Mengusir Sepi dengan Bermusik
Saat pandemi, banyak anak muda yang banyak mempunyai waktu luang untuk mengeksplorasi hobinya bermusik.
Berbagai jurus dikeluarkan untuk mengusir sepi di tengah pandemi, salah satunya dengan bermusik. Bagi sebagian mahasiswa, bermain musik bisa menenangkan hati, melepaskan diri dari kejenuhan dan ketegangan, serta meningkatkan imajinasi dan kreativitas.
Denty Piawai Nastitie
Ghifari Arsa Ranandya (18), misalnya, mengisi waktu dengan main drum. Sebelumnya ia sering main drum sendirian di rumah, di sela-sela jadwal sekolah daring. Pada Desember 2020, Arsa gabung main band bersama tiga kawannya, Putu Rakya Ramadewa (18), Ghazi Awandi (18), dan Yakti M Anakapati (18). Mereka membentuk band bernama GobsForever.
”Awalnya saya merasa kurang aktivitas di rumah. Jadi, mulai coba ngeband biar ada aktivitas dan tidak gabut. Ngeband juga bikin progress latihan musik aku jadi lebih kelihatan,” kata mahasiswa Institut Teknologi Massachusetts ini di Jakarta, Sabtu (15/5/2021).
Sebelumnya, Arsa lebih sering main drum sendirian di rumah. Dalam sehari, ia berlatih minimal 10 lagu. Kadang, Arsa menciptakan ritme drum pada lagu-lagu yang dimainkan. Latihan drum ini dilakukan di antara jadwal sekolah daring. Waktu luang panjang membuat Arsa bisa berlatih lebih sering dari biasanya.
Meski latihan sendirian cukup asyik, tetapi ia merasa bosan. Maka, Arsa tidak menolak ketika diajak gabung dalam band. Mempunyai band membuat dia lebih giat berlatih. Ia jadi lebih sering mengulik pukulan drum untuk menciptakan ketukan dan style dalam part- part lagu yang diciptakan.
Latihan di rumah pun terasa lebih menantang. Begitu ketemuan dengan anggota band, Arsa jadi bisa menunjukkan kebolehannya.
Sejak pandemi, Yakti juga sering bermusik sendirian. Mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, ini biasanya berkarya di rumah dengan mengandalkan gitar yang terhubung dengan midi controller.
Lagu-lagu yang diciptakan biasanya bergenre hip-hop. Bermusik sendiri di rumah, menurut Yakti, kurang maksimal. ”Berbeda dengan ngeband, bisa lebih seru karena ada masukan dari member yang lain. Kami bisa saling memberi saran dan komentar. Ini bikin musik jadi lebih berkembang,” ujarnya.
Rakya juga senang bisa ngeband bersama teman-teman karena ini memperluas genre dan meningkatkan skill bermusik. ”Sebelumnya aku lebih sering bermain musik blues dan rock’n roll, sekarang terpengaruh teman-teman jadi main punk dan emo. Seru sih, karena bisa langsung klop dan aku juga have fun,” ucapnya.
Sementara itu, Ghazi merasa bermusik bisa membebaskannya dari rasa jenuh selama pandemi dan mendekatkan dengan teman-teman lama. ”Dulu aku, Arsa, dan Yakti dekat karena kami teman SD. Kami sudah lama enggak kumpul saat SMA sekolahnya berbeda-beda. Sekarang, kami jadi sering main bareng lagi karena ngeband bareng,” ujarnya.
Tantangan baru
Bermusik pada era pandemi, menurut Ghazi, tidak terlalu merepotkan karena ia masih bisa menerapkan protokol kesehatan saat latihan, seperti selalu menggunakan masker dan rajin cuci tangan. Latihan biasanya juga terbatas hanya dengan member band.
”Kesulitannya harus cari panggung. Sekarang ini susah cari pangung karena tidak ada event musik. Sebelum pandemi, kami bisa bermusik dari sekolah ke sekolah atau di kafe, sekarang susah,” katanya.
Latihan band biasanya dilakukan sepekan sekali pada Minggu sore. Arsa dan kawan-kawan meluangkan waktu berlatih di tengah kesibukan mereka belajar. Latihan biasanya berjalan selama dua sampai tiga jam.
Menurut Rakya, kadang-kadang ia tidak mendapat izin berlatih dari orangtua yang khawatir akan penularan Covid-19. Namun, ia meyakinkan bahwa latihan diadakan dengan protokol kesehatan ketat. Tantangan lain saat berlatih adalah menentukan prioritas antara belajar dan bermusik.
”Untungnya saya bertemu dengan anggota band yang sama-sama bisa mengatur waktu untuk latihan. Saatnya latihan, kami serius dan maksimal,” katanya.
Tantangan dalam bermusik selama pandemi juga dihadapi mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Chrispinus Bimo Pinanditho atau Ditho. Dia bersama dua temannya dari Institut Kesenian Jakarta, Kevin Jonathan dan Dwight Champ Irawan, sering bermain musik bersama secara virtual. Sebelumnya, Ditho tergabung dalam band Skyline dan sudah menghasilkan beberapa lagu.
”Aku sama Kevin satu sekolah SMA memang suka main musik bareng. Nah, pas produksi film pendek, aku ketemu dengan Dwight. Lalu, kami pun cocok main musik, genrenya juga sama, pop alternatif dan slow rock,” cerita Ditho.
Sayangnya, selama pandemi, mereka belum pernah bertemu tatap muka untuk latihan band. ”Belum menemukan waktu yang pas buat latihan bareng. Akhirnya, saya sering ngulik-ngulik lagu. Skill bermusik juga nambah karena sering lebih sering pegang bas,” kata Ditho.
Harry Fajri, karyawan baru di sebuah perusahaan kebudayaan Jepang, mengaku bermusik menjadi salah satu cara untuk mengusir kecemasan selama pandemi. Belakangan, ia mengalami insomnia cukup parah hingga baru tidur lewat pukul 03.00. Akibatnya, produktivitas dan konsentrasinya terpengaruh, fisiknya pun terkuras.
Untuk mengusir rasa cemas, Harry bermain musik di rumah. Ia kerap membuat konten untuk sosial media. ”Pada masa kayak gini, ketika pekerjaan kacau, pergaulan jadi enggak seru, aku harus balik ke passion dan hobi aku ialah bermusik. Itu yang selalu aku bisikkan ke diri sendiri. Pekerjaan dan pertemanan bisa hilang, tetapi passion dan hobi enggak akan hilang,” ucapnya.
Dosen Psikologi Universitas Padjadjaran, Bandung Laila Qodariah mengungkapkan, banyak mahasiswa yang bisa menghadapi tantangan selama pandemi. Mereka memiliki kontrol atas diri sendiri atau mengatasi masalahnya sendiri, salah satunya dengan melakukan hobi seperti bermusik.
Baca juga : Mahasiswa Memperkaya Keahlian Digital
”Mereka yang memiliki adversity quotient yang bisa mengontrol situasi dengan caranya masing-masing. Misalnya, selama pandemi, bingung mau ngapain untuk mengisi waktu luang, nah mereka ini bisa menghadapinya,” kata Laila.
Menurut Laila, pandemi tidak menjadi hambatan bagi sebagian anak muda. ”Malah mereka jadi lebih kreatif dan produktif. Waktu luang dipakai untuk membuat karya yang menarik. Dan, enggak hanya musik, mereka yang punya hobi juga bisa mengembangkannya,” ujarnya.
Laila mencontohkan dari akun Instagram miliknya, @gambaremak yang berisi hasil karya gambar-gambarnya, beberapa memberikan komentar ingin belajar menggambar.
”Beberapa yang follow IG pengen nyobain nih menggambar. Lalu, mereka mencobanya, termasuk bermain musik. Ada yang bikin musik, lalu digabungkan jadi satu video, atau bikin video duet dengan penyanyi pakai aplikasi,” kata Laila.