Widya Putra Budidaya Jamur untuk Edukasi dan Produk Makanan
Widya Putra mengembangkan jamur untuk media edukasi dan wirausaha makanan.
Widya Putra (30) jatuh cinta dengan jamur saat kuliah di Institut Teknologi Bandung. Sejak tahun 2008, Putra serius mendalami jamur yang jadi salah satu kajian di Program Studi Mikrobiologi ITB. Setelah lulus kuliah, dia mendirikan usaha rintisan Mushome.
Putra tak bisa melepaskan ketertarikannya pada jamur. Ketika pikirannya terbuka tentang potensi jamur sebagai salah satu sumber makanan dari tumbuh-tumbuhan yang bernilai gizi tinggi dan baik bagi kesehatan, Putra terus saja mendalami budidaya jamur.
Saat memasuki masa kerja praktik atau magang kuliah, Putra mencari pengalaman kerja di perusahaan budidaya jamur di Malang, Jawa Timur. Saat skripsi pun, Putra meneliti budidaya jamur tiram yang dapat mengoptimalkan senyawa yang bermanfaat untuk kesehatan.
Tekad Putra untuk jadi wirausaha di bidang jamur semakin kuat saat dia mendapatkan beasiswa LPDP kuliah S-2 bidang manajemen kualitas makanan di Belanda. Di masa kuliah itu, dia mendapat inspirasi untuk mengenalkan produk jamur yang berbeda dari yang ada di pasaran di Indonesia.
”Saya punya mimpi untuk bergerak di bidang industri makanan, di produk olahan makanan. Bagi orang Indonesia, produk olah jamur masih terbatas, biasanya yang dikenal ya keripik jamur atau untuk sayur ditumis,” kata Putra yang dihubungi di Cimahi, Jawa Barat, Senin (29/3/2021).
Tahun 2016, Putra mendirikan usaha rintisan Mushome untuk mengenalkan media edukasi jamur bagi anak-anak serta beragam olahan produk jamur yang kaya nutrisi dan alami kepada masyarakat. Hampir lima tahun membangun usaha olahan makanan berbahan baku jamur di bawah naungan PT Yasa Jamur Sriwijaya, Putra memiliki dua jenama, yakni Mushome (Mushroom Home) dan Meatless Kingdom.
Usaha yang berbasis inovasi dalam pengolahan makanan ini tak sekadar mengejar keuntungan. Putra dan tim juga aktif mengedukasi masyarakat tentang manfaat mengonsumsi jamur dan cara memberikan nilai tambah terhadap produk berbasis jamur.
Awalnya, Putra terpikir untuk membuat Mushomebox, yaitu media tanam jamur bagi anak-anak usia sekolah. Dia membayangkan anak-anak punya pengalaman untuk menumbuhkan jamur tiram ukuran besar ataupun kecil yang dikemas dalam boks di rumah. Anak-anak tinggal rutin menyemprot media tanam jamur Mushomebox sehingga dalam waktu 2-4 minggu jamur bisa tumbuh dan siap dipanen. Panen jamur tiram di rumah bisa dua hingga empat kali. Lalu, anak-anak punya pengalaman untuk menikmati olahan jamur hasil tanamannya.
Di Mushomebox ada buku saku yang menceritakan tentang apa jamur, bagaimana jamur tumbuh, hingga bagaimana membedakan jamur beracun dan yang dapat dikonsumsi. Yang dipilih jamur tiram dengan berbagai warna karena sudah lebih dikenal masyarakat. Selain itu, jamur tiram bisa tumbuh di suhu ruang.
Sebagai pendatang baru, Putra memasarkan Mushomebox lewat media sosial. Dia juga memasukkan banyak proposal ke sekolah-sekolah, tetapi respons pihak sekolah tidak seperti yang diharapkan. Tak mau berputusa asa, Putra mencoba menawarkan kepada orang-orang yang dikenalnya, seperti kepala sekolah dan guru.
”Saya merasa produk kami ini unik. Ada unsur edukasinya bagi anak-anak. Terbukti beberapa bulan kami luncurkan Mushomebox di tahun 2016, kami terpilih jadi top 10 food start up dari Badan Ekonomi Kreatif karena ide yang kami usung dinilai unik dan potensial,” kata Putra.
Permintaan untuk media edukasi jamur Mushomebox sebanyak 3.000-4.000 boks per tahun. Padahal, ada testimoni yang positif dari pembeli yang dapat memakai media kit jamur ini untuk mengajarkan sikap tanggung jawab dan disiplin kepada anak-anak mereka saat harus menumbuhkan jamur di rumah.
”Saya tidak menyerah dengan tantangan di awal. Kebetulan saya suka nonton acara inspiratif, termasuk wawancara perjalanan kisah sukses pengusaha ternama. Kalau saya mudah menyerah, ya saya tidak layak untuk sukses,” tutur Putra membagi resepnya untuk bertahan.
Putra pernah mengalami kerugian karena jamur yang dibudidayakan di lahan yang disewa dicuri pekerja. Karena itulah, Putra masih berpikir untuk budidaya jamur sendiri sekaligus membuka kelas pelatihan, lalu membuat produk olahannya. Namun, pilihan usaha dari hulu ke hilir ini tak mudah dijalani, justru terancam rugi.
Makanan olahan jamur
Di akhir tahun 2019, Putra memutuskan untuk menghentikan budidaya jamur dan memilih persediaan bahan baku dengan bermitra dengan 2-3 petani jamur di Lembang, Jawa Barat. Kebutuhan jamur mencapai 20 kilogram per hari atau 4-5 kuintal per bulan.
”Saya mantap untuk fokus di pengolahan saja. Tiap tahun harus ada inovasi produk olahan. Jamur ini unik karena teksturnya kayak daging, bisa jadi pengganti daging. Selain itu, kaya protein dan manfaat lainnya, seperti dapat menurunkan kolesterol, kanker, hingga antioksidan,” kata Putra.
Rutin ikut di berbagai ajang lomba, Putra sering mendapat kesempatan untuk pameran. Saat pameran, pikiran pengunjung tentang jamur sering kali terkait dengan makanan. Akhirnya, di tahun 2018, Putra pun memulai olahan jamur menjadi keripik jamur atau Mushome Chips, antara lain dengan rasa orisinal, keju, jagung bakar, dan BBQ panggang.
Inovasi olahan jamur terus dilakukan Putra dengan mengamati tren di masyarakat. Putra mendapati bahwa gaya hidup sehat dan mengurangi konsumsi daging mulai muncul. Salah satunya dengan mengurangi penggunaan MSG. Di tahun 2019, Putra mengeluarkan kaldu jamur untuk pengganti MSG.
”Kaldu jamur yang ada di pasaran kebanyakan impor dari China atau Taiwan. Saya mikir, Indonesia yang kaya dengan jamur masak tidak bisa mengolahnya. Akhirnya kami membuat olahan kaldu jamur,” cerita Putra.
Beragam varian olahan jamur berhasil dikembangkan Putra. Di masa pandemi, bisnis Putra terselamatkan dengan berbagai olahan makanan beku dari jamur, seperti siomai jamur, dendeng jamur, fishroll, dan nugget jamur. Di tahun ini, ia menyiapkan semacam cabai tabur berbahan jamur atau Bon Mushome.
”Ada keunggulan tekstur jamur yang menyerupai daging. Produk olahan nondaging juga mulai berkembang. Kami membuatnya dari jamur dan bahan tumbuhan lain,” kata Putra.
Putra meyakini, potensi jamur untuk makanan yang sehat dan bergizi semakin dibutuhkan. Putra ingin mewujudkan hadirnya produk pengolahan makanan di Indonesia, salah satunya berbasis jamur, yang bisa menembus pasar mancanegara.
Beruntung Putra yang rajin ikut lomba ini mendapat dukungan dari berbagai instansi pemerintah. Karena masuk dalam 20 besar Indonesia Food Innovation 2020 dari Kementerian Perindustrian, Mushome mendapat bantuan untuk pendaftaran produk halal dan diikutsertakan di berbagai pameran.
Guna menembus pasar ekspor, Putra digandeng Kementerian Perdagangan untuk mendapatkan pelatihan di tahun 2021. Ada pendampingan yang nantinya berujung pada business matching yang mempertemukan pembeli dan produsen. Lewat program ini, Putra mempersiapkan diri untuk bisa tembus ke Taiwan, China, dan Hong Kong.
”Kami mau buat bumbu instan rasa Indonesia. Sebab, banyak tenaga kerja Indonesia di negara sana, mau masuknya dari rasa Indonesia. Terutama keripik jamur, ternyata banyak yang suka,” kata Putra.
Pendidikan karakter
Di masa pandemi, tantangan menjalankan usaha juga dirasakan Widya Putra. Permintaan keripik jamur berkurang, produksi Mushomebox juga jalan di tempat.
Tanpa diduga, jalan terbuka. Putra dikenalkan dengan pendiri komunitas Menata Keluarga (Emka), Melly Kiong. Lalu, mereka sepakat berkolaborasi memperkuat pendidikan karakter anak dalam keluarga lewat program Mushomebox dan Emkids Entrepreneur dengan produk Mushome Chips. Di kurun Mei 2020-Januari 2021, pemasaran Mushomebox meningkat menjadi 10.000 boks.
”Sejak kolaborasi dengan komunitas Menata Keluarga, perkembangan jauh lebih pesat. Kadang, masalahnya bukan produk enggak bagus, tapi bagaimana bertemu dengan pasar yang tepat,” ujar Putra.
Bagi Putra, kolaborasi dengan Emka dengan program menjamurkan karakter baik anak Indonesia dan mendukung gerakan kewirausahaan lewat produk jamur persis seperti visi awalnya, membuat Mushomebox, yang dipikirkannnya saat kuliah di Belanda.
Putra memang punya hasrat untuk mengedukasi anak-anak dan masyarakat soal beragam tanaman jamur dan potensinya secara menyenangkan dengan menanam sendiri, lalu mengolah dan mengonsumsi jamur untuk kebutuhan gizi.
Melly mengatakan, saat dirinya mencoba menanam Mushomebox yang dikirim Putra, sampai tiga minggu tak ada tanda-tanda jamur tumbuh. Melly merasa marah. Tak terduga, saat putus asa, jamur tiram putih tumbuh dan membesar. Dari situlah Melly sadar, boks ini dapat dipakai sebagai media edukasi menanamkan karakter baik bagi anak Indonesia di rumah. Salah satunya, pantang menyerah menghadapi sebuah proses.
”Banyak cerita testimoni yang tidak terbayangkan oleh saya, betapa powerful-nya Mushomebox. Saya tidak menyangka, yang awalnya hanya tentang memberi pengalaman menanam jamur sendiri, tetapi bisa memberi pengalaman bersama yang bermakna bagi anak-anak dan orangtua,” ujar Putra.
Putra mengaku, dirinya ikut terharu saat mendengar testimoni dari komunitas Emka Pontianak, Kalimantan Barat. Mushomebox yang dibeli sebuah keluarga tak kunjung tumbuh meskipun sudah lebih dari sebulan dirawat dan disiram sang anak. Sang ibu yang takut anak kecewa meminta anaknya untuk tak lagi mengurusi jamurnya.
”Saya terharu dengar cerita, justru si anak tidak menyerah. Malah jamurnya diajak ngomong supaya cepat tumbuh. Tidak lama, jamur bisa tumbuh,” kata Putra.
Baca juga : Rulyta, Abdul Azim, & Rahma Ciptakan Inovasi Alat Tes Mutu Minyak Goreng
Testimoni inspiratif tersebut membawa Putra kembali pada cita-cita dalam hidupnya. Semasa SMA, Putra ingin menjadi seorang motivator.
Perjalanan hidupnya sebagai wirausaha jamur membawanya menjadi orang yang berbagi inspirasi. ”Sekarang saya sering diundang perguruan tinggi untuk berbagi bagaimana memulai bisnis dan suka-duka. Saya menikmati kesempatan berbagi karena suka sharing,” ujar Putra yang saat di SMA pernah jadi juara Olimpiade Nasional Biologi di Sumatera Utara.
Widya Putra
Lahir: Sibolga, 27 Juni 1990
Pendidikan:
- S-1 Mikrobiologi Sekolah Ilmu Teknologi dan Hayati Institut Teknologi Bandung (lulus 2012)
- S-2 Food Quality Management Wageningen University, Belanda (lulus 2015)
Pekerjaan:
- Pendiri dan CEO Mushome (2016-sekarang)
Prestasi, antara lain:
- Top 20 UMKM Kategori Inovasi Makanan Indonesia oleh Kementerian Perindustrian (2020)
- Top 3 Demo Day Bio Economy Expo oleh Biofin dan UNDP (2019)
- Terpilih dalam 10 Top Food Start Up Indonesia oleh Badan Ekonomi Kreatif (2016)
- Anugerah Inovasi dan Prakarsa Jawa Barat (2018)
- Salah satu pemenang Wismilak Diplomat Success Challange (2017)