumsi karbohidrat kompleks karena dicerna secara bertahap sehingga memberi rasa kenyang lebih lama dan energi maksimal serta baik untuk metabolisme tubuh. Contohnya adalah beras dan gandum.
“Jika tidak terpenuhi dari makanan sehari-hari atau ingin mengoptimalkan asupan zat gizi maka kita dapat menambahkan makanan fortifikasi. Ingat, pertumbuhan anak itu irreversible atau tidak dapat kembali,” kata Rita.