Mencintai Aku dan Kamu
Sobat Muda melepas kangen di acara ulang tahun ke-14 Kompas Muda yang berlangsung virtual.

Ulang tahun ke-14 Kompas Muda berlangsung secara virtual, Sabtu (20/2/2021). Meski tak bisa bertemu secara langsung, magangers masih bisa melepas kangen dengan meramaikan kolom chat di Zoom.
Untuk merayakan ulang tahun ke-14, Kompas Muda setia menemani magangers dan volunter menjalani masa-masa sulit di tengah pandemi. Acara yang berlangsung virtual menjadi ajang temu kangen sambil berbincang tentang mencintai diri sendiri.
“Tidak perlu mengejar untuk menjadi manusia yang sempurna, karena memiliki tuntutan dan ekspektasi yang salah malah membuat kita semakin merasa insecure,” begitulah bunyi afirmasi untuk diri sendiri yang diberikan psikolog anak dan remaja Anastasia Satriyo.
Anastasia menjadi pembicara dalam perayaan ulang tahun Kompas Muda secara virtual yang mengambil tema Mengenal Diriku untuk Mengenalmu, pada Sabtu (20/2/2021). Sebanyak 116 peserta ikut bergabung dalam perayaan yang berkesan di hati.
Pada kesempatan itu, peserta diajak memahami tentang diri sendiri, memahami rasa tidak aman yang membuat hidup Sobat Muda jadi tidak bahagia dan tertekan. Apalagi, di tengah pandemi dengan situasi yang serba tidak pasti.
Wakil Pemimpin Redaksi Kompas Tri Agung Kristanto mengatakan, diskusi tentang mengenal diri sendiri merupakan tema filosofis pencarian jati diri seseorang. Hal ini sejalan dengan usia Kompas Muda yang berumur 14 tahun, sebagai sosok remaja yang sedang mencari jati diri. “Kita memang masih menghadapi pandemi Covid-19. Namun, terbukti pandemi tidak menghilangkan kreasi, tapi memberi peluang munculnya beragam kreasi. Dengan pandemi kita makin kenal teknologi sehingga bisa melaksanakan bebragai kegiatan dengan virtual,” ujar Tri.
Bersama Anastasia, Sobat Muda diajak berani menerima diri, tak perlu menjadi sempurna serta merasa cukup pada diri sendiri. “Badan Kesehatan Dunia, WHO bilang tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental, selain juga memperhatikan nutrisi, aktivitas fisik, dan kualitas tidur. Namun, selama ini kita belum mempelajari untuk mencintai diri dan mengenal emosi. Kita belum tahu bagaimana menyayangi diri, mengenal, dan memproses diri kita,” ujar Anastasia.
Anastasia mengatakan emosi tiap orang mengalami pasang surut. Apalagi di usia remaja, perubahan terjadi dalam mental (sistem otak), emosional (psikologis), fisik (hormon), hingga sosial (relasi), bisa membuat remaja jadi meragukan diri sendiri. “Jadi kita harus menerima kalau kita tidak baik-baik saja. It’s okay to not be okay,” ujar Anastasia.
Anastasia mengatakan, dirinya di usia SD gampang stress saat menghadapi ujian hingga tangan basah. Dirinya punya genetic kecemasan. Di usia 17 tahun, dia mengalami depresi klinis dan setahun bisa pulih dengan bantuan psikitater dan psikolog. Anastasia pun akhirnya belajar psikologi. Dia pun terus bergelut dengan emosinya, apalagi dirinya pernah terpapar Covid-19 dan ada anggota keluarga yang meninggal dunia.

Psikolog anak dan remaja Anastasia Satriyo yang menjadi pembicara dalam acara ulang tahun ke-14 Kompas Muda, dengan tema Mengenal Diriku untuk Mengenalmu. Acara berlangsung secara virtual pada Sabtu (20/2/2021).
“Kesehatan mental, emosi bukan takdir. Ada cara lebih baik dan cari cara untuk meneglola emosi dan hidup lebih sehat. Kalau bingung nyari bantuan ke mana, di masa pandemi banyak aplikasi terkait kesehatan mental yang muncul untuk tempat bertanya.Yang penting kamu merasa aman bercerita,” kata Anastasia.
Menurut Anas, mengenal diri dimulai dengan memahami emosi. “Coba pahami, apa yang lagi dialami sehari – dua minggu ini. Lagi mikir apa atau mengalami apa,” kata Anastasia.
Lontaran pertanyaan apa yang kualami untuk mengenal emosi ini disambut dengan beragam curahan hati alias curhat Sobat Muda. Ada seorang mahasiswa berusia 19 tahun yang merasa bingung dirinya ini siapa dan untuk apa hidup. Ada yang mengaku banyak passion, namun enggak tahu mana yang cocok.
Ada mahasiswa tingkat akhir yang merasa galau, cemas menganggur. Banyak pula yang merasa sendiri (lonely). Tidak ketinggalan masalah relasi dengan orangtua yang tidak nyaman, ada yang merasa sebal karena orangtua membanding-bandinggkan dirinya dengan saudara atau orang lain.
Dari diri sendiri pun ada kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Anastasia mengatakan berbagai perasaan ini karena tantangan menjadi remaja yang menghadapi tuntutan orangtua, media sosial, dan ekspektasi diri, membuat hidup jadi tertekan dan tidak bahagia.

Suasana acara ulang tahun ke-14 Kompas Muda di Menara Kompas, Jakarta, sekaligus berlangsung secara virtual, Sabtu (20/2/2021). Acara diikuti magangers dan volunter Kompas Muda.
Setelah, seseorang berhasil memahami emosinya, bahkan mau bercerita dengan orang yang dirasa aman, ini langkah yang bagus. Berikutnya, menerapkan temperatur emosi untuk mendeteksi tingkat emosi dari sakal 1-10. Di sinilah, bisa semakin dipahami emosi yang dirasakan ada yang ingin meledak, mumet, kusut, atau merasa aman dan nyaman.
“Untuk merasa lebih baik, kita mesti mengakui emosi saat ini. Kita melakukan validasi emosi atau komunikasi refleksi. Tugas utama mencintai diri sendiri, ya kita sendiri. Tak kenal maka tak saying,” ujar Anastasia.
Anastasia menegaskan tiap orang harus manusiawi dulu pada dirinya, tidak apa –apa ketika merasa tidak baik-baik saja. Emosi adalah energi, tidak bisa dihilangkan, tapi bisa berubah bentuk. “Supaya bisa rileks dan nyaman, sering latihan tarik nafas dan hembuskan yang kencang. dalam hati niatkan untuk mengeluarkan emosi yang enggak enak,” kata Anastasi.
Anas memberikan tips relaksasi nafas untuk memproses emosi yang tidak enak dengan cara menarik nafas dalam, perut kembungkan, buang nafas, perut dikempesin. Bisa juga memeluk diri sendiri untuk memberi rasa aman dan nyaman.
“Otak manusia enggak bisa membedakan yang maya dan nyata. Makanya yang negatif atau like di medsos bisa mempengaruhi emosi. Namun, kita bisa manipulasi otak dengan rasa aman meskipun situasi tidak enak, dengan memeluk diri sendiri, tambahkan relaksasi dengan latihan nafas,” ujar Anastasi.
Kemampuan untuk self healing dan self care, ujar Anastasia, penting untuk tiap orang. “Kita sering menuntut diri jadi sempurna. Merasa hidup begini-begini saja. Mencintai diri jadi langkah unuk mengenal diri sengan afirmasi diri yang merasa cukup dengan diri kita. Terima dulu diri yang hari ini. Mindset kita kini bukan lagi mengejar kesempurnaa, Tapi berlatih merasa cukup dengan diri kita,” ujar Anastasia.
Memahami emosi, ujar Anas, menjadi pintu masuk memahami diri. Membuat terhindar dari rasa tak nyaman, terampil bersosialisasi, berteman, dan suatu hari berpasangan. Juga membantu dalam memlih dan menekuni bidang studi dan suatu hari profesi atau pekerjaan.
Melepas kerinduan
Setelah mendengarkan banyak hal dari Anastasia, peserta merasa lega. Seolah terlepas dari berbagai masalah, terutama saat melewati pandemi yang berlangsung hampir setahun ini. Semua ini terungkap melalui aplikasi Mentimeter yang disediakan oleh panitia.
Berbagai ungkapan perasaan seperti lega, bersyukur, tersadar, rileks, tenang dan love myself dituliskan oleh para peserta. Malahan, Anastasia mengusulkan anak muda membuat lagu bertema mencintai diri sendiri.
“Bikin lirik lagu yang mencintai diri sendiri. Aku sendiri baik-baik saja, aku bersama kamu makin bahagia. Aku sendiri saja sudah bahagia dengan. Kita butuh lagu-lagu Indonesia untuk sayang diri sendiri,” kata Anastasia.

Acara pun berlanjut dengan saling melepas rindu bagi magangers dan volunter yang sudah lama tak bertemu. Biasanya, paling tidak, Sobat Muda akan bertemu setahun sekali saat acara magangers. Sayangnya, tahun lalu, program magangers ditiadakan karena pandemi. Jadi, kangen sekali pastinya bisa bertemu dan saling berbagi cerita. Pertemuan virtual cukup lumayan bisa mengobati rasa kangen. Lebih seru lagi saat bermain Kahoot. Pertanyaan terkait rubrik sampai Bara dan Diara, maskot Kompas Muda menjadi pengingat supaya magangers tak melupakan rumah keduanya.
Di kolom chat, magangers saling menyapa, saling melempar ejekan dan sapaan hangat. Mereka yang hadir bukan hanya dari Jakarta, tetapi juga dari kota-kota lain, seperti Bandung dan Yogyakarta. Host acara pun meminta peserta menyalakan video, biar kelihatan tuh wajah-wajah yang dikangeni.
Salah satu magangers Maria Oktaviana mengakui, acara ulang tahun Kompas Muda tidak menjadi sekedar perayaan namun juga saling melepas rindu dengan teman-teman. “Aku seneng banget, dari enggak pernah ketemu jadi merasa dekat saat melihat teman-teman. Apalagi, waktu sesi webinar tadi, jadi sadar, ternyata bukan aku saja yang merasa sendiri,” kata Viana.
Kita sering menuntut diri jadi sempurna. Merasa hidup begini-begini saja. Mencintai diri jadi langkah unuk mengenal diri sengan afirmasi diri yang merasa cukup dengan diri kita. Terima dulu diri yang hari ini. Mindset kita kini bukan lagi mengejar kesempurnaa, Tapi berlatih merasa cukup dengan diri kita.
Pembawa acara Andi Ridzky Widarto, magangers Kompas Muda Batch X yang hadir di Menara Kompas, Jakarta, mengaku meskipun pandemi sudah hampir satu tahun dilalui, tetap saja ada rasa sepi. “Tapi merasa enggak sendiri juga sih. Karena ada Kompas Muda yang menemani selama pandemi, lewat acara live IG, webinar, dan perayaan virtual HUT Kompas Muda," kata Andi.
Sementara Evira Dwi Anyeliria, maganger Kompas Muda Batch X bidang reporter, yang jadi pembawa acara di rumahnya mengatakan tidak bisa menolak keadaan yang serba terbatas dan menimbulkan rasa tidak aman, terutama masalah kesehatan, karena hal ini dialami banyak ornag. “Aku belajar menerima. Dan, bersyukur sekarang bisa belajar bersama Kompas Muda tentang persoalan yang relate atau nyambung dengan anak muda yang overthinking, insecure, enggak percaya diri,” ujar Evira.
Nah, semua keseruan acara itu tak terlepas dari jerih payah panitia acara. Kali ini, acara ulang tahun disiapkan oleh magangers batch 8 sampai 10 selama satu bulan. Dengan semangat, panitia yang diketuai Alief Brahmarizky Roseno (magangers batch 8) berjibaku menyiapkan yang terbaik.
Selama satu bulan, sebanyak 14 magangers merancang acara menarik secara virtual. Dari awal pemilihan tema, susunan acara hingga pembuatan video dilakukan secara virtual. Seminggu sekali, panitia bertemu untuk mematangkan acara.
Baca juga : Menghibur Diri dengan Camilan
“Persiapan online ini banyak hal yang harus dibahas, mulai dari tema yang diangkat, konsep acara dan teknologi yang dibutuhkan. Sehingga, dibutuhkan persiapan lebih matang untuk mencegah kesalahan teknis,” ujar Alief.
Perayaan pun diakhiri dengan foto bersama. Meski hanya bisa menatap wajah melalui video yang kadang bergerak lambat, Sobat Muda bisa bahagia bersama. Selamat ulang tahun Kompas Muda!

Ulang tahun ke-14 Kompas Muda berlangsung secara virtual, Sabtu (20/2/2021). Meski tak bisa bertemu secara langsung, magangers masih bisa melepas kangen dengan meramaikan kolom chat di Zoom.
(Faizah Diena, Magangers Kompas Muda Batch IX dan Mahasiswa Universitas Indonesia)