Setahun lebih tak menyapa penggemarnya dari panggung, band Seringai meluncurkan video musik animasi untuk lagu ”Ishtarkult”. Kuartet ini berusaha memaksimalkan potensi dari setiap karya cipta.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·5 menit baca
Tak banyak band metal yang membuat video musik berbasis animasi. Band Seringai adalah satu dari sedikit itu melalui lagu ”Ishtarkult”, singel ketiga dari album mereka, Seperti Api. Klip itu menambah katalog video musik mereka yang sering kali digarap serius.
Pertunjukan Seringai biasanya tak melulu soal aksi panggung keempat personelnya. Produksi suara mereka nyaris tak pernah mengecewakan, baik di pentas tanpa panggung gaya bar maupun di pentas besar gaya festival. Selain itu, mereka selalu memutarkan rangkaian video sebagai latar panggung mereka.
Citra visual digarap sama seriusnya dengan produksi suara. Sampul seluruh album mereka, mulai dari mini album High Octane Rock (2004), Serigala Militia (2007), Taring (2012), hingga yang terakhir, Seperti Api (2018), menyuguhkan gambar menarik. Produk turunannya (merchandise) pun dirancang sedemikian rupa.
Kecenderungan itu masih dilanjutkan ke urusan klip video. Pada 2006, studio Tromarama membuatkan video untuk singel ”Serigala Militia”. Videonya istimewa. Lagu berdurasi 4 menit 22 detik itu dibuat dengan teknik stop motion dari media cukilan kayu lapis (plywood).
Belakangan, video musik mereka makin serius. Video lagu ”Selamanya” dan ”Adrenalin Merusuh” keluaran 2018 serunya bukan main—berasa seperti film pendek. Apalagi, video ”Adrenalin Merusuh” yang bernuansa aksi dan balutan komedi itu terbilang mewah. Betapa tidak, aktor kelas Hollywood, Iko Uwais, beraksi di dalamnya. Ceritanya, bintang laga jago silat itu ”ngamuk-ngamuk” di pesta rumahan yang digelar Seringai.
”Habis bikin klip ’Adrenalin’ itu, Seringai bangkrut,” seloroh vokalis Arian 13 dalam konferensi pers virtual pada Rabu (3/2/2021). Namun, mereka sepakat harus ada videoklip berikutnya, dan lagu yang diidam-idamkan adalah ”Ishtarkult” yang bertempo sedang namun berdistorsi tebal.
”Lagu itu dibikin ketika kami sama-sama dengar musik metal mid-tempo seperti Electric Wizard dan langsung kepikiran menambahkan suara vokal perempuan. Di album sebelumnya juga sudah pernah ada yang seperti ini, tapi ’Ishtarkult’ berbeda; ada lead guitar dan terkesan adventurous,” kata gitaris Ricky Siahaan.
Pilihan pada lagu itu sudah direncanakan. Menurut pemain bas Sammy Bramantyo, lagu berdurasi lima menit itu punya ”nilai jual” walau lagunya keluar dua tahun lalu. Selain bertempo beda dari lagu-lagu lain di album, ”Ishtarkult” juga diisi vokal biduan Danilla Riyadi, berduet dengan Arian. Iya, Arian bernyanyi melodius. Lagu itu diputar sebanyak 1,2 juta kali di pelantar Spotify saja.
”Lagu ini harus ’diservis’ lebih. Niatnya sudah ada, cuma waktu itu ada prioritas lain. Kalau dilihat dari perilisan albumnya memang terlambat. Tapi, karena keluarnya di masa pandemi seperti ini, Seringai jadi menghampiri penggemarnya ke rumah, bukan lewat konser virtual, tapi videoklip,” kata Sammy.
Selama pandemi Covid-19, Seringai tak pernah naik panggung dan belum mau mengambil order konser virtual. Pentas terakhir mereka terjadi pada 19 Desember 2019. Selama rehat manggung itu, mereka membuat konten blog video dan telah rampung menyiarkan 25 episode podcast. Terhitung sejak Kamis (4/2/2021), videoklip ini menambah satu lagi produk mereka. Videonya bakal tayang mulai pukul 19.00 di kanal Youtube mereka.
Kerja cepat
Klip ”Ishtarkult” berbentuk animasi seluruhnya. Tak ada satu pun adegan ngeband di dalamnya. Mereka justru menyuguhkan cerita berbalut mitologi Babilonia, sesuai lirik yang ditulis Arian, berbumbu fiksi ilmiah. Ceritanya, seorang pemimpin sekte Sumeria dan para pemujanya bertemu Dewi Ishtar. Menurut Arian, Ishtar merupakan perwujudan dewi kesuburan, cinta, perang, dan seksualitas.
Dalam video, kata Arian, yang menonjol adalah kesan perangnya. ”Gue waktu itu bilang ke Danilla kalau lagunya tentang ’proses bertemunya putik dan benang sari’, he-he-he,” ujarnya. Sejak lagu itu tercipta, dia memang membayangkan videonya berbentuk animasi.
Arian lantas bertemu dengan Afterlab, studio animasi yang pernah membuat video animasi Si Kancil. Afterlab belakangan berafiliasi dengan Visinema, rumah produksi film yang dijalankan sutradara Angga Sasongko.
”Setelah bikin beberapa videoklip, lalu terpikir mau bikin seperti apa lagi. Animasi ini jadi perkembangan natural saja. Ini jadinya malah mendekati film pendek karena durasinya lima menit lebih,” kata drumer Edy ”Khemod” Susanto, yang menyutradarai klip ”Adrenalin Merusuh”. Khemod punya rumah produksi Cerahati.
Setelah tercapai kesepakatan, Arian dan Edy terlibat dalam bangunan cerita video bersama tim dari Afterlab. Pengerjaannya dimulai sejak September 2020 dan memakan waktu sekitar empat bulan. Rentang waktu itu terbilang cepat.
”Untuk bikin video animasi Si Kancil durasi satu menit saja, waktunya bisa sampai enam bulan. Ini bisa cepat karena menyesuaikan dengan gaya dan banyak orang yang terlibat. Animatornya ada 20 orang dan yang mengerjakan 30 orang dengan spesifikasinya masing-masing. Untung saja tim Seringai dan Jagermeister memahami kalau animasi itu kompleks,” kata Mochammad Reza Permana, pendiri dan CEO Afterlab.
Reza bersemangat mengerjakan proyek ini. Dia mengaku sebagai penggemar Seringai dan doyan minum Jagermeister, produk yang ikutan membiayai video ini. Lewat video ini, Reza hendak menyampaikan pesan bahwa animasi tak melulu untuk konsumsi anak-anak.
”Alasan kenapa gue mau kerjain ini cukup personal. Dari sini, kami juga membuktikan animasi tidak terbatas jadi hiburan anak kecil saja. Animasi adalah sarana untuk mencapai hal-hal yang tidak mungkin dicapai lewat live action,” kata Reza.
Seringai pun tak membatasi karya ini untuk berhenti sebagai produk video belaka. Mereka membikin kaus dari video ini. Manajer band, Wendi Putranto, bilang, kaus seri ini sudah dipesan lebih dari 900 lembar oleh para pedagang (reseller). Penjualan eceran dibuka setelah video resmi tayang. Untuk itu, mereka telah memesan 1.000 kaus lagi demi menyenangkan penggemar-penggemarnya. Selamat!