Merayakan Grammy dengan Kaus Oblong
Bias warna kulit dan jender menjadi perhatian banyak musisi dan kritikus, terutama di empat kategori utama. Isu ini beberapa tahun terakhir muncul dalam perhelatan Grammy Awards.
Perhelatan seremoni Piala Grammy ke-63 tak segemerlap biasanya. Pandemi Covid-19 dan kontroversi penilaian masih membayangi. Dalam kondisi ini, tuksedo digantikan kaus oblong, dan sampanye digantikan bir. Musik tetap perlu dirayakan.
Kategori Record of the Year adalah yang paling bergengsi di setiap malam penganugerahan Piala Grammy, tak terkecuali pada perhelatan ke-63, Minggu (14/3/2021) malam waktu AS atau Senin (15/3/2021) pagi waktu Jakarta. Ringo Starr, penabuh drum The Beatles, kebagian mengumumkan pemenanganya. ”Dan Piala Grammy jatuh pada…,” katanya sambil kesusahan membuka amplop, menambah ketegangan.
”Billie Eilish...,” tuntasnya. Kamera menyorot meja yang ditempati Billie dan abangnya, Finneas O’Connell. Responsnya mungkin kelak akan dikenang banyak orang, atau menjadi meme. Billie spontan menarik mundur kepalanya, tak menduga namanya disebut. Ketika hadirin tepuk tangan, dia malah menepuk jidatnya pakai tangan kiri, dan menunduk geleng-geleng kepala.
Billie dapat piala itu untuk lagu ”Everything I Wanted” yang diproduseri Finneas. Lagu itu ”menyingkirkan” nomine lain, yaitu ”Black Parade” dari Beyonce, ”Colors” (Black Pumas), ”Rockstar” (DaBaby bersama Roddy Rich), ”Say So” (Doja Cat), ”Don’t Start Now” (Dua Lipa), ”Circles” (Post Malone), dan ”Savage” (Megan Thee Stallion bersama Beyonce).
Pidato penerimaan Billie juga menarik disimak. ”Ini membuatku malu sebenarnya. Aku berencana menyiapkan (naskah) pidato yang bilang betapa kamu, Megan (Thee Stallion), lebih pantas dapat ini. Tapi, kubatalkan karena aku merasa enggak mungkin mereka (The Academy) memilihku. Namun, dengan tulus dan jujur, kamu pantas dapat ini. Ayo, beri tepuk tangan untuk Megan,” kata penyanyi 19 tahun ini bersungguh-sungguh.
Megan, dengan gaun jingganya, tertegun. Mungkin dia tersenyum di balik masker yang senada dengan gaunnya itu. Malam itu, Megan membawa pulang tiga piala: dua atas lagu ”Savage” di kategori Best Rap Song dan Best Rap Performance serta satu untuknya sebagai Best New Artist. Bukan kebetulan, tahun lalu Billie yang dianggap sebagai artis pendatang baru terbaik itu.
Ucapan Billie di panggung seolah-olah menyiratkan, The Recording Academy (disebut The Academy), penyelenggara Piala Grammy, bias dalam keputusannya. Selama bertahun-tahun, The Academy dikritik banyak pihak kurang inklusif, tidak peka pada keberagaman. Bahkan, rapper The Weeknd menuding ada ”komite rahasia” yang berkuasa menentukan nomine.
Boikot
Bias warna kulit dan jender menjadi perhatian banyak musisi dan kritikus, terutama di empat kategori utama. Terakhir kalinya musisi kulit berwarna dapat gelar album terbaik terjadi pada 2008 untuk pianis Herbie Hancock. Sementara perempuan berkulit hitam terakhir yang albumnya dianggap terbaik adalah Lauryn Hill pada 1999. Kecenderungan itu bertahan pada tahun ini dengan diberikannya gelar tersebut kepada album Folklore dari Taylor Swift.
Karena ada ’komite rahasia’, aku tidak akan mengizinkan labelku mendaftarkan karya musikku ke Grammy.
Dugaan itu mencuat pekan lalu ketika The Weeknd memboikot karyanya dinilai The Academy. Musisi asal Kanada itu tak mendapat satu pun nominasi meski lagunya, ”Blinding Lights”, terus bercokol di posisi sepuluh besar Billboard 100 sepanjang tahun. ”Karena ada ’komite rahasia’, aku tidak akan mengizinkan labelku mendaftarkan karya musikku ke Grammy,” katanya kepada The New York Times pekan lalu.
The Weeknd menyoal transparansi proses nominasi di The Academy. Dari wawancara dengan The Weeknd, The New York Times menulis, ada komite terselubung (anonim) yang berperan menyisir usulan nama/karya nomine sebelum diajukan ke anggota The Academy. Komite ini juga punya suara menentukan siapa yang lolos. Proses itulah yang tak dapat diterima Abel Tesfaye, nama asli The Weeknd.
Langkah The Weeknd mendapat sokongan dari banyak musisi lain, salah satunya rapper Drake. Seperti dikutip dari The Guardian, Drake pernah memenangi kategori lagu rap terbaik atas ”Hotline Bling” pada tahun 2017, padahal dia tidak ada bagian rap sama sekali di situ. ”Mungkin karena sebelumnya aku nge-rap, atau karena aku berkulit hitam, entahlah,” ujarnya.
Mundur lagi ke belakang, kehebohan pernah terjadi pada 1988 karena seloroh Little Richard saat mengumumkan artis pendatang baru terbaik. Pencipta lagu ”Tutti Frutti” (1955) ini mendaku dialah pemenangnya. ”Aku adalah arsitek rock and roll, dan mereka (The Academy) tak pernah memberiku apa pun,” ujarnya.
Baca juga : Menanti Pemenang Piala Grammy dari Situasi Tak Biasa
Hingga akhir hayatnya (meninggal 9 Mei 2020), Little Richard ”hanya” diberi penghargaan Lifetime Achievement oleh Grammy pada 1993, lima tahun setelah selorohnya tadi. Pihak Grammy juga memasukkan album perdana Richard, Here’s Little Richard (1956), di katalog Grammy Hall of Fame pada 2011. Namun, dia tak pernah memegang gelar kategori Song of the Year, Album of the Year, atau yang setara gengsinya.
Kejanggalan sedemikian coba ditangani The Academy, yang kini dipimpin produser dan penulis lagu Harvey Mason Jr. Pada akhir 2019, lembaga ini membentuk satuan tugas yang dipimpin Tina Tchen, mantan kepala staf untuk Michelle Obama. Tina dan timnya memastikan lembaga ini lebih peka pada keterwakilan perempuan—baik di tubuh lembaga maupun nomine.
Kami terus berbenah dan akan memperbaiki proses penganugerahan, termasuk komite peninjau nominasi.
”Kami kecewa ketika ada pihak yang tidak puas,” kata Harvey menanggapi aksi boikot The Weeknd. ”Kami terus berbenah dan akan memperbaiki proses penganugerahan, termasuk komite peninjau nominasi,” ujarnya kepada The New York Times.
Pada ujung seremoni malam lalu, tekad itu kembali dipertegas Harvey. Dia menutup pernyataannya dengan mengajak artis dan musisi untuk ”bekerja bersama kami, bukan menentang kami”. Demikian kata Harvey yang dikutip dari The Guardian.
Dandan rumahan
Pernyataan Harvey itu membungkus seremoni penganugerahan Piala Grammy ke-63 yang berjalan di luar kebiasaan. Akibat pandemi Covid-19, malam seremoni tak seglamor tahun-tahun sebelumnya. Segelintir nomine berkumpul di teras Gedung Staples Center, Los Angeles. Mereka duduk di meja-meja terpisah berjauh-jauhan. Lampu-lampu arena pun tak terlalu gemebyar.
Selain disiarkan melalui televisi CBS dan layanan berbayar Paramount+, acara juga dialirkan (streaming) melalui internet di situs Grammy.com, juga di media Youtube. Tayangan di Youtube mempertontonkan kebersahajaan acara yang sejatinya penuh bintang ini.
Nomine yang tidak hadir di arena Staples Center menyimak siaran acara ini dari rumah masing-masing. Pemenang suatu kategori diberi kesempatan berpidato selama tiga puluh detik. Namanya sambungan video, komunikasi tak selalu lancar. Audio dan video dari pemenang kadang-kadang butek.
Band The Strokes tak jelas mendengar ketika nama mereka disebut sebagai pemenang kategori Best Rock Album atas The New Abnormal. ”Apa? Siapa yang menang?” kata Fabrizio Moretti, didampingi Nikolai Fraiture dan Julian Casablancas, dengan latar belakang meja biliar di ruangan yang temaram. Mereka pakai baju santai, jauh dari kesan glamor.
Ketiganya berteriak kegirangan ketika pembawa acara mempertegas bahwa merekalah pemenangnya. Itu adalah Piala Grammy pertama mereka setelah eksis selama 20 tahun. Fabrizio lalu mengambil sekaleng bir, mengocok, dan menyemburkan busanya ke dua teman bandnya. Benar, itu adalah bir kalengan, bukan sampanye yang bercitra mewah.
Para pemenang lain juga banyak yang berdandan rumahan. Ice-T dari band Body Count memakai kaus oblong sambil memangku anaknya ketika band itu diumumkan sebagai Best Metal Performance atas lagu ”Bum Rush”. Demikian juga Kurt Elling yang memenangi kategori Jazz Vocal Album. ”Itu istriku yang teriak-teriak kegirangan di lantai atas,” kata Kurt yang berbalut sweter.
Kegirangan juga pantas dirasakan Beyonce meski ”cuma” membawa pulang empat piala dari sembilan nominasi. Tambahan piala itu membuat dia menjadi artis dengan koleksi Piala Grammy terbanyak, yaitu 28 piala dan 79 nominasi. Apalagi, putrinya, Blue Ivy Carter (9), juga dapat piala atas perannya di video musik ”Brown Skin Girl”.
Kegembiraan malam penganugerahan tetap terasa walau dilakukan dalam cara berbeda. Musik tetap perlu dirayakan. Petuah dari Ringo Starr sebelum mengumumkan nama Billie Eilish patut diingat.
”Setahun terakhir ini kita mungkin lelah dengan Zoom sana-sini. Tapi, apa pun yang terjadi, musik harus jalan terus. Bagi para nomine, atas segala karya yang kalian buat di masa ini, kalian sudah menjadi pemenang,” katanya. (DNA)