Faiz Arsyad Menciptakan Inovasi Kopi dari Kulit Mangga
Mahasiswa Universitas Brawijaya, Faiz Arsyad, bersama timnya mengolah limbah kulit mangga yang dicampur dengan kopi sehingga menjadi minuman menyehatkan.
Mahasiswa Universitas Brawijaya, Faiz Arsyad, bersama timnya mengolah limbah kulit mangga yang dicampur dengan kopi sehingga menjadi minuman menyehatkan. Selain menjaga kelestarian lingkungan, inovasi mahasiswa ini bisa membuahkan prestasi tingkat internasional.
Memadukan kulit mangga dan kopi dalam satu cangkir mengantarkan sekelompok mahasiswa Universitas Brawijaya memenangi kompetisi internasional dengan meraih Gold Medal dan Platinum Award di International Invention and Trade Expo (IITE), London. ”Kami memang niat untuk ikut kompetisi,” ujar Faiz Arsyad, mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, saat dihubungi pada Senin (1/3/2021).
Selain Faiz, tim beranggotakan Demmy Filsafa Ratna Putra, Rishna Widhia Kusumawati dan Arsyad Salman Yusra Abadi Jasri (Fakultas Pertanian) serta Serira Surya Candini (Fakultas Ilmu Administrasi).
Niatan untuk mengikuti kompetisi membuat mereka membuka mata mencari masalah yang ada di sekitarnya. ”Akhirnya, kami melihat limbah kulit mangga podang,” kata Faiz.
Faiz menuturkan, mangga podang merupakan salah satu komoditas andalan dari Kediri. Sekali panen, berton-ton mangga podang dipetik dari kebun-kebun di sekitar Kediri. Panen ini menghasilkan limbah kulit mangga.
Selama ini, hanya sebagian kecil yang diolah menjadi keripik. Itu pun harganya murah. Indonesia adalah penghasil mangga nomor empat di dunia, sedangkan Provinsi Jawa Timur merupakan penghasil mangga nomor satu di Indonesia.
Di sisi lain, kafe-kafe kopi terus bermunculan. Kopi telah menjadi bagian dari gaya hidup. Indonesia pun menghasilkan berbagai macam kopi dengan berbagai cita rasa. Tim Universitas Brawijaya ini memadukan kedua hal tersebut, menjadi minuman kopi bercampur kulit mangga.
Penelitian
Faiz dan rekan-rekannya mulai riset mengenai kulit mangga ini. Mereka membaca berbagai litelatur mengenai kulit mangga, kopi, dan bisnis kopi, termasuk kafe.
”Banyak bahan yang kami baca. Dari buku, jurnal, hasil penelitian di berbagai universitas juga laman-laman resmi di internet. Diperlukan waktu hingga dua bulan untuk melakukan riset pustaka ini,” kata Faiz yang juga merupakan salah satu kandidat Duta Pertanian Milenial dari Kementerian Pertanian.
Mereka mencari manfaat kulit mangga, manfaat dan kekurangan kopi, serta melakukan riset soal perkembangan kafe-kafe serta gaya hidup terkait dengan kopi. Ternyata, di dalam kulit mangga podang yang lonjong itu terdapat beberapa kandungan senyawa aktif yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Kandungan tersebut, di antaranya, adalah polifenol, alpha hydorxil acid (AHA), amyhocyanins, flavonoid, serta vitamin C dan E.
Polifenol merupakan senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman. Senyawa ini melindungi tanaman dari bahaya. Jika dimakan, polifenol juga berfungsi sebagai antioksidan dan dapat melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat terpapar radikal bebas. Menurut banyak penelitian, mengonsumsi makanan dengan polifenol tinggi dapat melindungi tubuh dari kanker, penyakit jantung, diabetes, dan osteoporosis.
Sementara itu, AHA bermanfaat mengelupas kulit dan mempercepat regenerasi sel kulit baru. AHA juga membantu memperbaiki masalah kulit, seperti kerutan dan bercak. Banyak kosmetik yang mengunakan bahan ini.
Setelah selesai melakukan riset pustaka tentang mangga, kopi dan kafe, Faiz dan timnya mulai menulis proposal untuk diajukan ke lomba. ”Bisa dibilang, bagian menulis proposal ini merupakan tahapan yang paling lama, sampai 3 bulan. Untuk semua proses tersebut, kami selalu dibimbing oleh dosen,” ujar Faiz.
Di dalam proposal tersebut, antara lain, berisi latar belakang masalah, teori-teori pendahuluan, juga analisis mengenai manfaat kulit mangga dan kopi, hingga analisis kelangsungan usaha jika produk perpaduan antara kulit mangga dan kopi itu dijual,
Tahapan selanjutnya adalah mulai memproduksi kulit mangga kering. Setelah dikeringkan, kulit mangga disangrai, lalu dicampurkan dengan kopi. Ternyata, tidak mudah juga untuk mendapatkan komposisi yang pas antara kulit mangga dan kopi yang dapat menghasilan racikan pas untuk diseduh. ”Kadang kami merasa terlalu banyak kulitnya, kadang terlalu banyak kopinya. Terjadi proses trial and error di sini,” kata Faiz.
Tidak hanya produk, kemasan yang kekinian pun dipilih berdasarkan riset. Demikian pula dengan berat bersih dalam kemasan. ”Jadilah kami memilih standing pouch supaya terlihat bagus dan kekinian, juga isi yang seberat 250 gram,” kata Faiz.
Pemasaran
”Kebetulan universitas kami mengelola kebun kopi Arabika di kaki Gunung Arjuna. Salah satu dosen memiliki jaringan di komunitas kopi sehingga kami tidak kesulitan mendapatkan pasokan kopi juga untuk memasarkannya,” ujar Faiz.
Produk perpaduan kopi dan mangga ini diberi nama Mango Peels Coffe Innovation of Healthy Arabica Coffee Drinks Based in Zero Waste System (Masco). Perpaduan kopi dan mangga tersebut dijual di kafe-kafe dan disukai penggemar kopi. Selain menjual di kafe, mereka juga memasarkan produk ini secara daring. Satu saset kopi mangga berbentuk bubuk dijual Rp 20.000. Konsumen tinggal menyeduh kopi mangga tersebut, menghirup keharumannya, dan merasakan manfaatnya untuk kesehatan.
Masco mendapat sambutan hangat. Produk yang dibuat habis di pasaran. Tidak hanya itu, produk ini juga memenangkan Gold Medal dan Platinum Award di International Invention and Trade Expo, London.
Faiz bersama teman-temannya membiayai sendiri penelitian dan produksi kopi mangga. ”Alhamdulilah, setelah menang, kami mendapatkan dana dari kampus,” ujar Faiz.
Dana ini digunakan untuk mengembangkan produk selanjutnya. Menurut Faiz, dia sekarang akan mulai memadukan kopi-kopi dari luar Jawa Timur. ”Fokus kami masih kopi di Jawa, wilayah yang terjangkau dulu,” katanya. Tidak lama lagi akan dihasilkan perpaduan kopi dari daerah lain di Jawa, tidak hanya kopi arabika Arjuna.
Faiz mengatakan, kesulitan dalam memproduksi kopi mangga ini adalah ketersediaan mangga yang tidak selalu ada sepanjang tahun. ”Ada bulan-bulan kosong mangga,” ucapnya.
Walaupun demikian, Faiz dan teman-temannya tetap akan memproduksi kopi mangga dengan varian lain selain kopi Arjuna. Mencoba mengatasi masalah sampah dengan membuat minuman yang lebih bermanfaat.
Sejak awal, mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang, Faiz Arsyad, dan teman-temannya memang ingin mengikuti kompetisi mahasiswa. Tidak tanggung-tanggung, mereka ingin unjuk gigi di kompetisi tingkat internasional. Mereka pun berembuk untuk mencari kira-kira kompetisi mana yang dapat diijalani.
”Kompetisi yang akan kami ikuti adalah International Invention and Trade Expo yang diselenggarakan di London,” kata Faiz.
Dari laman IITE didapat keterangan bahwa kompetisi itu merupakan platform bisnis untuk penemu, produsen, dan pedagang untuk memperlihatkan produk terbaru dan inovasi serta pertukaran informasi. Biasanya, setidaknya ada 20 perwakilan negara yang datang di London untuk memperlihatkan temuan yang sudah dipatenkan, ide baru dan kompetisi dalam berbagai bidang. Terkait dengan pandemi, pertemuan di London ditunda dan hanya dilakuan pertemuan secara daring.
Dalam kompetisi ini, tidak hanya harus dapat memberikan solusi terhadap sebuah masalah yang ada di sekitar kita. Harapannya, solusi yang dibuat merupakan inovasi yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Faiz bersama tim memutuskan mengatasi masalah sampah kulit mangga yang menjadi limbah. Namun, tidak sekadar membuang kulit mangga, kulit itu diolah menjadi bahan minuman yang belum pernah ada sebelumnya.
Kulit mangga podang dari Kediri, Jawa Timur, dicampur kopi sehingga menambahkan aroma keharuman kopi. Selain itu, penambahan kulit mangga juga membuat kopi bertambah khasiatnya untuk kesehatan. Nilai jual kulit mangga pun meningkat karena sebelumnya limbah kulit mangga hanya dijual menjadi keripik yang tidak terlalu mahal.
Untuk semua rangkaian penelitian, tim mahasiswa itu berani merogoh koceknya sendiri untuk membiayai lomba ini. Ditambah dengan dukungan dari dosen pembimbing, akhirnya mereka dapat mengeluarkan produk Mango Peels Coffe, Innovation of Healthy Arabica Coffee Drinks Based in Zero Waste System (Masco).
Perjalanan penelitian Faiz dan kawan-kawan tertuang dalam proposal lomba. ”Ada kurasi ketat. Tidak dikirim langsung ke London. Ada tahapannya. Proposal ini diadu dulu di Indonesia. Saya tidak tahu berapa banyak peserta yang ikut dari Indonesia,” kata Faiz.
Baca juga: Talenta Muda Indonesia Punya Potensi ke Global
Proposal Mangga Podang dan Kopi lolos seleksi dari Indonesia dan regional. Lalu, pertemuan antara dewan juri dan peserta kompetisi semuanya dilakukan secara daring. Faiz dan kawan-kawannya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menjelaskan inovasi yang mereka lakukan dengan baik.
”Penjelasan dilakukan dengan berbagai media. Kami membuat film, proposal, abstrak dari penelitian. Dilanjutkan dengan presentasi secara online,” ujar Faiz.
Tahap demi tahap dilalui Faiz dan kelompoknya. Akhirnya mereka berhasil menyisihkan 100 inovator dari 30 negara. Kelompok mahasiswa dari Malang ini berhasil meraih Gold Medal dan Platinium Award dalam ajang tersebut. Tidak puas hanya membawa gelar, mereka pun melanjutkan penjualan kopi mangga ini dengan varian kopi yang banyak ditemui di Pulau Jawa.
Setelah meraih kemenangan di ajang kompetisi internasional, Faiz dan kawan-kawan belum yakin produk ini akan dapat diterima konsumen. ”Percuma saja kalau kita membuat produk, tetapi tidak laku dijual,” kata Faiz.
Kenyataanya, setelah diproduksi, Masco disukai penggemar kopi. Mereka menyukai minuman kopi beraroma kulit mangga itu.
Faiz Arsyad
Lahir : Bandung, 7 Maret 1998
Pendidikan: Universitas Brawijaya Malang, Fakultas Pertanian
Prestasi, antara lain:
- Gold Medal dan Platinum Award di International Invention and Trade Expo, London (2020)
- Gold Medal International Invention and New Technology ”New Time” Russia (2020)
- Gold Medal International Invention and Innovation Competition (ICAN), Toronto, Kanada (2020)