Saat ini, banyak komunitas muda yang peduli pada pendidikan seksual remaja. Mereka membuat konten-konten kreatif yang edukatif di media sosial.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE
·6 menit baca
Perkembangan teknologi dan informasi tidak menjamin remaja mendapatkan pengetahuan yang benar terkait hak kesehatan seksual dan reproduksi. Untuk memenuhi kebutuhan remaja, beberapa komunitas dan lembaga membagikan pengetahuan seksualitas melalui konten-konten menarik serta kekinian di media sosial dan kelas daring yang interaktif.
Sekelompok anak muda, terdiri dari Alvin Theodorus, Neira Ardaneshwari Budiono, Adelina Kumala, dan Patricia Agatha, misalnya, membuat akun Instagram Tabu.id sebagai sumber informasi terkait isu hak kesehatan seksual dan reproduksi (HKSR) remaja, topik penting yang masih sering dianggap tabu untuk dibicarakan. Informasi yang dibagikan dibuat berdasarkan ilmu pengetahuan dan dirancang sedemikan rupa sehingga kekinian dan mudah dipahami.
Komunitas yang berdiri pada Februari 2018 ini secara aktif membagikan pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi melalui Instagram, Facebook, dan Youtube. Sekitar dua tahun berdiri, akun Instagram Tabu.id sudah diikuti oleh lebih dari 100.000 akun. Mereka yang mengikuti akun ini tidak hanya remaja, tetapi juga guru dan orangtua yang ingin mengetahui perkembangan kesehatan remaja.
Creative Content Writer Tabu.id Regina Manjali mengatakan, ide mendirikan Tabu.id muncul karena selama ini remaja kesulitan mencari informasi yang benar terkait isu HKSR. ”Jangankan yang di daerah-daerah, remaja yang tinggal di kota besar saja sering kebingungan bagaimana mencari informasi,” kata Regina, di Jakarta, Kamis (7/1/2020).
Selain itu, menurut Regina, pembahasan terkait seksualitas juga masih dianggap tabu dan diliputi mitos. Hal ini membuat diskusi mengenai kesehatan seksualitas jarang dibicarakan. ”Melalui Tabu.id kami ingin membantu remaja agar mudah mengakses informasi dan membentuk supporting system, tempat remaja memahami perkembangan dirinya,” katanya.
Untuk mengisi konten media sosial, anggota Tabu.id terbagi menjadi dua kelompok. Beberapa orang fokus melakukan riset dan menulis konten, sementara sebagian lainnya mendesain konten agar menarik dipublikasikan di media sosial. Anggota Tabu.id juga rutin rapat untuk menentukan topik-topik yang menarik dibahas. Topik yang dibagikan seperti tentang selaput dara dan mitos keperawanan, pentingnya penggunaan kontrasepsi, serta siklus respons seksual.
Konten yang dibuat tidak hanya berkaitan dengan pengetahuan kesehatan, tetapi juga tips untuk remaja. Untuk memperingati Hari Anti-Kekerasan Terhadap Perempuan, misalnya, Tabu.id membuat konten yang berisi cara mencegah penyebaran konten non-konsensual. Ada pula tips memilih pakaian dalam yang nyaman atu tips menghadapi revenge porn atau penyebaran konten seksual milik pribadi ke internet yang dilakukan tanpa persetujuan korban.
Regina menjelaskan, konten media sosial dibuat berdasarkan ilmu pengetahuan dari sumber-sumber tepercaya, seperti jurnal ilmiah serta wawancara dengan ahli-ahli kesehatan dan psikologi. Dengan cara ini, ia ingin mengajak remaja untuk memahami tentang kesehatan dan pertumbuhan dirinya berdasarkan ilmu pengetahuan yang benar dan tidak terjebak mitos.
Tantangan utama mengelola Tabu.id adalah kesibukan anggota yang sebagian besar merupakan pekerja muda. Oleh karena itu, anggota Tabu.id harus membagi waktu antara membuat konten dan menjalani pekerjaan utama. sosial Tantangan lainnya adalah perubahan teknologi yang cepat membuat kami harus terus berpikir bagaimana bisa menyajikan informasi dengan cara-cara yang berbeda dan tetap menarik,” katanya.
Kelas daring
Perkembangan dunia digital juga dimanfaatkan oleh layanan kesehatan ramah remaja UNALA dan Yayasan Kampung Halaman untuk mendekatkan remaja dengan informasi tentang kesehatan remaja langsung dari ahlinya. Selama pandemi, lembaga ini menyelenggarakan kelas daring terkait seksualitas dengan pembicara ahli di bidang kesehatan dan psikologi.
Selama enam pekan berturut-turut, Yayasan Kampung Halaman membuat kelas daring sebaya dengan berbagai topik pembahasan. Kampung Halaman merupakan tempat untuk remaja dan anak muda belajar memahami potensi dan persoalan di lingkungan tempat mereka tinggal.
Pada salah satu kelas, Yayasan Kampung Halaman mengulas topik psikologi remaja, pubertas, dampak kehamilan remaja, relasi, dan konsen. Kelas ini dibuat untuk mengajak remaja berpikir lebih kritis dalam merencanakan masa depannya.
Kelas diselenggarakan secara interaktif untuk remaja yang tinggal di Ponorogo, Klaten, dan Yogyakarta. Selain menghadirkan pembicara kompeten, remaja juga diajak menonton film Pindah Planet karya Agung Sentausa. Film ini bercerita tentang dua sahabat, yaitu Mirta (15) dan Tia (15), yang sedang memasuki dunia pubertas. Mirta menghadapi situasi menstruasi pertama. Sementara Tia menghadapi ancaman pacarnya di dunia digital.
Founder dan Board Advisor Yayasan Kampung Halaman Dian Herdiany mengatakan, kelas online untuk remaja ini dibuat guna merespons tantangan riil yang dihadapi generasi muda, termasuk kekerasan dan pelecehan seksual, pernikahan anak, serta kehamilan tidak diinginkan. ”Melalui kelas ini kami ingin meningkatkan pengetahuan remaja serta mendorong mereka mempunyai sikap empati, asertif, dan peduli kepada teman sebaya,” kata Dian.
Dian menjelaskan, masih banyak di atara remaja mempunyai stigma kepada teman sebaya jika ada yang mengalami kehamilan tidak diinginkan. Melalui kelas teman sebaya, dijelaskan bahwa kehamilan remaja itu bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan atau paksaan. ”Harapan kami, remaja mengerti dan juga tidak mudah memberikan label kepada teman sebaya yang mengalami kehamilan tidak diinginkan,” kata Dian.
Dian mengatakan, ancaman yang dihadapi remaja di tengah perkembangan teknologi dan informasi semakin besar. Remaja kini banyak yang menjadi korban kekerasan dan pelecehan secara daring. Korban pelecehan seksual secara daring bahkan banyak yang masih berusia di bawah 15 tahun. Oleh karena itu, penting membekali remaja dengan pengetahuan dan keterampilan yang membantu mereka berkembang sesuai dengan potensi diri.
Kelas daring yang membahas isu kesehatan seksual dan reproduksi remaja juga dianggap penting oleh layanan kesehatan ramah remaja, UNALA. Layanan ini bekerja sama dengan sejumlah sekolah dan komunitas untuk menyelenggarakan kelas daring.
Beberapa topik yang pernah dibahas UNALA dalam diskusi virtual adalah sunat perempuan dan kesehatan reproduksi, mood swing ketika menstruasi, dan partisipasi perempuan dalam kebijakan. Melalui akun media sosial, UNALA juga membagikan informasi terkait HIV/AIDS, penyakit menular seksual, dan kekerasan berbasis jender online.
Program Manager UNALA Henri Puteranto mengatakan, sebelum pandemi Covid-19, layanan kesehatan ramah remaja UNALA banyak dilakukan secara tatap muka, seperti layanan dokter dan psikolog. UNALA juga sering membuat diskusi di sekolah-sekolah. Namun, selama pandemi, kegiatan bergeser di ruang digital. Konsultasi dengan dokter yang biasanya tatap muka juga bergeser secara daring.
Henri menjelaskan, pemenuhan kebutuhan remaja, termasuk hak kesehatan seksualitas dan reproduksi, sangat penting karena remaja sangat berperan untuk masa depan suatu bangsa. ”Pemenuhan hak seksualitas remaja penting untuk membantu remaja memahami perkembangan dirinya dan mentransformasi mereka mengambil keputusan-keputusan yang terbaik untuk hidupnya,” kata Henri.
Ragil Putri (25) mengatakan, pengetahuan kesehatan seksualitas yang dibagikan melalui media sosial sangat penting karena pengetahuan remaja mengenai seksualitas dan organ reproduksi masih memprihatinkan. ”Ditambah lagi isu kesehatan seksualitas dianggap tabu. Remaja yang mau belajar juga sering dianggap ’anak nakal’,” kata karyawan swasta ini.
Ragil mengatakan, dengan membagikan pengetahuan melalui media sosial ini akan membuat masyarakat lebih terbiasa berhadapan dengan isu seksualitas. ”Dengan nada pengetahuan, kehidupan remaja bisa lebih baik,” katanya.