Interaksi sosial secara langsung yang terputus sejak pandemi membuat anak muda memilih mengobrol secara virtual. Pertemuan pun tak terbatas jarak dan waktu.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU/JOICE TAURIS SANTI
·4 menit baca
Tak terasa, kita sudah melewati pandemi Covid-19 selama satu tahun. Kerinduan bercengkerama dengan teman-teman semakin menumpuk. Mengobrol dan bercanda dengan teman melalui ruang virtual masih menjadi pilihan manjur untuk melepas rindu.
Kehadiran aplikasi dan media sosial kini tak sekadar untuk urusan tugas kuliah. Pertemuan tatap muka yang semakin jarang membuat mahasiswa bergaul di ruang dunia maya. Asalkan bisa melihat wajah temannya, mereka sudah bergembira dan tertawa bersama. Bahkan, nongkrong virtual dengan membahas berbagai hal bisa dilakukan sampai dini hari.
Mahasiswa Program Studi Administrasi Publik Universitas Brawijaya, Malang, Vefty Amriliana mengirimkan pesan kepada teman-temannya melalui grup di Whatsapp. ”Nganggur rek, ngobrol yuk,” ajak Vefty di grup WA yang dinamakan Kos Pak Mahmud, pada akhir pekan lalu.
Tak berselang lama, respons pun berdatangan dari anggota lainnya. ”Berangkat… Oke, gas,” langsung bermunculan di aplikasi percakapan tersebut. Wajah-wajah bahagia yang siap ngobrol bareng langsung bermunculan di aplikasi Zoom yang dibuka melalui laptop atau gawai dari rumah masing-masing. Biasanya ajakan ngobrol virtual ini dilontarkan pada akhir pekan.
Jarak yang membentang antarmahasiswa tak menghalangi mereka bertukar cerita. Vefty yang tinggal di Malang bisa melepas rindu dengan teman-temannya yang tinggal di Banten, Jawa Timur, hingga Nusa Tenggara Barat. Bagi mahasiswa semester kedua, Vefty baru bertemu dengan dua temannya. Selain teman seangkatan, Vefty juga beruntung bisa bertemu dengan kakak tingkatnya saat pergi ke kampus.
”Awalnya kami kenal karena satu kepanitian untuk pemilu himpunan. Kami bertugas di divisi acara. Saat rapat virtual kami sudah merasa akrab. Nah, saat kepanitiaan berakhir Januari, rasanya sayang kalau obrolan enggak dilanjutkan,” cerita Vefty yang dihubungi dari Malang, Sabtu (27/2/20210).
Bahan percakapan seakan tak ada habisnya. Dari awalnya diskusi tentang cara mengisi kartu rencana studi (KRS) secara daring sampai beralih ke berbagai topik ringan. ”Obrolan terus berlanjut, soal dosen-dosen dan teman-teman. Sampai urusan percintaan juga dibahas. Karena merasa nyaman dan percaya, semua pada mau berbagi cerita,” kata Vefty.
Kebiasaan nongkrong virtual juga dijalani Faizah Diena, mahasiswa program studi ilmu politik, Universitas Indonesia, Depok. ”Aku suka ngobrol. Enggak betah kalau tidak ngobrol. Dari awal pandemi udah langsung manfaatin aplikasi untuk ngobrol dengan teman-teman,” ujar Diena.
Diena memiliki kelompok teman lintas fakultas yang biasanya suka nongkrong bersama saat di kampus. Saat kampus ditutup, teman-temannya pulang kampung.
”Akhirnya kebiasaan ngobrol pun jadi pindah ke G-meet, bisa bertiga atau berlima gitu yang gabung. Banyak yang dibahas sambil tidur-tiduran di kamar. Dari cerita tentang kampus, film, keluarga, hingga cerita pribadi,” katanya.
Aktif kegiatan
Jeannette Riawan, mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang, terkadang kesepian dan bosan. Satu tahun tinggal di rumah orangtuanya di Tangerang Selatan ternyata tidak menyurutkan kegiatannya. Sebagai salah satu pengurus AISEC, organisasi internasional mahasiswa ekonomi dan bisnis, Jeanette harus mengikuti pertemuan-pertemuan daring tetap dilaksanakan.
Saat pertemuan secara virtual, mereka tidak hanya berdiskusi serius, tetapi juga sambil bercanda. ”Ada pertemuan-pertemuan untuk bonding (akrab),” katanya.
Pertemuan AISEC itu diikuti mahasiswa Fakultas Ekonomi dari beberapa kampus. ”Kalau di anggota AISEC Semarang ada Universitas Negeri Semarang, Universitas Islam Sultan Agung Semarang, ada juga dari Universitas Katolik Soegijapranata. Kami biasanya beda jurusan, juga beda angkatan. Selesai membahas soal organisasi, kami juga ngobrol tentang apa saja yang lucu-lucu. Bisa sampai lebih dari satu jam,” kata Jeannette.
Tak jarang, pertemuan-pertemuan baru berakhir lewat tengah malam.
Di AISEC, Jeannette menjadi manajer proyek untuk bidang keuangan, hubungan pemerintah dan legal. ”Masih banyak proyek yang jalan. Biasanya, teman-teman konsulitasi proyek mereka ke aku, lalu setelah proyek selesai, nanti aku akan audit berkas-berkasnya,” katanya.
Lain lagi kalau ngobrol dengan teman kuliahnya satu jurusan. Mereka bertemu ketika mengerjakan tugas bersama. Namun, tetap saja, candaan yang telontar melalui dunia maya menjadi salah satu cara melepas kangen setelah satu tahun tidak bertemu muka. Melompat dari ruang maya satu ke ruang maya lainnya membuat Jeannette sibuk, tetapi hatinya bahagia bisa melihat teman-temannya.
Psikolog remaja Sukma Prawitasari mengatakan, kebutuhan berinteraksi adalah bagian dari kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial. Ada kebutuhan untuk bertatap muka, ngobrol, dan berbagai cerita. ”Jadi, mau via media sosial atau ketemu langsung, itu pilihan,” kata Sukma.
Menurut Sukma, generasi muda sangat cepet beradaptasi dengan teknologi. Apalagi, mereka lebih suka dengan kepraktisan. Mereka menikmati berinteraksi dengan teman-temannya di ruang virtual.
”Tanpa perlu keluar kamar, anak muda tetap bisa mengobrol sehingga kebutuhan sosial terpenuhi,” kata Sukma.
Sukma menambahkan, untuk nongkrong bareng sebenarnya sudah banyak dilakukan anak muda di masa normal baru. Malahan, mereka sudah bisa memilih lokasi yang seru untuk berkumpul dengan memperhatikan protokol kesehatan yang ketat.
”Mereka malah bisa sekalian mencari konten untuk media sosialnya. Yang perlu diingatkan, kalau kita sering memakai media sosial untuk eksis atau diakui oleh warganet,” kata Sukma.