Beddu Hafidz Semangat Berbagi untuk Masyarakat Desa Pesisir di Lampung Selatan
Saat ini, banyak anak muda yang peduli dengan lingkungan sekitarnya dan mulai bergerak memberdayakan masyarakat. Salah satunya, Beddu Hafidz di Lampung Selatan yang peduli dengan pendidikan anak-anak.
Anak-anak muda yang peduli dan bergerak bermunculan. Masa-masa bersekolah maupun berkuliah tak melulu diisi dengan urusan belajar dan berorganisasi secara formal. Sejumlah anak muda menaruh perhatian untuk ambil bagian memberikan aksi nyata sesuai panggilan hati membantu anak-anak desa bergerak maju. Salah satunya, Beddu Hafidz (22) dari Lampung Selatan yang bergerak untuk pemberdayaan masyarakat desa.
Beddu, mahasiswa semester 7 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Bandar Lampung, memulai gerakan sosialnya untuk membantu pendidikan anak-anak nelayan di desa tempat tinggalnya, di Desa Tarahan, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
Beddu mendirikan komunitas yang bergerak untuk mendukung literasi anak-anak lewat Taman Bacaan BStarEdu. Lalu, kegiatannya diperluas untuk menyadarkan masyarakat agar mencintai laut sehingga komunitasnya kini berubah menjadi Sahabat Laut Indonesia.
Saat masih duduk di bangku SMA di tahun 2016, Beddu sudah mulai membuka lapak buku di teras rumahnya di Dusun Surung Batang, menyediakan buku bacaan anak miliknya. Beddu yang kutu buku ingin anak-anak di sekitar tempat tinggalnya punya kebiasaan membaca buku sehingga termotivasi untuk meraih pendidikan yang tinggi.
Inspirasi memulai gerakan pemberdayaan anak-anak desa muncul ketika Beddu terpilih jadi salah satu siswa dari perwakilan Pramuka Saka Bahari untuk ikut di acara nasional Pelayaran Lingkar Nusantara (Pelantara) V Sail Tomini pada 2015. Saat itu, Beddu berkesempatan melihat perbatasan Indonesia-Malaysia dari Pulau Sebatik, Kalimantan Utara. Anak-anak muda dari seluruh Indonesia berlayar dan melakukan kegiatan sosial bagi masyarakat di daerah perbatasan, salah satunya mengajar di sekolah.
”Saya melihat keadaan pendidikan di perbatasan Indonesia yang sulit dan rendah. Saya melihat di kampung saya juga begitu. Sepulang dari kegiatan Pelantara itu, saya dan teman Pramuka yang bernama Icih mau membantu pendidikan di kampung dengan menyediakan buku bacaan,” ujar Bedu yang dihubungi dari Lampung Selatan, Senin (15/2/2021).
Meskipun hidup sebagai anak peisisir, Beddu punya mimpi untuk bisa berkuliah. Untuk itu, dia rajin mencari informasi di media sosial berbagai kegiatan nasional yang bisa diikutinya supaya bisa mendapat beasiswa. Perjuangan Beddu tak sia-sia, dia menjadi satu-satunya anak nelayan di kampungnya yang bisa kuliah. Meskipun kuliah di perguruan tinggi swasta, Beddu bisa mendapat beasiswa Bidikmisi karena prestasinya meraih prestasi di tingkat nasional.
Kesempatan berkuliah dengan beasiswa dari pemerintah justru memacu Beddu untuk lebih menggiatkan kegiatan TBM BstarEdu. Tiap akhir pekan, Beddu melaju dari kota kembali ke kampung nelayan. Anak-anak menanti untuk diajar Kak Beddu, dari mendongeng, belajar bahasa Inggris, hingga membaca, menulis, dan berhitung.
”Uang beasiswa Bidikmisi dan dari lomba aku sisihkan untut menambah koleksi buku. Kegiatan yang tadinya di teras rumah berhasil dipindahkan ke bangunan panggung di depan rumah. Sekarang sudah ada bangunan perpustakaan. Aku belum bisa memberikan apa-apa ke kampung halamanku, ya dengan membuat perpustakaan kecil atau TBM, aku ingin mengajak masyarakat, terutama anak-anak, untuk maju,” ujar Beddu.
Ada sekitar 300 anak yang rutin datang ke perpustakaan yang digagas Beddu. Selain anak dari Dusun Surung Batang, juga menjangkau Dusun Gubuk Garam, Sinarlaut, Sukabanjar, Pulau tegal dan Pulau Pahawang. Banyak sukarelawan mahasiswa dari perguruan tinggi lain yang kemudian membantu Beddu memberikan pendidikan dan donasi buku bagi anak-anak pesisir.
Kiprah Beddu di kampung halamannya mulai dirasakan masyarakat saat Beddu mewakili Provinsi Lampung menjadi peserta Indonesia Youth Marine Debris Summit (IYDMS) 2019 di Jakarta. Saat ikut workshop Divers Clean Action yang menggagas program IYMDS bagi anak muda Indonesia peduli lingkungan, utamanya laut, Beddu terbuka wawasannya. Dia tinggal di perkampungan nelayan, jarak pantai berkisar 20 meter dari rumahnya, tetapi selama ini tak menyadari masalah laut.
Dari workshop, Beddu mulai mengamati bahwa para nelayan dan masyarakat pesisir di kampungnya masih membuang sampah ke laut. Penangkapan ikan oleh nelayan ada yang menggunakan bom.
”Aku suka diving dan snorkeling. Aku menyaksikan terumbu karang di laut mulai rusak. Setelah aku belajar banyak dari ajang IYMDS di Jakarta, aku memadukan kecintaanku pada dunia pendidikan dengan kepedulian pada laut. Lalu di 2019 aku ubah nama komunitasku jadi Sahabat Laut Indonesia,” ujar Beddu.
Beddu pun mulai berani untuk mengajak diskusi kepada desa untuk menyediakan tempat pembuangan sampah di berapa titik. Lalu, Beddu melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) di desa untuk mengadakan jalan sehat dan sosialisasi pengelolaan sampah rumah tangga.
”Anak-anak yang suka belajar di perpustakaan, kami ajak juga untuk ikut aksi bersih pantai atau clean up. Sudah mulai mengajak anak-anak pesisir untuk mencintai laut,” ujar Beddu.
Terus bergiat di desa, namun tetap mengikuti berbagai kegiatan anak muda di tingkat nasional dan regional, membuat Beddu semakin peka dalam melihat masalah di sekitarnya. Ia melihat perempuan nelayan di desanya tak terlindungi. Para perempuan ini sering bertugas untuk mengantarkan hasil tangakpan ikan para suami ke tempat pelelangan ikan dengan naik sepeda motor. Beban berat di sepeda motor bisa berisko mencelakai perempuan nelayan saat berkendaraan di jalan raya.
Akhirnya, Beddu memberikan masukan untuk memberikan perlindungan bagi para nelayan perempuan. Dia terinspirasi melihat ibunya yang nelayan rumput laut. Hasilnya, Sahabat Laut Indonesia digandeng Dinas Kelautan dan Perikana setempat untuk memberikan asuransi bagi para perempuan nelayan. Mereka diberi kartu keanggotan perempuan nelayan dan asuransi. Sebanyak 35 perempuan nelayan yang berhasil dibantu Beddu untuk mendapat asurasi perlindungan gratis dari pemerintah.
”Saya suka berbagi dengan masyarakat. Saya ingin berbuat dengan apa yang saya punya saat ini. Sambil terus memperjuangkan mimpi saya untuk kuliah S-2 di luar negeri. Saya mau anak-anak nelayan juga maju dalam pendidikan,” kata Beddu yang timnya Cahya Bagan Laut, kolaborasi anak muda Asia Tenggara, menang di ajang boot camp online oleh Bluepreneur Accelerator.
Generasi zilenial peduli
Kepedulian anak muda pada masalah pendidikan sering kali muncul karena kenyataan yang mereka jumpai. Beddu di usia muda memilih untuk melakukan aksi nyata dalam bidang pendidikan. Dia merasa terpanggil membuat terobosan yang dapat membuat anak-anak di mana pun, termasuk di desa, dapat menikmati pendidikan dengan cara yang menyenangkan dan bermanfaat bagi masa depan mereka.
Beddu menyaksikan ketimpangan pendidikan bagi anak-anak di perbatasan Indonesia, yang terbatas infrastruktur dan gurunya. Begitu pula, anak-anak di daerah pesisir, yang jadi kampung halaman Beddu, tak menikmati pendidikan yang membuat mereka punya kesempatan untuk berkembang dan meraih pendidikan tinggi.
Munculnya keresahan Beddu terhadap kondisi pendidikan ini tak membuat dirinya berkecil hati. Dengan kemampuan yang dimilikinya, dia bergerak sendiri supaya bisa mengurai sedikit benang kusut dunia pendidikan yang bersentuhan dengan diri anak-anak. Keyakinan harus berbuat meskipun dari aksi kecil, membuat Beddu berani melangkah, membentuk komunitas untuk memajukan pendidikan.
Untuk berbuat bagi masyarakat sekitarnya, Beddu pun harus mengalami pengalaman tak mengenakkan. Dia tak bisa meninggalkan kegiatan sosial di kampung halamannya. Bedu pun harus mengulang kuliahnya. Bahkan, dia sampai mengelami depresi karena kegiatan sosialnya dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
Dia juga sedih karena Juni 2020 ayahnya meninggal dunia karena sakit. Beruntung, ibunya selalu mendukung dan menguatkan. Meskipun lebih lama lulus dan beasiswa Bidikmisi akan dicabut, Beddu tetap mencoba semangat.
Beddu menjadi potret anak muda Indonesia yang kini juga mulai peduli pada masalah yang ada di sekitar. Ada kelompok anak muda yang peduli, namun diam. Adapula anak muda yang peduli dan bergerak.
Praktisi Komunitas dan Kepemudaan dari London School of Public Relations, Taufan Teguh Akbari, mengatakan, paparan pada internet dan media sosial banyak memengaruhi anak-anak yang ada di bangku sekolah dan kuliah untuk memaksimalkan peran mereka sebagai anak muda yang bermanfaat.
”Semakin banyak sinyal baik dari generasi zilenial yang sekarang ada di sekolah untuk masuk dalam komunitas dan bisnis, atau tidak melakukan apa-apa,” kata Taufan.
Taufan mengatakan, generasi zilenial, yang lahir pada 1995-2010), memiliki ketertarikan dalam lima bidang, yakni pendidikan, lingkungan, kesehatan, kewirausahaan, dan teknologi digital.
Jumlah anak muda yang turun langsung untuk berbuat kebaikan ke depan akan semakin banyak karena biasanya mereka mulai dari yang mudah dengan online, jika sudah berkembang melakukan secara offline. Masa pandemi Covid-19 ini juga membuat banyak anak muda berpikir ulang makna hidup dan menjalani hidup.
Baca juga : Mengajak Anak Muda Peduli Lingkungan Hidup Lewat Tiktok
Taufan, yang juga Pendiri Komunitas Rumah Millennials untuk menjaring kolaborasi komunitas di seluruh Indonesia, berharap tren anak muda yang bergerak dalam narasi kebaikan lewat komunitas tidak sekadar ikut-ikutan. Mereka diharapkan bergerak karena peduli pada masalah yang dilihat di sekitar untuk mem buatnya jadi lebih baik.
”Dengan adanya keterampilan dan kompetensi anak muda dalam kompetensi dan gagasan, mereka bisa jadi teladan. Anak muda bisa menghadirkan sosok yang jadi panutan dari kalangan anak muda,” kata Taufan.
Taufan mengatakan, potensi generasi zilenial yang bagus ini harus ditangkap pemerintah. Dengan demikian, demografi pemuda yang besar tidak numpang lewat. Perlu kebijakan pemerintah yang mendukung kebangkitan anak muda yang punya kualitas dengan menghadirkan banyak program yang memfasilitasi mereka untuk berkembang menjadi sosok anak muda yang memiliki kepemimpinan dan kepedulian.
Beddu Hafidz
Lahir : Teluk Betung, 16 November 1998
Pendidikan
- SMA PGRI Katibung (2917)
- Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Bandar Lampung
Pendiri Sahabat Laut Indonesia
Pengahragaan, antara lain :
- Juara 1 Pidato Bahasa Inggris di ajang Regional PGRI (2014)
- Pesera Terbaik di PELANTARA V Sail Tomini 2015
- Delegasi Indonesia Youth Marine Debris Summit 2019
- Juara 1 Bluepreneur Accelerator Boot Camp Asia Tenggara (group) 2020
- Juara Favorit Agrimar 4.0 oleh Partai Nasdem di Jakarta