”Passion” Bukan Segalanya, Lakukan Saja yang Kamu Suka
Lakukanlah pekerjaan yang kamu suka. Jangan menunggu ”passion” karena ”passion” bukan segalanya yang menentukan masa depan.
Oleh
Soelastri Soekirno
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Passion atau gairah yang kuat sering kali dianggap sebagai unsur penting dalam menentukan langkah menuju masa depan. Namun, passion bukanlah segalanya. Ada yang lebih penting dari itu, yakni lakukanlah pekerjaan yang kamu suka dan sukailah apa yang kamu kerjakan.
TB Putera, Creative Group Head Gojek Indonesia, menyatakan hal itu dalam webinar Kompas Fest Goes To Campus dengan tema ”Live Your Passion”, Rabu (23/6/2021). Pendapat senada disampaikan oleh Regina Panontongan, Head of Brand Communication Astra. Keduanya berbicara mengenai passion dari pengalaman pribadi.
Menurut Regina, kuncinya lakukan (pekerjaan) dengan senang, nanti efeknya akan memberikan kebahagian. ”Kalau punya passion oke, jika tidak ya passion, off saja tak apa,” ujar Regina.
TB Putera pada kesempatan itu menceriterakan pengalaman berlikunya melangkah untuk mencapai impian bekerja di bidang kreatif. Saat ia duduk di bangku SMA sampai menjelang kuliah, ia belum tahu apa yang disukai untuk menentukan jurusan di perkuliahan.
”Belum tahu enaknya ngapain, sebagian di kepala (berpikir) dari kecil senang di dunia kreatif. Sempat mencari fakultas seni dan desain, tapi akhirnya aku kuliah di jurusan IT (teknologi informasi),” katanya saat menjawab pertanyaan peserta webinar bernama Cristian dari Surabaya.
Ia menjalani kuliah di bidang itu beberapa bulan, tetapi mulai merasa tak menyukainya. Merasa salah mengambil jurusan, ia kemudian berkonsultasi dengan orangtua sembari menyatakan ternyata IT bukan jalur yang ia inginkan. Beruntung orangtua memahami perasaannya. ”Mungkin kalau diterusin saya sudah bikin start up,” ucap TB.
Akhirnya ia mengambil kuliah di dua jurusan, IT dan advertising. Pagi ia kuliah di jurusan IT, malam hari kuliah di advertising. Ketika kesulitan membagi waktu dan merasa sudah cocok di salah satu jurusan, TB memutuskan memilih salah satu, hanya kuliah di Jurusan Advertising Universitas Indonesia.
Jadi senjata
Walau demikian, ia tak menyesali apa yang telah terjadi atas dirinya. ”Sebenarnya tidak ada istilah salah jurusan karena meski, misalnya, kita sudah salah jurusan saat kuliah, bukan berarti ilmu tersebut tak berguna. Justru latar belakang pendidikan yang berbeda dengan bidang yang kita ingin geluti bisa membuat kita memperkaya daya kreasi,” ujar TB lagi.
Lelaki yang memimpin departemen pembuat aneka konten di Gojek itu berpendapat, jika kita sudah memiliki passion di bidang kreatif, apa pun jurusan saat kuliah tetap berguna untuk mendukung kesenangan di bidang kreatif. ”Jurusan apa pun pasti ada unsur kreatifnya. Ilmu yang kita dapat itu bawa saja ke dunia kreatif, justru ada sesuatu yang baru,” tutur TB.
Ia mencontohkan jurusan ekonomi, kita bawa ilmu ekonomi untuk ide kreatif, justru menghasilkan karya yang bagus. ”Kalau di satu tim kreatif, semua punya dasar ilmu sama, ketika ada satu orang dari jurusan beda, kreativitas dia akan menonjol di antara kita,” ucapnya.
Ia menyarankan agar para mahasiswa tidak merasa sedih ketika salah jurusan. Sebaiknya jika merasa demikian, lebih baik mengomunikasikan dengan orangtua. Jangan bersikap pasrah karena kalau bisa mengomunikasikan dengan baik, kondisi itu malah bisa diubah menjadi senjata yang menguntungkan diri kita.
Tanpa keterpaksaan
Melakukan pekerjaan yang disukai tanpa ada keterpaksaan juga menjadi kunci Regina dalam berkarier. Ia mengaku pada awalnya ia tak tahu passion-nya di bidang apa, tetapi belakangan setelah mulai berkarier di bidang komunikasi, kesenangan terhadap sebuah pilihan pekerjaan membuat kreativitasnya makin berkembang.
Padahal, ia mengingat, saat sekolah di SMP, ia hanya ingin kuliah di jurusan komunikasi. Penyebabnya sepele, jurusan di perguruan tinggi yang tren waktu itu, antara lain, hukum, teknik industri, teknik, arsitek, akuntasi. Masalahnya, ia tidak suka jurusan hukum, tidak suka menghitung, dan tidak suka pelajaran ilmu pasti. Kondisi itu membuat Regina memilih bidang komunikasi dengan jurusan public relation saat lulus dari SMA.
Ternyata, lulus dari jurusan itu membawa Regina pada pekerjaan yang ia sukai, bisa bertemu dengan banyak orang baru dan berbagi cerita kepada orang lain. ”Saya pernah menjadi jurnalis majalah, tetapi mentok di ortuku, tetapi di situ saya merasakan ternyata ilmu komunikasi membawa kita ke banyak hal menyenangkan,” tutur Regina.
Kesempatan bertemu orang dari aneka profesi, belajar banyak hal baru, menulis cerita, lalu dibaca orang lain, memunculkan kesenangan tersendiri bagi dia. ”Tanpa sadar minat pada satu bidang membawa kita ke jalur bermacam-macam,” ujar Regina yang pernah menjadi pelaksana program Satu Indonesia Awards yang setiap tahun diselenggarakan oleh Astra.