Keterlibatan Generasi Muda untuk Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk konservasi alam. Anak muda pun diajak untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pelestarian lingkungan.
Oleh
Susie Berindra
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berbagai cara bisa dilakukan untuk ikut serta melestarikan keanekaragaman hayati. Para pegiat lingkungan berharap ada regenerasi ke generasi muda untuk menggaungkan pelestarian lingkungan. Selain itu, pelibatan masyarakat untuk konservasi alam pun sangat diperlukan.
Hal itu terungkap dalam webinar bertema ”Ragam Cara Melestarikan Keanekaragaman Hayati” yang diselenggarakan Sabtu (22/5/2021). Tema tersebut diangkat untuk memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Dunia yang jatuh setiap tanggal 22 Mei. Acara ini merupakan kerja sama Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio) dan Badan Semi-otonom (BSO) Biologi Universitas Nasional dengan Fakultas Biologi, Universitas Nasional, Rumah Alumni Fabiona\'81 (RAFA’81), Indonesia Ecotourism Network (Indecon) dan Yayasan Kehati.
Pendiri Indonesia Ecotourism Network (Indecon), Ary S Suhandi, mengatakan, saat ini yang paling penting untuk diperhatikan adalah regenerasi untuk para pegiat lingkungan. ”Kalau seperti saya dan pembicara lainnya di sini, sudah lebih dari 30 tahun selalu ngomong soal biodiversity, konservasi dan semua hal yang terkait. Sekarang sudah beda, kami pengen menitipkan kepada generasi muda bahwa konservasi itu penting sekali,” kata Ary.
Ary menambahkan, untuk kampanye konservasi harus dilakukan dengan sepenuh hati. ”Indecon sudah berusia 25 tahun. Kami menciptakan memberi tahu nilai-nilai untuk mengangkat ekowisata yang bisa memberikan efek ekonomi serta sosial budaya. Kami selalu berpedoman masyarakat harus menjadi solusi. Ekowisata bicara nilai-nilai, bukan hanya bisnis. Bagaimana menyeimbangkan ekonomi dan konservasi sumber daya hayati,” kata dia.
Sementara itu, Staf Education and Outreach Yayasan Kehati Ahmad Baihaqi menceritakan mengenai bagaimana menggaet generasi muda untuk aktif dalam pelestarian keanekaragaman hayati. Melalui Biodiversity Warriors, dia mengajak anak muda mau berpartisipasi dalam kegiatan pengamatan dan pendataan keanekaragaman hayati di sekitar mereka.
”Banyak yang bilang kalau pengamatan harus dilakukan ke hutan, padahal kan enggak, di sekitar kita masih banyak burung berkicau. Masih banyak satwa liar dan tumbuhan yang tidak diketahui masyarakat. Saya selalu meminta pelajar jangan hanya belajar di kelas, tetapi bisa memanfaatkan pekarangan lingkungan sekolah,” kata Ahmad Baihaqi.
Berburu foto
Upaya pelestarian keanekaragaman hayati juga bisa dilakukan foto-foto. Seperti yang dilakukan fotografer satwa liar Willy Ekaryono yang sudah keliling Indonesia untuk berburu gambar apik satwa liar.
”Saya motret ke mana-mana untuk mendapatkan foto satwa liar agar bisa meluaskan konservasi. Foto sebagai media publikasi diharapkan bisa menggugah kepedulian orang yang melihatnya,” kata Willy yang sudah menerbitkan buku Panduan Edukasi mengenai Satwa.
Willy mengatakan, sebelum berburu foto satwa liar di sebuah kawasan, ada baiknya mencari literasi terkait. Dalam webinar itu, Willy menunjukkan foto-foto karyanya, seperti kukang Jawa, cikukua, dan maleo. ”Banyak buku tentang keanekaragaman hayati, meski kadang-kadang enggak ada fotonya, biasanya bisa diganti dengan ilustrasi, ya tidak apa-apa,” ujarnya.
Sementara itu, pendiri Yayasan Alam Indonesia Lestari (Lini), Gayatri Reksodihardjo, menceritakan mengenai pemberdayaan masyarakat di pesisir laut yang memiliki mata pencarian sebagai nelayan. Salah satunya di Bali, masyarakat diajak ikut serta dalam budidaya terumbu karang.
”Masyarakat diajak untuk budidaya terumbu karang. Restorasi terumbu karang, nelayan mengerti ada satu ekosistem yang tumbuh, bukan hanya batu. Karang tumbuh yang bisa rumah ikan, akhirnya masyarakat nelayan mempunyai keinginan menjaga memperbaiki ekosistem laut,” kata Gayatri.