Tahun baru Imlek dirayakan secara sederhana tahun ini. Angpau pun bisa ditransfer melalui bank atau ”e-wallet”.
Oleh
Putu Fajar Arcana/Joice Tauris Santi/Osa Triyatna
·5 menit baca
Ucapan ”Gong Xi Fa Cai” tak terpisahkan dari ”Hong Bao Na Lai”. Dua kalimat ini selalu diucapkan oleh mereka yang lebih muda kepada yang lebih tua pada saat perayaan Tahun Baru Imlek ketika saling mengunjungi. Apa daya saat pandemi Covid-19, ucapan untuk saling mendoakan memperoleh kebahagiaan itu terpaksa dilakukan lewat perangkat digital. Bahkan, angpau pun diberikan melalui transfer bank.
Pada perayaan Imlek 2021 untuk menyambut tahun 2572 yang jatuh pada 12 Februari 2021, acara berkumpul di rumah keluarga tertua ditiadakan. Selain itu, pemberian angpau, berupa amplop merah berisi uang, juga tidak mungkin dilakukan.
”Ngucapin ’Gong Xi Fa Cai’, ’Hong Bao Na Lai’, bikin kangen. Kita saling mendoakan agar memperoleh kebagiaan. Bagiku kebahagiaan itu ada di bungkus merah,” kata Wendi Marchgareta, mahasiswi Politeknik Pos Indonesia Bandung, Selasa (9/2/2021). Wendi akan merayakan Imlek 2021 di kamar indekosan di kawasan Sukajadi Bandung karena ia harus melakukan bimbingan skripsi.
”Padahal kangen pulang kampung, terutama ngumpulin angpaunya,” kata Wendi yang asal Bali itu.
Sebenarnya, kalimat ”Gong Xi Fa Cai, Hong Bao Na Lai”, artinya ”Selamat Tahun Baru, beri saya amplop berwarna merah”. Menurut penyair Tan Lioe Ie, ucapan selamat tahun baru dibarengi dengan pertanyaan mana amplop merah itu tak serta-merta berarti soal uang. Amplop merah pertanda kantong keberuntungan dan kebahagiaan. ”Baru saja saya dikirimi amplop merah, tapi kosong,” kata Tan.
Ketika pandemi Covid-19 masih menjadi hantu di semua negara, Christoper Arelino Shilo, mahasiswa Jurusan International Business Ishou University Kaoshiung, Taiwan, memandang Imlek menjadi hampa. Sudah dipastikan takkan ada kumpul-kumpul keluarga. ”Paling lewat, katanya angpau akan dititip kepada kepala keluarga masing-masing,” kata Christopher, Sabtu (6/2/2021), dari Taiwan.
Vanessa Kristina, mahasiswi Jurusan Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, mengatakan belum ada kepastian soal kumpul keluarga. Bisa jadi, belum tentu juga ada bagi-bagi angpau. ”Enggak apa juga, sih, daripada risiko. Mendingan angpau melayang daripada nyawa melayang,” katanya.
Angpau, bagi Vanessa, tidak sekadar uang, tetapi rezeki bagi anak muda yang belum bisa cari duit sendiri.
”Tahun ini sepertinya tidak ada kumpul-kumpul merayakan Imlek di keluarga. Situasi sedang pandemi. Apalagi kalau kumpul bersama orang yang sudah tua, jadi lebih berisiko,” ujar Michelle (20), warga Tangerang Selatan. Keluarga besarnya belum menentukan akan bagaimana dalam merayakan Imlek tahun ini. Bisa jadi, mereka akan bertemu secara daring saja pada Imlek kali ini.
Tidak terlalu heboh mempersiapkan Imlek seperti tahun sebelumnya juga dialami Ratna Susanti (48), warga Bekasi. Apalagi, satu bulan sebelum Imlek, ayahnya meninggal dunia. Dalam suasana masih berduka, juga menjaga situasi yang belum normal karena pandemi ini, Ratna memilih hanya akan merayakan Imlek bersama ibunya yang tinggal tidak jauh dari rumahnya. ”Hanya sama Mami saja sepertinya,” kata Ratna.
Edy Prabowo (35), yang tinggal di kawasan Jakarta Barat, sedang membuat bakso ketika dihubungi. ”Saya tidak mau ambil risiko, habis makan besar, lalu keesokan harinya harus kos di ICU,” kata Edy dengan getir.
Dia juga sudah siap dengan mentransfer uang angpau kepada keponakan-keponakannya. Selain itu, hantaran makanan untuk kerabatnya pun sudah disiapkan, termasuk bakso yang sedang dia pulungi. ”Tapi saya tidak tahu, apakah mertua saya bisa mentransfer juga angpau ke cucu-cucunya,” kata Edy sambil tertawa.
Selin Nichelle Iiene (15) yang tinggal di Batam pun demikian. Biasanya setiap perayaan Imlek mereka berkumpul di rumah kakek neneknya di pinggiran Kota Batam, tetapi tidak untuk tahun ini. ”Tidak ada kumpul-kumpul. Hanya di rumah saja,” kata Selin.
Angpau melayang, dong? Dengan mantap Selin berkata, ”Angpau untuk aku bisa ditransfer ke rekening mamiku,” ujarnya sambil tersenyum lebar.
Rupanya, pemberian angpau dengan cara mentransfer ini rupanya sudah diwacanakan Selin kepada kerabatnya yang biasa memberikan angpau Imlek. Soal angpau, Michelle pun tertawa. ”Sekarang kan bisa transfer, bisa juga dikirim ke e-wallet,” katanya sembari menyebutkan beberapa e-wallet yang sangat mudah memfasilitasi lalu lintas uang dengan sangat mudah.
Arti angpau
Merayakan Imlek di China sudah beberapa kali dialami oleh Novi Basuki (28). Lulusan Pondok Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo, ini sudah 10 tahun menuntut ilmu di China. Saat ini, Novi sedang menyelesaikan kuliah doktoralnya di Universitas Sun Yatsen, Guangzhou.
”Kalau masa Imlek, sepi sekali di kota. Guangzhou adalah kota imigran, ditinggalkan penduduknya untuk mudik Imlek, mereka menyebutnya chun yun,” ujar Novi.
Rangkaian perayaan Imlek akan berakhir dua pekan setelah Imlek. Di Indonesia dikenal dengan perayaan Cap Gomeh. Ketika Cap Gomeh, barulah perayaan Imlek menjadi perayaan publik. Orang keluar rumah, melihat iring-iringan barongsai, liong, dan lampion atau tetabuhan lainnya.
Menurut Tan Lioe Ie, amplop merah memiliki konteks legenda pada masa Dinasti Han. Pada masa pergantian tahun anak-anak sering ketakutan karena hendak dimangsa monster bernama Sui. Agar anak-anak tak jadi dimangsa, para orangtua membekali mereka uang logam berwarna merah. Saat tidur, uang ditaruh di samping bantal agar Sui takut karena silau oleh cahaya. Sejak itulah warna merah berarti warna keberuntungan dan kebahagiaan.
”Jadi, angpau itu sesungguhnya tanda keberuntungan karena tidak dimangsa oleh Sui,” kata Tan. Pada konteks modern seperti saat ini, angpau lebih dilihat sebagai sarana untuk berbagi, terutama oleh mereka yang sudah berpenghasilan kepada yang belum.
”Tetapi, bisa juga anak-anak kepada orangtua mereka,” ujar Tan. Pada masa pandemi, tambahnya, karena kumpul keluarga tidak dimungkinkan, anak-anak yang sudah menikah akan mentransfer sejumlah uang kepada orangtua.
Novi juga mengatakan, di negeri China, kebiasaan mentransfer angpau sudah lama dilakukan. Kini bahkan banyak yang melakukan transfer melalui perangkat media sosial, seperti Wechat dan Alipay. ”Itu sudah banyak dilakukan,” katanya.
Meski begitu, perayaan Imlek terasa kurang afdal tanpa kumpul-kumpul, makan bersama, bertukar cerita, lalu saling mengucapkan, ”Gong Xi Fa Cai, Hong Bao Na Lai…” Selamat tahun baru Imlek 2572, mana amplop merahnya? Apa boleh buat, mari tunggu sampai pandemi berlalu….