Petani Muda Keren dan Modern
Sebagian anak muda terjun ke dunia pertanian dengan mengandalkan sistem yang lebih modern dan menggunakan teknologi.
Saat ini, pekerjaan sebagai petani tidak menarik minat generasi muda. Untuk menumbuhkan optimisme dunia pertanian Indonesia, sebagian anak muda bergerak untuk mengampanyekan regenerasi petani muda. Kegigihan mereka patut diacungi jempol.
Di pengujung Maret 2021 dalam webinar yang digelar Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dilontarkan prediksi, tahun 2063 pekerjaan petani di Indonesia bisa lenyap. Alasannya, tren pekerja di sektor pertanian terus menurun, beralih ke sektor jasa dan industri. Tahun 1967, rasio pekerja Indonesia di sektor pertanian mencapai 65,8 persen dari total pekerja. Namun, tahun 2019, jumlah petani tinggal 28 persen.
Pelaksana tugas Direktur Pembangunan Daerah Kementerian PPN/Bappenas Mia Amalia mengatakan, apabila menggunakan tren ini dalam perhitungan linear, hasilnya di 2063 tidak ada lagi pekerjaan seperti petani yang kita kenal.
Untuk menumbuhkan optimisme dunia pertanian, Aku Petani Indonesia Movement menggelar webinar untuk meyakinkan masyarakat dan pemerintah bahwa petani tidak akan lenyap.
”Optimisme justru harus diperkuat. Sejak 2016, Aku Petani Indonesia Movement bergerak mengajak kaum milenial bertani. Hingga saat ini, gerakan kami sudah menyentuh sekitar 25.000 anak muda dalam berbagai kesempatan,” kata Founder Aku Petani Indonesia Movement Adhitya Herwin Dwi Putra di webinar bertajuk ”Benarkah di 2063 Tidak Ada yang Menjadi Petani”, Sabtu (10/4/2021).
Adhitya mengatakan, selain jumlah petani yang berkurang, dalam kurun enam tahun lahan pertanian terus menyusut hingga menyisakan 7,45 juta hekatar pada 2019. Selain itu, laju urbanisasi yang meningkat. Data dari Bappenas, pada 2045 penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan mencapai 67,1 persen atau setara dengan 68,3 juta orang.
”Kami terus mengampanyekan gerakan Aku Petani Indonesia untuk mempersiapkan tantangan pertanian di masa depan,” ujar Adhiyta, lulusan sarjana pertanian dari Universitas Gadjah Mada ini.
Jauhnya anak muda dari pertanian justru ditepis kalangan muda sendiri. Mereka hadir dengan dalam bisnis pertanian dengan solusi pertanian yang memberikan harapan. Founder Konekroot Farm Rahma Nur Adzhani mengenalkan lewat urban farming seperti hidropnik. Upaya ini jadi tindakan signifikan mengingat laju pertumbuhan penduduk ke kota tinggi.
Konekroot Farm mengoptimalkan pertanian dari hulu ke hilir dengan cara berkelanjutan atau berdampak baik terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dari hulu, Konekroot mengelola kebun sayur hidroponik dan menjualnya langsung ke masyarakat ataupun dalam bentuk hasil olahan produk bernilai tambah untuk memutus rantai pasok yang panjang. Konekrott Farm juga mengadakan program-program pelatihan dan tur kebun untuk mengedukasi masyarakat.
Mereka memanfaatkan lahan sempit dan terbengkalai menjadi kebun serta melakukan pembibitan bunga, buah, ataupun hebal melalui produk Konekroot Seeding. ”Kami optimistis ada petani. Kuncinya menjadi petani adalah pantang menyerah, tidak gengsi, dan berupaya untuk memanfaatkan teknologi,” ujar Rahma.
Tinggalkan pertanian tradisional
Dekan Fakultas Pertanian UGM Jamhari mengungkapkan optimisme 40 tahun mendatang justru kesempatan bagi petani milenial. Masa ini jadi kesempatan emas untuk menumbuhkan generasi petani milenial yang antisipatif terhadap tantangan pertanian.
Menurut Jamhari, jumlah petani yang berkurang adalah mereka yang menggunakan sistem pertanian tradisional. Petani yang mayoritas merupakan generasi tua dan berpendidikan rendah akan semakin berkurang.
”Pertanian modern yang akrab dengan teknologi dan lahan luas sedang bertumbuh di Indonesia. Lembaga akademik berperan dalam menyiapkan generasi muda petani milenial agar mengambil posisi di masa depan, darma penelitian, maupun pengembangan teknologi, hingga rekayasa sosial dan digitalisasi,” kata Jamhari.
Jamhari menjelaskan, pada 2063 krisis pertanian tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di level internasional. Akan terjadi divergensi antara penawaran dan permintaan produk pertanian. Permintaan selalu meningkat akibat populasi terus meningkat. Produk pertanian tidak hanya untuk pangan, tetapi juga difungsikan sebagai pakan ternak dan bahan bakar.
Jamhari mengatakan, profesi petani makin ditinggalkan karena pendapatan usaha tani tradisional belum cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sebagian besar petani, sebanyak 62 persen, mengijonkan lahan dan 13 persen meminjam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
”Petani konvensional yang akan terus menurun,” kata Jamhari yang juga Ketua Forum Dekan Fakultas Pertanian Indonesia.
Secara terpisah, Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) menggelar webinar bertajuk ”Saatnya Anak Muda Jadi Pebisnis Pertanian”, awal April lalu. Ketua YDBA Sigit P Kumala mengatakan, banyak peluang bisnis yang dapat dioptimalkan di sektor pertanian. ”Kemajuan teknologi seharusnya mendukung generasi muda untuk terlibat dalam sektor pertanian yang modern,” kata Sigit.
Sosok petani muda sukses dihadirkan untuk menginspirasi anak-anak muda lainnya untuk mulai melirik potensi bisnis pertanian di Indonesia. Pemilik Mitra Tani Parahyangan Sandi Octa (29) sejak tahun 2015 bergerak sebagai pemasok (supplier) produk pertanian dan bermitra dengan 385 petani serta mengelola 120 hektar lahan untuk menghasilkan produk pertanian.
Head of Sourcing Sayurbox Vincent A Gunawan menjelaskan, Sayurbox merupakan sebuah platform digital dalam memasrakan produk pertanian. Sayurbox berinovasi melalui platform digitalnya berdasarkan kebutuhan konsumen sehingga diterima dan dikenal masyarakat.
Sekolah tani milenial
Dari Magelang, Rayndra Syahdan Mahmudin (25) bertekad membuktikan petani milenial hadir dengan menggunakan sistem lebih modern dan memanfaatkan teknologi. Hal ini demi menggugah generasi muda Indonesia untuk melihat profesi petani dan peternak punya potensi yang tak kalah menarik.
Rayndra, yang kuliah S-2 di UPN Yogyakarta, memulai beternak sejak 2014. Dia berbagi ilmu beternak yang murah dan sederhana dengan modal ilmu peternakan dan kesehatan ternak yang baik. Dengan begitu, bergelut di bisnis peternakan domba atau kambing bakal menjanjikan keuntungan.
Sambutan generasi milenial untuk menjadi sosok peternak modern ditangkap Rayndra dengan membuka Sekolah Tani Milenial yang diluncurkan akhir Maret 2021. Sekolah ini dibuka karena animo banyak orang dari pensiunan hingga anak muda yang ingin berkunjung ke peternakannya di Desa Losari, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang.
”Saya mengenalkan konsep peternakan domba atau kambing tanpa arit karena ada pakan alternatif dari limbah kulit jagung yang difermentasi. Soal modal juga bisa ditekan dengan kandang sederhana. Nah, banyak anak milenial yang ingin tahu dan bertanya. Supaya bisa lebih mengembangkan peternakan dan pertanian di Indonesia, saya buka Sekolah Tani Milenial. Biar nanti bisa berjejaring, bekerja sama, sehingga pasarnya lebih besar, ujar Rayndra yang dihubungi di Magelang, Jumat (16/4/2021).
Saat kelas perdana tatap muka Sekolah Tani Milenial dimulai pada 31 Maret lalu, pendaftar ada 15 orang dari usia pensiun dan milenial. Mereka belajar di Rumah Kreatif yang digagas bersama PKK Milenial Kabupaten Magelang dan langsung ke peternakan.
Baca juga : Mau Menjadi Petani Muda, Tampan, dan Terkenal?
Permintaan untuk belajar menjadi peternak gaul dan modern seperti yang ditunjukkan Rayndra berdatangan dari luar daerah. Kelas daring perdana pun dibuka dan pendaftar dari luar Pulau Jawa berebutan. Hampir 30 orang mendaftar, padahal kuota terbatas. Biaya kelas daring Rp 150.000 per orang, dengan ekstra bimbingan di grup Whatsapp dan jejaring di bisnis peternakan domba/kambing.
”Nanti tak hanya peternakan, sudah disiapkan untuk petanian. Ada anak muda juga yang siap berbagi ilmu. Bisnis peternakan dan pertanian dari hulu ke hilir, mulai siap dimasuki anak muda,” kata Rayndra.
Di pertanian, Ella Rizki FM (26) yang merupakan istri Rayndra juga siap berbagi ilmu. Perempuan lulusan S-2 di UGM Yogyakarta ini sudah menjadi pengusaha yang mengolah kelapa menjadi gula semut dan produk turunan lainnya di Dusun Semen, Desa Trenten, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, sejak tahun 2012.
Menurut Rayndra, regenerasi petani dan peternak bakal terjadi di Indonesia. Anak-anak muda bergerak tanpa mengandalkan pemerintah. ”Dukungan pemerintah tetap ada. Salah satunya dari Kementerian Pertanian dengan menggelar program 1.000 duta petani milenial. Ini salah satu cara untuk mengajak anak muda yang belum bergelut di pertanian mulai melek dengan potensi ini dengan contoh dari para petani milenial yang sukses,” ujar Rayndra yang termasuk Duta Petani Milenial 2021.