Anak muda penggemar sepak bola harus puas nobar sepak bola secara daring selama pandemi Covid-19. Meski begitu, nobar daring ternyata seru juga. Mereka tetap bisa saling ledek di ruang percakapan pribadi.
Oleh
Soelastri Soekirno & Elsa Emiria Leba
·5 menit baca
Perhelatan dua ajang sepak bola tingkat dunia sedang berlangsung. Sayang sekali, pandemi Covid-19 menghalangi kita nonton bareng Piala Eropa atau Copa America. Untung masih bisa nonton bareng (nobar) secara daring. Ternyata, penggila bola masih bisa saling ”menyerang” teman nobar lewat grup percakapan.
Di masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat, kita bisa kok nonton permainan Harry Kane (Inggris) atau Jorginho (Italia) sekaligus gosipin mereka. Bahkan, bisa juga ngecengin kawan nobar. Ingin tahu cerita keseruan nobar daring? Yuk, simak cerita beberapa teman Kompas Muda yang dikontak secara terpisah.
Penggemar bola seperti Athaya Vita Krisrana (21), mahasiswa Program Studi Bisnis Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Depok, dan Michael ”Miko” Ditto (21), mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, memilih langganan televisi berbayar lalu berbagi siaran ke teman-teman mereka untuk bisa nobar dari rumah masing-masing.
Adapun Tristan Jachremi Caesarius (19), mahasiswa Program Studi Sastra Cina Fakultas llmu Budaya Universitas Indonesia, sekalipun nonton pertandingan dari siaran televisi, tetap terhubung dengan kawan-kawannya lewat Line. Selain menikmati permainan, ia juga mengamati taktik para pemain yang akan ia terapkan saat bermain gim bola.
Cara sama juga dilakukan Hutama Tefotuho Hulu (24), karyawan Buka Lapak. Ia memang menonton pertandingan sendirian, tapi tetap bisa saling ledek dengan kawan-kawannya lewat media sosial saat pertandingan bola berlangsung.
Berbagi saluran
Athaya sempat vakum nonton bola sejak 2018 karena sibuk dengan kegiatan kampus, tetapi ia kembali nonton bola selama pandemi ini. Ia bersama lima teman kuliahnya nobar Piala Eropa 2020 lewat Google Meet.
”Aku sampai langganan Mola TV biar screen sharing di Google Meet. Jadi, walaupun tak bisa ketemu, kita bisa marah-marah atau ceng-ceng-in teman secara daring,” kata Athaya saat dihubungi di Jakarta, Kamis (8/7/2021).
Athaya, yang menjagokan Jerman dan Kroasia, beserta teman-teman menyaksikan hampir semua pertandingan Piala Eropa 2020. Di awal-awal kompetisi, mereka bisa menonton tiga pertandingan dalam sehari. Agar semakin seru, mereka taruhan mentraktir makanan, seperti kebab.
Gadis ini juga memantau perkembangan pertandingan lewat aplikasi SofaScore jika live streaming sedikit lambat. Menariknya, sembari menonton, Athaya dan teman-teman tak lupa mengerjakan skripsi. Meskipun jadi sedikit tidak fokus, mereka ternyata tetap bisa menyelesaikan skripsi menjelang akhir Piala Eropa 2020.
Hampir sama dengan Athaya, ”Miko” Ditto dulu kerap nonton bola bersama teman-teman di Solo. Mereka bisa menonton di rumah salah satu teman atau di restoran cepat saji McDonald’s. Agar tidak bosan, mereka patungan untuk membeli camilan, seperti piza, popcorn, atau soda.
Kebiasaan itu harus berubah saat perhelatan Piala Eropa 2020 yang digelar saat pandemi. Apalagi, Miko sekarang sedang tertahan di kosan di Yogyakarta. Ia akhirnya nonton pertandingan bersama teman-teman di ruang virtual menggunakan aplikasi Discord.
”Ada teman yang langganan Mola TV biasa streaming di Discord, terus kami nonton bareng dan kasih reaksi di kolom chat grup. Sekali nonton bisa lima sampai enam orang, sih. Aku juga gabung grup komunitas bola di aplikasi itu, jadi kadang ada yang ajak nobar,” kata Miko, saat dihubungi pada Selasa (6/7/2021).
Meskipun jagoannya, Belgia, kalah, Miko masih mengikuti perhelatan Piala Eropa 2020 bersama teman-teman. Menurut dia, perhelatan Piala Eropa 2020 kali ini menarik karena banyak kejadian tak terduga. Perancis, misalnya, tersingkir, sedangkan Hongaria yang berada di grup neraka sempat mengimbangi Jerman.
Menurut Miko, menonton siaran streaming lewat laptop lebih nyaman. Namun, nobar daring tentu memberi pengalaman berbeda ketimbang nobar secara fisik bersama teman-teman. Meskipun tidak perlu patungan untuk membeli camilan, kenyamanan nobar daring tergantung dari kecepatan internet. Jika internet terganggu, suara atau video bisa terputus-putus.
”Kalau harus milih, nobar langsung jelas lebih seru karena kita enggak butuh internet dan hype pertandingan lebih terasa. Bisa lebih seru karena kalau mau ejek-ejekan bisa langsung di depan orangnya,” ujar Miko yang menyukai bola sejak bersekolah di SMP.
Kemanusiaan
Meskipun menikmati keseruan nobar via daring, Hutama Tefotuhu yang punya nama panggilan Tefo tak semata menonton permainan pemain. Ia lebih suka mengamati taktik setiap tim. Ia juga berusaha melihat sepak bola dari sisi kemanusiaan. ”Aku usia 7 atau 8 tahun sudah baca buku Trilogi Catatan Sepakbola karya Sindhunata sehingga sampai sekarang terbawa. Kalau nonton bola, tak hanya nonton permainan, tapi juga memahami filosofi dan sisi kemanusiaannya,” ujar Tefo.
Ia merasa belajar banyak dari buku tersebut dan kemudian mencari tahu latar belakang para pemain ternama berikut perjuangan yang harus mereka tempuh sebelum sampai bersinar di panggung elite pemain sepak bola dunia.
Walau memandang serius makna di balik permainan para pemain bola, Tefo juga bisa ledek-ledekan dengan kawannya. ”Iya, sih, sekarang nobar lewat daring kurang seru. Mau meledek kawan yang punya jagoan beda, enggak sebebas dulu. Kalau ketemu muka bisa habis-habisan, tuh, ngeledek-nya, he-he,” tambah alumnus Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung itu.
Agar tak mengantuk saat harus bekerja, Tefo biasanya langsung tidur setelah makan malam. Menjelang pertandingan mulai, barulah ia bangun. Seusai pertandingan, ia langsung tidur lagi. Dengan cara itu Tefo yang menjagokan Inggris untuk Piala Eropa dan Argentina untuk Copa America bisa bangun sebelum pukul 08.00 dan siap bekerja.
Walau sama-sama senang nobar bola, beda orang beda fokus yang ditonton dan jadi perbincangan. Rahajeng Dewi Anandari (28) dan adiknya, Pita Rini Fajrian Ramadhani (25), sejak kecil sudah suka nonton bola karena sering diajak nonton oleh ayah mereka. Tim kesayangan mereka juga sama dengan sang ayah.
”Aku dan adikku sama-sama suka banget Manchester United dan tim nasional Inggris,” ujar Rahajeng.
Kini, ayah mereka sudah lanjut usia sehingga dua cewek yang sudah bekerja itu selalu nobar di rumah. Tak ada persiapan khusus untuk nobar Piala Eropa kecuali memasang alarm pukul 02.00 saat pertandingan dimulai. ”Kalau mau nonton pujul 2, harus sudah tidur pukul 9 dan pasang alarm. Itu bikin kami sama-sama cukup tidur walau begadang,” ujarnya.
Sekalipun sesama cewek, obrolan di antara keduanya justru seru. Enggak hanya nonton, Rahajeng dan adiknya juga membahas pemain yang memberi umpan kepada pencetak gol. Bahkan, sering keduanya membahas pemain bola yang ganteng dan bertubuh bagus.
Oleh karena mereka pendukung tim Inggris, cowok yang paling sering mereka gosipin adalah Luke Shaw yang juga pemain MU. ”Ganteng dan permainannya bagus sih...,” kata Rahajeng malu-malu.
Nah, siapa bilang enggak bisa nobar bola dengan asyik. Yuk, bersiap nobar final Piala Eropa dan Copa America.