Stevia dan Bisnis ala Anak SMA Karangturi
Saat remaja, orang pada umumnya memikirkan yang ”hepi-hepi” saja. Namun, beda dengan Stevia Anlena Putri, siswa SMA Karangturi, Semarang. Di usia remaja, ia justru memikirkan konsep bisnis dan mengeksekusinya.
Ide-ide bisnis tidak hanya dapat diperoleh pada rapat-rapat serius dan melelahkan. Pada saat sedang santai di kafe mengusir kebosanan dan kegalauan, Stevia Anlena Putri dan teman-temannya malah mendapatkan ide bisnis yang berkembang hingga saat ini.
Stevia dan tujuh temannya dari SMA Karangturi, Semarang, tergabung dalam kelompok bisnis sekolah D’Eagle. Kelompok ini menang dalam program Youth Entrepreneurship Initiative (YEI) yang diselenggarakan oleh Prestasi Junior Indonesia (PJI) dan Citi Indonesia.
Program YEI merupakan program pendampingan untuk memupuk jiwa wirausaha yang berorientasi pada lingkungan para pelajar tingkat menengah atas.
”Pada awalnya, sekolah menyeleksi siapa saja yang akan ikut program ini. Setelah serangkaian tes dan wawancara, ada 20 siswa yang terpilih mengikuti program. Kegiatan dimulai pada Oktober 2019. Tetapi, ketika itu belum ada susunan siapa presiden perusahaan dan jabatan lainnya,” ucap Stevia yang menjadi Presiden D’Eagle School Company ketika Desember 2020.
Berbagai pelatihan mengenai membangun sebuah bisnis diberikan dalam program tersebut. Materi dibawakan oleh para mentor berpengalaman. Selain pelatihan, para peserta yang terdiri atas sekolah-sekolah di beberapa kota diberi tugas untuk menyusun rencana bisnis sekaligus mewujudkan rencana tersebut. Dari program YEI tahun 2020, tercipta 25 bisnis baru dari sejumlah sekolah, termasuk SMA Karangturi.
”Perjalanan bisnis kami tidak mudah. Kami mengusulkan beberapa proposal bisnis. Tetapi, menurut para mentor, proposal bisnis yang kami ajukan biasa-biasa saja,” cerita Stevia mengenang perjalanan kelompoknya.
Padahal, tenggat pengajuan dan realisasi bisnis pada akhir Februari 2020 sudah semakin dekat. Awalnya, mereka hendak membuat dompet, tas, sampai kipas dengan solar panel. Perdebatan demi perdebatan dilalui. Tidak juga ada kata sepakat bisnis apa yang akan mereka bentuk.
Stevia tetap memimpin kelompok tersebut. Hingga pada suatu hari, mereka akhirnya merasa lelah dan buntu. ”Lalu, saya mengajak teman-teman pergi ke kafe. Di sana kami hanya makan dan minum sembari bermain HP sendiri-sendiri. Melihat situasi tersebut, tiba-tiba terlintas ide saya untuk membuat boardgame yang bisa membuat orang berinteraksi lagi,” tutur Stevia.
Gayung bersambut. Teman-temannya menanggapi ide itu dengan positif. VP Produksi mengatakan, permainan di atas papan (boardgame) yang diusulkan dapat dibuat.
Rencana bisnis pun disusun lagi. Stevia memimpin teman-temannya untuk membuat boardgame. Ide besarnya adalah mempersatukan kembali anggota keluarga yang mungkin selama ini sempat ”terpisah” walaupun secara fisik dekat karena sibuk dengan gawai masing-masing.
Akhirnya, lahirlah produk Playit!, sebuah boardgame yang mirip dengan permainan ular tangga, tetapi pada setiap perhentian ada kartu yang harus diambil oleh para pemain. Boardgame ini dibuat dari kayu-kayu bekas yang sama sekali tidak dimanfaatkan,
Bahan baku diambil dari perajin kayu di daerah Semarang. Saat ini ada tiga perajin kayu yang teratur memasok bahan baku untuk dijadikan boardgame. ”Sebelum dimanfaatkan menjadi boardgame, kayu-kayu ini hanya dibakar saja, menyebabkan polusi,” kata Stevia. Selain mengurangi pembakaran dan pencemaran, produksi boardgame ini juga memberikan penghasilan tambahan untuk para perajin kayu.
Meyakinkan investor
Untuk mewujudkan produk tersebut, lanjut Stevia, semua anggota tim mengerjakan tugas masing-masing. Sekitar tiga pekan mereka mempersiapkan produk tersebut. Akhir Februari 2020, Stevia mempresentasikan produknya di sekolah.
Tidak hanya berjualan produk, mereka juga berupaya meyakinkan para investor sehingga saham perusahaan terbeli. Saham D’Eagle pada awalnya ditawarkan dengan harga Rp 20.000 per saham. Hasil penjualan saham digunakan untuk modal produksi.
Selain 20 anggota tim D’Eagle, ada 55 investor yang tertarik menanamkan dananya di D’Eagle sehingga terkumpul dana Rp 1,5 juta. Kerja bersama itu berbuah manis. Pesanan boardgame berdatangan dan D’Eagle menjadi juara program YEI di tingkat regional dan kemudian maju ke tingkat nasional.
Stevia kembali mengalami tantangan. Karena berbagai alasan, sejumlah anggota timnya meninggalkan D’Eagle. ”Ada yang karena sibuk, ada juga yang mendapatkan peringatan dari bagian HRD karena sering membolos dan tidak melakukan tugasnya,” kata Stevia. Dia tetap bertahan bersama 7 rekan lainnya.
Ketika pesanan semakin banyak, pandemi melanda. Siswa SMA Karangturi yang berasrama pun dipulangkan. ”Tetap ada hikmahnya, kelompok saya berasal dari sejumlah daerah. Ada yang dari Riau, juga sejumlah kota di Jawa. Mereka yang berasal dari luar Semarang ditugasi mengurus bagian penjualan, sementara teman-teman yang di Semarang bertanggung jawab di bidang produksi,” jelas Stevi yang terpilih menjadi The Best President Regional Semarang 2020.
Produk D’Eagle dijual melalui promosi mulut ke mulut para anggotanya. Selain itu, dijual juga secara daring, antara lain melalui akun Instagram D’Eagle, @deaglesc. Produk Stevia dan kawan-kawan laris manis. Pesanan berdatangan. Mereka pun membuat varian baru, yaitu permainan untuk anak berusia 4-12 tahun dan remaja.
”Untuk permainan remaja, merangsang daya kreativitas, berupa cerpen yang harus diisi rumpang-rumpangnya,” kata Stevia.
Awal tahun, mereka akan meluncurkan lagi varian baru, yaitu boardgame yang digabungkan dengan aplikasi di telepon genggam. ”Jadi, tetap ada interaksi dengan menggunakan aplikasi,” kata Stevia lagi.
Boardgame dijual dengan harga mulai dari Rp 100.000-an. Selama sekitar tujuh bulan beroperasi, omzet yang didapatkan mencapai Rp 28 juta dengan laba Rp 5 juta.
Seiring dengan peningkatan penjualan, harga saham D’Eagle pun terus naik. Dari harga awal Rp 20.000 per saham, saat ini harganya menjadi Rp 54.000.
Keberhasilan anak-anak SMA berbisnis ini membawa Stevia dan D’Eagle maju ke ajang selanjutnya, yaitu mewakili Indonesia ke JA Asia Pasific Company of the Year Competition akhir tahun depan.
Bertahan
Banyak kegiatan sekolah yang sudah diikuti Stevia Anlena Putri, pelajar kelas XI SMA Karangturi Semarang. Akan tetapi, kegiatan YEI menjadi kegiatan yang paling berkesan bagi dia. Lelah? ”Ya, kadang lelah. Tetapi, apa yang saya dapat pada kegiatan ini sungguh berarti,” katanya.
Stevia dan teman-temannya serta peserta dari beberapa sekolah di kawasan Jawa Tengah sempat mengikuti kegiatan YEI selama dua hari. ”Kami menginap dan mengikuti berbagai materi pelatihan, juga kegiatan di luar ruangan,” jelasnya.
Tahap selanjutnya adalah menata personel Student Company. Kemampuan Stevia memimpin teman-teman membuatnya terpilih menjadi presiden dari SC Karangturi.
Stevia mengakui, tidak mudah merintis bisnis baru, apalagi dilakukan oleh para remaja seperti dirinya. Buktinya, dari 20 orang yang ikut school company (SC), hanya 8 orang yang bertahan. Umumnya mereka tak sanggup mengikuti ritme kerja SC. Ada juga yang merasa terlalu sibuk dan khawatir pelajaran sekolah akan terganggu. Namun, Stevia tidak patah semangat. Ia tetap bertahan hingga sekarang.
Stevia Anlena Putri
Lahir: Yogyakarta, 5 Februari 2004
Sekolah: SMA Karangturi Semarang kelas XI
Jabatan: President D’Eagle Student Company
Prestasi:
- The Best Student Company Regional Semarang 2020
- The Best President Regional Semarang 2020
- The Best Student Company Nasional 2020
- The Best Financial Management Nasional 2020
- The Best Digital Marketing 2020