Generasi muda yang akan meniti karier di dunia profesional maupun wirausaha diajak untuk berpikir global.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Talenta muda Indonesia yang akan berkiprah di dunia profesional maupun wirausahawan harus berani menantang dirinya untuk berperan secara global. Sebab, Indonesia merupakan pasar potensial bagi dunia sehingga anak-anak muda Indonesia harus mampu mendorong dirinya berkiprah secara global.
Presiden Direktur Unilever Indonesia Ira Noviarti di acara webinar Inspiring Unileader bertajuk ”Dorong Talenta Muda Indonesia untuk Buktikan Potensi hingga ke Kancah Global”, Kamis (25/2/2021), mengatakan, Indonesia pada 2030 akan menjadi tujuh ekonomi terbesar dunia. Pasar dunia berharap bisa berkolaborasi dan bekerja sama dengan Indonesia. Hal ini menjadi peluang bagi talenta muda yang memiliki pola pikir global dalam memajukan ekonomi Indonesia.
”Pemimpin masa depan harus berkonteks multikultural. Indonesia yang potensial membuat banyak negara lain mau masuk dan investasi, mau merasakan pasar yang besar. Tidak masalah, kalian mau jadi profesional, entrepreneur, analis, atau konsultan, ya, harus siap. Kita perlu memainkan peran melampaui Indonesia, yakni memiliki pola pikir global supaya tidak mengunci potensi diri dan dan pasar kita,” kata Ira yang menjadi perempuan kedua yang menjabat posisi presiden direktur Unilever Indonesia.
Ira, yang berbicara di acara virtual pada mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, berbagi tips dalam meniti karier sekitar 25 tahun di Unilever, perusahaan multinasional. Ira menginspirasi mahasiswa untuk berani mengambil tantangan dan menyambut peluang untuk berkarier secara global.
Ira mengisahkan, dirinya lulusan Universitas Indonesia yang mengambil kuliah akutansi. Seusai lulus tahun 1995, Ira mencoba berkarier sebagai akuntan sesuai latar belakang ilmunya, tetapi setelah sekitar enam bulan berjalan, dia merasa tidak cocok.
Ira pun beralih untuk mencari peluang kerja lain sesuai minatnya dan begabung sebagai management trainee di Unilever Indonesia. Karier Ira di perusahaan ini berkembang, dia berkiprah sebagai direktur pemasaran untuk produk perawatan kulit hingga makanan dan es krim. Lalu, pada 2014-2017 Ira menjadi Wakil Presiden Unilever Asia Tenggara. Sejak November 2020, Ira diangkat menjadi Presiden Direktur Unilever Indonesia.
”Saya ditunjuk sebagai Presiden Direktur Unilever Indonesia pada masa pandemi, yang situasi dan tantangannya beda. Tapi, saya optimistis bisa membantu Indonesia ke level berikutnya,” ujar Ira.
Ira memaparkan, Unilever merupakan perusahaan global dan sudah berada di Indonesia sekitar 87 tahun. Di Indonesia, Unilever memiliki sekitar 6.000 pekerja di 9 perusahaan. Ada 44 produk merek yang ada di pasar. Ada nilai yang diusung perusahaan tersebut dengan kehadirannya di Indonesia, yakni memberikan dampak positif pada ekonomi, orang, lingkungan, kesehatan dan higienisitas. Bisnis yang dijalankan harus dapat membuat dampak positif di negeri ini.
Ira mengajak mahasiswa Indonesia untuk memotivasi diri sebagai pemimpin global. Unilever Indonesia memberi omzet dan revenue keempat terbesar secara global.
Kunci sukses
Dalam kesempatan ini, Ira menyebutkan lima kunci yang dapat membantu talenta muda Indonesia berkiprah di kancah global. Pertama, mahasiswa diajak untuk menemukan talenta unik.
”Untuk menjadi pemimpin global leader dan pemimpin hebat, tidak perlu sempurna atau ahli di semua hal. Kita hanya perlu dengan tepat menemukan talenta, passion, atau super power kita,” papar Ira.
Menurut Ira, jika orang bertanya talenta unik dirinya, dia siap melihat problem kompleks jadi sederhana. Dia mampu melihat problem, isu apa, dan datang dengan solusi. Bagi Ira, problem jadi kesempatan yang dapat membawa keuntungan buat perusahaan. ”Saya tidak punya talenta di proses. Tapi saya punya orang-orang untuk menolong di proses itu,” ujar Ira.
Kunci kedua, lanjut Ira, punya hasrat kuat (passionate). Ira mengingatkan mahasiswa untuk melakukan hal yang disukai dengan sepenuh hati untuk membuat dampak yang berarti.
Lalu, yang ketiga, mahasiswa diminta untuk tak berhenti menantang diri. ”Saya temukan ini krusial, untuk tidak berhenti di status quo. Kalau kita merasa comfortable dan melakukan berulang-ulang, harus mencoba menemukan tantangan supaya bisa berkembang secara personal dan profesional,” ujar Ira.
Menurut Ira, dirinya merasa nyaman di bidang marketing dan tinggal di Indonesia. Ketika tawaran jadi Wakil Presiden Unilever Asia Tenggara datang, Ira gamang untuk keluar dari area nyamannya selama ini. Akhirnya, Ira memberanikan diri untuk menerima tantangan baru untuk memiliki tanggung jawab besar dan tinggal di Singapura. Keberanian menerima tantangan yang awalnya membuat Ira takut, nyatanya membawanya pada pencapaian yang lebih tinggi lagi, yakni menjadi Presiden Direktur Unilever Indonesia.
Kunci keempat, Ira menyebutkan untuk mau terus belajar dan memiliki rasa ingin tahu. Menurut Ira, tiap orang dapat belajar dari mana saja dan siapa saja. Ira sendiri mengaku belajar dari anaknya dan suka mengikuti seminar atau talkshow yang menginspirasi.
Terakhir, membangun jejaring (network). Menurut Ira, berjejaring bukan berapa banyak kenalan yang dimiliki. Namun, bagaimana bisa fokus dengan orang yang bisa berbagi ke level pengetahuan yang tinggi. Ira memberikan tips untuk membuka diri terhadap orang yang berbeda karena dapat memperkaya dan mencerahkan pemikiran kita.
Paparan Ira mendapat sambutan yang antusias dari peserta. Tafara, mahasiswa Universitas Diponegoro ingin tahu bagaimana tips menjadi pemimpin perusahaan yang penuh orang asing dan berbeda latar belakang.
Menurut Ira, bekerja di perusahaan yang menerima keberagaman atau perbedaan jadi tempat bagus untuk berkembang secara potensi serta mengembangkan ide dan solusi yang berdampak.
”Saya melihat semakin beragam dari suatu tim, ide yang keluar makin lebih kaya. Kuncinya, bagaimana bisa membangun sinergi, memiliki pemikiran terbuka dan inklusif. Kita selalu mencoba terbuka dengan orang yang berbeda dengan kita,” ujar Ira.