Saepul Imam Berinovasi untuk Minuman "Kalapa Klopo"
Saepul Imam membantu mengembangkan usaha ayahnya dengan membuat minuman kelapa muda dalam kemasan yang diberi merek Kalapa Klopo.
Tekad memajukan usaha orangtua berjualan kelapa muda mengubah hidup Saepul Imam (20). Dari pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang kadang ikut tawuran, Saepul berhasil mengangkat derajat kelapa muda menjadi minuman menyehatkan badan sekaligus disukai kaum milenial.
Saepul yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara itu masih ingat dengan jelas ketika orangtuanya menjalankan usaha. Tahun 2015, meski setiap hari di sekolah ia belajar tentang mesin dan kerangka pesawat, namun pikirannya tertuju ke usaha ayahnya di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Ia prihatin, usaha orangtua yang menjadi satu-satunya cara mendapat penghasilan selama sekitar 15 tahun tak berkembang. Pembeli harus datang ke kios, lalu ayahnya memecah kelapa, memindahkan air dan daging kelapa muda ke plastik bening ukuran satu kilogram untuk diserahkan ke pembeli.
“Mestinya, kemasannya berbeda. Kalau caranya begitu, hanya wadah plastik bening, bagaimana anak muda mau beli. Sedangkan, kemasan minuman di pasar sudah pakai wadah bagus, rapi, praktis dibawa dan tak mudah tumpah,” tutur Saepul dihubungi Minggu (16/5/2021).
Dia terus memikirkan upaya untuk membantu memajukan usaha tersebut. Ia melihat tayangan mengenai penjualan minuman di aneka media sosial, serta berselancar di internet untuk mencari ide. Saat bersamaan pula, kadang-kadang ia ikut temannya tawuran pelajar. “Dulu saya ikut lempar-lempar batu saat tawuran. Sekarang sudah beda sekali,” ujar Saepul. Tawanya pecah ketika mengenang kenakalannya di masa remaja.
Pilihan bersekolah di SMKN 29 - dulu terkenal dengan nama Sekolah Teknik Menengah Penerbangan - demi menuruti saran orangtua. “Harapan orangtua lulus SMK bisa langsung kerja. Memang lulusan sekolah saya banyak yang kerja di GMF Cengkareng milik Garuda Indonesia. Setelah lulus, bapak ingin saya kuliah di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia supaya bisa jadi mekanik pesawat. Biaya sekolah di sana mahal sekali, bapak mau ngutang ke bank,” kata Saepul.
Di sekolah, Saepul termasuk siswa berprestasi di sekolah. Ia menguasai keterampilan di bidang mesin pesawat dan mendapat ranking tiga di sekolahnya. Ketika lulus, hatinya sempat bimbang hingga memilih tidak langsung kuliah. Di rumah ia ikut membantu melayani pembeli kelapa muda.
Lewat daring
Suatu ketika, kiosnya mendapat order dari pengemudi ojek daring yang memesan es kelapa muda dalam jumlah banyak. Ia heran, ternyata ada orang mau menggunakan jasa pengiriman di ojek daring untuk membeli es kelapa. “Itu membuat saya berpikir, mengapa tak mencoba menjual es kelapa lewat aplikasi daring. Pasti akan lebih memudahkan pembeli,” kata Saepul.
Ia segera membenahi wadah es kelapa yang semula hanya dengan bungkus plastik dengan gelas kemasan minuman. Lalu, diamembuat logo Kalapa Klopo, yang merupakan paduan bahasa Sunda (kalapa) dan Bahasa Jawa (klopo). “Keluarga saya dari Cirebon, Jawa Barat yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Saya kira nama itu cocok untuk kami,” jelasnya.
Saat Kalapa Klopo ada di aplikasi penjualan daring, pembeli mulai bertambah. Namun, ada juga yang tetap datang ke kios, biasanya orang dewasa yang mencari air kelapa hijau untuk obat. Saepul menjual produknya dengan harga Rp 8.000 – Rp 40.000 dengan kemasan gelas dan botol satu liter. Hasil penjualan lewat aplikasi mencapai 70-80 persen dari seluruh omzet. Lewat penawaran daring, pendapatannya bisa bertambah hingga dua kali lipat.
Begitu usaha ayahnya merangkak naik, Saepul malah berpikir untuk kuliah di bidang teknologi pangan agar bisa membuat inovasi di pangan yang bermanfaat terutama dari bahan kelapa. Untuk itulah, tahun 2019, ia mulai kuliah di Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta, Kini, dia duduk di semester empat.
Lomba inovasi
Pada awal kuliah, Saepul melihat ada pengumuman lomba kegiatan bisnis yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Syaratnya, mahasiswa harus sudah memiliki usaha dan punya tim. Berdasarkan syarat tersebut, Saepul membentuk tim dengan dua teman kuliahnya Ayu Diah Damayanti yang bertugas di bagian pemasaran dan M. Ravi Hartono di bagian produksi.
Oleh karena belum pernah ikut lomba, ketiga mahasiswa itu datang ke Ema Komalasari, dosen Program Studi Teknologi Pangan UAI Jakarta. Menurut Ema, dari sisi produk, inovasi Saepul yang memberi kemasan wadah baru dengan logo berwarna kuning segar sudah cukup menarik. Ia kemudian banyak membimbing mengenai pembuatan pembukuan baik untuk barang yang terjual maupun untuk pembelian bahan baku dan belanja modal lain. “Saya kira karena mereka kuliah di jurusan sama, kerja sama antar anak-anak itu terasa lebih mudah,” ujar Ema pada Senin (17/5/2021).
Di ajang Kegiatan Bisnis Mahasiswa Indonesia 2020, tim Kalapa Klopo menang, lalu mendapat dana untuk membesarkan usaha tersebut. Saepul menyatakan, dana itu sebagian besar untuk membeli peralatan yang bisa memudahkan pekerjaan dalam melayani pelanggan. Misalnya, membeli mesin pengupas kelapa. “Bagian pekerjaan terberat dari bisnis ini ya mengupas kelapa. Ini satu jari saya pernah kena parang waktu mengupas kelapa,” tutur Saepul.
Mesin itu buatan perusahaan di Sidoarjo, Jawa Timur, tetapi sayang ketika sampai di kios milik ayahnya, mesin tak berfungsi. Saat ini, Saepul masih berupaya mencari mesin serupa. Ia berharap ada perusahaan di dalam negeri yang membuat alat itu.
Sambil terus berupaya membenahi usaha, Saepul dan dua kawannya pada tahun sama kembali mengikuti lomba Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia atau KMI Award 2020. Lewat kompetisi secara daring karena dilakukan di masa pandemi Covid-19, tim Kalapa Klopo menjadi juara kedua KMI Award untuk kategori makanan dan minuman.
Prestasi sudah di tangan, namun Saepul akan terus berinovasi. Dengan menimba ilmu di kampus, ia berharap bisa terus mengembangkan kelapa menjadi aneka produk yang membawa manfaat bagi kesehatan para peminumnya.
Lokapasar untuk mahasiswa
Banyak perguruan tinggi memiliki incubator bisnis untuk mendorong jiwa wirausaha mahasiswanya, namun belum banyak universitas yang kemudian juga membuat market place untuk membantu mahasiswa yang terancam putus kuliah. Perguruan tinggi yang sudah melakukan, Universitas Al Azhar Indonesia.
Ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia sejak Maret 2020 dan diikuti berbagai pembatasan, kondisi ekonomi banyak orang mulai anjlok. Penghasilan para pedagang dan aneka perusahaan drop karena orang tak bisa banyak berkegiatan seperti sebelum pandemi. Dampak tersebut berimbas kepada para mahasiswa, sebab keadaan itu membuat banyak orang kena pemutusan hubungan kerja atau bisnisnya tak lagi berjalan.
Alhasil wakil rektor bidang kemahasiswaan UAI banyak menerima surat cuti atau pengunduran diri dari para mahasiswa. Mereka beralasan orangtua tak mampu lagi membayar biaya kuliah. Menyikapi kondisi tersebut sivitas akademika universitas yang berdiri tahun 2000 tersebut tak tinggal diam. Mereka memikirkan cara untuk bisa membantu mahasiswa yang kesulitan keuangan agar bisa membayar uang kuliah.
“Rektorat lalu membuat marketplace bernama Tajeer.store untuk tempat mahasiswa terutama yang kesulitan keuangan menjadi penjual atau re-seller,” kata Niken Parwati, kepala Direktorat Bisnis Inovasi dan Sistem Inkubasi UAI pada Selasa (18/5/2021) di Jakarta. Lembaga itu selain untuk membantu mahasiswa sebenarnya juga mengasah jiwa wirausaha mereka.
Menurut Niken, upaya itu berjalan dengan baik. Setidaknya membantu mahasiswa yang kesulitan keuangan. Bahkan jika awalnya, hanya orang dalam kalangan universitas Al Azar yang diminta untuk berbelanja, tetapi sekarang sudah banyak orang umum ikut berbelanja. Dalam tempo setahun, ada sekitar 100 mahasiswa bergabung untuk belajar berbisnis sekaligus mencari uang.
Barang yang mereka jual mulai dari aneka makanan dan minuman hingga barang kerajinan. Mahasiswa ada yang menjual produk hasil usaha mikro, kecil dan menengah di wilayah Jakarta. “Begitu para pengusaha UMKM di Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Jakarta Pusat tahu, mereka pun ikut bergabung. Jumlah mereka malah lebih banyak di marketplace kami,” ujar Niken mengenai marketplace Tajeer yang kini menaungi para penjual.
Bagi mahasiswa UAI, mata kuliah kewirausahaan bukan hal baru sebab sejak awal semua mahasiswa sudah harus mengikutinya. Hal itu berkait erat dengan motto universitas yang sejak berdiri sudah mencanangkan bakal menjadi enterprising university.
Tak heran kemudian muncul para mahasiswa wirausahawan sukses seperti Saepul Imam, mahasiswa semester empat Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Sains dan Teknologi UAI. Meski baru dua tahun menuntut ilmu di sana, minat berwirausaha Saepul makin terasah.
“Kampus saya sering mengadakan lomba inovasi mahasiswa. Selain itu sudah ada sistem inkubator yang bisa membantu mahasiswa dalam berwirausaha,” kata pendiri Kalapa Klopo yang meneruskan usaha ayahnya menjual es kelapa.
Baca juga : Ade Chandra Sutrisna Merintis Kegiatan Jurnalistik untuk Anak Muda
Berawal dari prihatin melihat usaha ayahnya yang dilakukan secara tradisional, tak berkembang, Saepul lalu membuat inovasi. Ia membuat aneka rasa es kelapa, memperbarui kemasan dan memasarkan lewat aplikasi daring lewat perusahaan seperti Gojek, Grab, belakangan ditambah Traveloka.
Keberhasilan berinovasi membuat Kalapa Klopo menjadi juara kedua dalam Lomba Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia tahun 2020. Tidak sebatas itu, pemasaran Kalapa Klopo pun naik sampai dua kali lipat dari sebelum ada inovasi.
Inkubator di UAI saat ini menjadi tempat bagi sekitar 45 mahasiswa dan masyarakat umum menempa diri menjadi wirausahawan andal. Mereka mendapat bimbingan dari para dosen UAI secara langsung yang diganti secara virtual di masa pandemi.
Selain memberi bimbingan di bidang manajemen usaha, para dosen UAI juga menghubungkan para mahasiswa dan masyarakat umum untuk mendapat bantuan atau pinjaman modal usaha. “Kami mengenal mereka yang belajar berwirausaha, sehingga pengawasan atas mereka berjalan dengan baik. Selama ini program pengembalian pinjaman dan usaha mereka berjalan lancar,” kata Niken.
Saepul Imam
Lahir : 13 Juli 2000
Pendidikan :
- SDN Mampang Prapatan 05 Pagi
- SMPN 104 Jakarta
- SMK Negeri 29 Jakarta
Pengalaman organisasi :
- Wakil Ketua OSIS SMKN 29 Jakarta
- Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan Universitas Al Azhar Indonesia
Prestasi :
- Meraih pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian tahun 2020, yang berjudul "Pemetaan Makanan Sisa (Food waste) di Jakarta
- Meraih pendanaan Kegiatan Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI) 2020 yang berjudul "Kalapa Klopo"
- Juara 2 KMI Expo 2020 kategori bisnis makanan dan minuman