M Hanif Permana, M Alif Rizkia, dan Michael Abraham H Ciptakan Aplikasi Kecantikan untuk Tunanetra
Anak muda Indonesia mampu bersaing secara global dengan menciptakan berbagai inovasi.
Pandemi Covid-19 memunculkan tantangan baru dalam kehidupan, termasuk di dunia bisnis. Namun, kondisi itu juga membuka peluang kemunculan banyak inovasi. Salah satunya, gagasan anak muda yang berinovasi dalam industri kecantikan melalui kompetisi nasional L’Oreal Brandstorm.
Untuk pertama kali selama 12 tahun penyelenggaraan L’oreal Brandstorm di Indonesia, pada tahun ini muncul dua peraih juara satu, yakni Tim Voir dari Universitas Indonesia dan Tim Get This Look! yang merupakan kolaborasi dari tiga kampus.
Keduanya sama-sama memukau dewan juri sehingga tahun ini Indonesia mengirimkan dua tim untuk bersaing di tingkat internasional. Mereka mampu menawarkan inovasi dalam menjawab misi tahun ini, yaitu menciptakan pengalaman baru berbelanja produk kecantikan melalui hiburan.
Enam mahasiswa itu akan mendapat pelatihan dari internal expert L’Oreal Indonesia untuk mengikuti International Final di Paris yang diikuti 65 negara. Pemenangnya akan mendapat kesempatan magang di salah satu kampus start up dunia Station F di Paris.
Tim Get This Look! terdiri dari Alea Najla Syukur (mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Nusantara), Giselza Satya Kusmaharani (Fakultas Farmasi Institut Teknologi Bandung), dan Veronica Lila Novesaria (Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya). Ketiganya membentuk tim karena berteman semasa SMA Tarakanita 1 Jakarta dan belum percaya diri berkolaborasi dengan teman di kampus.
Mereka sudah dua semester menyandang status mahasiswa, tetapi masih menjalani kuliah online atau daring. Karena itu, ketiganya merasa belum yakin bisa berkolaborasi dengan teman sekampus.
Tim Get This Look! membantu pengguna mencari informasi lengkap tentang penampilan yang terinspirasi dari drama Korea atau film yang sedang tren. Lalu, penampilan para pemain film bisa dilihat virtual untuk diaplikasikan apakah cocok dengan kulit atau kondisi kulit pengguna. Jika cocok, produk yang dipakai para pemain film dapat dibeli lewat aplikasi.
Membantu tunanetra
Sementara itu, Tim Voir terdiri dari Muhammad Hanif Permana, M Alif Rizkia, dan Michael Abraham Hukom, yang merupakan mahasiswa semester enam Jurusan Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Mereka menciptakan inovasi untuk membantu orang yang mengalami masalah penglihatan bisa memilih dan membeli produk make up yang cocok.
Mahasiswa menghadirkan semangat inklusivitas dalam menggunakan make up bagi semua orang, termasuk yang mengalami masalah penglihatan.
”Kami mencari ide, lalu terpikir dengan keinginan memberikan solusi bagi mereka yang punya masalah penglihatan. Beruntung kami terhubung dengan aktivis hak-hak penyandang difabel dan beauty enthusiast. Kami mendapat masukan bagaimana tantangan mereka saat hendak memilih dan menggunakan make up,” ujar Hanif.
Ia menambahkan, timnya ingin menghadirkan solusi dengan aplikasi yang dapat memberikan orang-orang dengan masalah penglihatan memiliki akses lebih mudah terhadap kecantikan. Tim juga mengembangkan kampanye MoreThanMeetTheEyes untuk menyampaikan pesan, kecantikan dapat melampaui batasan visual.
Kampanye dibagi dalam dua aplikasi, yakni aplikasi Voir yang menggabungkan seluruh make up L’Oreal. Dengan aplikasi itu, setiap pengguna dapat mencari, berbelanja, dan membantu sesama untuk menggunakan kosmetik dengan menjadi sukarelawan untuk membantu teman-teman tunanetra.
Ada pula MoreThanMeetTheEyes untuk layanan di toko ritel dengan fokus pengalaman sentuhan, penciuman, dan suara. Tujuannya, menciptakan pengalaman baru dan berbeda saat berbelanja produk kosmetik.
”Tim kami terinspirasi dari riset bahwa ada banyak teman perempuan tunanetra mengalami kesulitan memilih produk make up. Mereka sering terlupakan sebagai konsumen produk kecantikan,” ujar Hanif.
Alif mengatakan, meskipun ada fitur yang membantu orang dengan masalah penglihatan, aplikasi yang disiapkan sebenarnya dapat digunakan semua orang. Untuk itulah, saat masuk ke aplikasi Voir, ada pertanyaan apakah pengguna memiliki masalah penglihatan atau tidak. Lalu, layanan fitur disesuaikan.
Dalam merancang aplikasi kecantikan yang inklusif, tambah Alif, mereka mendorong adanya komunitas yang membuat orang yang berniat memakai make up saling membantu. ”Tentunya melewati sesi virtual aplikasi kami, nanti orang yang punya masalah visual dan yang tak bermasalah bisa saling menghubungi dan membantu menggunakan atau memilih make up,” kata Alif.
Menurut Michael, prototipe aplikasi sudah siap dan dapat memberi pengalaman kepada pengguna dengan cara menghibur. Melalui penelitian yang dilakukan Tim Voir, jika orang memiliki keterbatasan visual, mereka kesulitan memilih make up dan tidak leluasa memilih kosmetik yang dibutuhkan. Mereka susah mengidentifikasi make up yang hendak dipilih. Mereka juga mengalami kesulitan untuk melihat apakah pemakaian kosmetik sudah rapi atau belum.
Hal itu sudah terpecahkan dengan aplikasi Voir. ”Kami mau memberikan pengalaman baru supaya bisa memilih make up dengan indera lain. Konsumen dapat menggunakan indera penciuman, pendengaran, atau peraba,” ujar Michael.
Menurut Hanif, saat pengumuman pemenang, ketiga anggota tim berkumpul di tempat yang sama. Mereka telat menyadari sebagai pemenang. ”Enggak nyangka ada dua pemenang,” ujar Hanif.
Ia mengatakan, timnya senang bisa berpartisipasi dalam ajang yang menuntut kreativitas untuk melahirkan inovasi yang dapat menjadi solusi bagi masyarakat dan industri kecantikan.
Kesempatan mewakili Indonesia di kompetisi global akan dimanfaatkan sebaik mungkin. Kedua tim akan menjalani program pelatihan agar lebih siap masuk dalam final internasional. Indonesia pernah menjadi juara pertama internasional pada 2019.
”Impian kami, terus meningkatkan ide bisnis ini dan bisa jadi pemenang global. Kami bersyukur mendapat kesempatan ini, bisa berdiskusi dengan ahli dan memperoleh masukan. Rasanya bangga,” ujar Hanif.
Persaingan global
Perusahaan kecantikan internasional L’Oreal Paris sejak 1992 menggelar kompetisi inovasi bagi mahasiswa, yaitu L’Oreal Brandstorm. Di Indonesia, kompetisi dimulai sejak 2009. Awalnya diikuti mahasiswa mitra perguruan tinggi, tetapi kini terbuka untuk semua mahasiswa.
Restu Widiati, Human Resources Director L’Oreal Indonesia, pada acara bincang-bincang virtual dengan pemenang L’Oreal Brandstorm 2021, Jumat (9/4/2021), mengatakan, pihaknya meyakini generasi muda memegang kunci masa depan perusahaan, bangsa, dan dunia.
Dalam situasi pandemi dan ekonomi yang tidak menguntungkan, dukungan bagi generasi muda lewat program dan berbagai kesempatan lain tetap dilakukan. Tahun ini, kedua kalinya kompetisi tersebut berlangsung secara virtual.
Hingga kini, sekitar 7.000 mahasiswa berpartisipasi di ajang itu. Tahun ini ada 1.500 mahasiswa yang mendaftar dari 68 perguruan tinggi. ”Yang menarik, lebih dari 60 persen adalah mahasiswa jurusan teknik, bukan dari bisnis dan manajemen. L’Oreal Brandstorm semakin bisa diterima di berbagai jurusan, semakin terbuka,” kata Restu.
Pencapaian tertinggi dari penyelenggaraan L’Oreal Brandstorm Indonesia ialah bisa mengantarkan tim Indonesia meraih juara internasional pada 2019. ”Tentu kita bangga karena generasi muda Indonesia tak kalah dari generasi muda negara lain,” ucap Restu.
Menurut Restu, ada 65 negara yang ikut kompetisi internasional. Tim diseleksi secara nasional. Pemenang pertama mewakili negara ke ajang internasional. Mereka mencari solusi untuk menghasilkan inovasi dari topik yang berbeda-beda tiap tahun. Topik sangat dekat dengan situasi yang dialami, menciptakan pengalaman belanja produk kecantikan melalui hiburan. Inovasi yang dilakukan bisa dengan menciptakan produk/jasa baru, model bisnis baru atau pengalaman baru yang terinspirasi dari tren baru di dunia hiburan.
Pada 2021 ini, dewan juri sulit untuk sepakat menentukan satu pemenang nasional. Tim Voir dari Universitas Indonesia dinilai membawa semangat inklusivitas dalam memakai kosmetik yang juga menarik. Sementara Tim Get This Look! menawarkan pengalaman mengikuti tren penampilan dari aktris film Korea. Lalu, tersedia aplikasi yang memberikan informasi detail produk make up.
Baca juga : Jonathan Kuo Pianis Muda Berbakat
”Dewan juri berdiskusi dengan serius dan lama. Apa mau memilih pemenang yang membawa inovasi inklusif atau keberagaman untuk konsumen yang punya kebutuhan, atau mau ide yang sangat kekinian tentang gaya hidup yang terkait dengan dunia hiburan. Akhirnya, diputuskan dua tim pemenang juara satu dan mereka mewakili Indonesia ke kompetisi internasional,” ucap Restu.
Restu menambahkan, yang penting dari kompetisi ini ialah memberi wadah bagi anak muda untuk menemukan ide. ”Apakah ide nanti akan direalisasikan atau dipakai itu belum tentu dan belum pasti. Yang penting, melalui L’Oreal Brandstorm, generasi muda diberi kesempatan merasakan bagaimana memunculkan ide dan mereka mendapat pembelajaran dari mentor yang berpengalaman,” ujar Restu.
Salah satu inovasi dibuat oleh Tim Get This Look!. Koordinator tim Giselza Satya Kusmaharani mengatakan, ketiga anggota tim penggemar drama Korea. Selama pandemi, penggemar drama Korea memang meningkat. ”Kami pikir tepat untuk memberikan pengalaman baru belanja produk kecantikan, dapat entertainment, dan informasi look dari pemain yang bisa diaplikasikan ke diri sendiri,” kata Giselza.
Muhammad Hanif Permana
Lahir: Jakarta, 16 Maret 2000
Pendidikan: Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (2018-sekarang)
Prestasi, antara lain:
- National Winner L’Oreal Brandstorm (2021)
- ”Runner Up” 1 di The Hukt Prize UI (2020)
- ”Runner Up” 1 di Management Exposed ke-15 UI (2020)
Michael Abraham Hukom
Pendidikan: Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (2018-sekarang)
Prestasi:
- National Winner L’Oreal Brandstorm (2021)
- Delegasi untuk Harvard Project for Asian and International Relations
M Alif Rizkia
Pendidikan: Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (2018-sekarang)
Prestasi:
- National Winner L’Oreal Brandstorm (2021)
- Juara 1 Padjadjaran Financial Festival (2020)