Industri Musik Tersungkur di 2020, (Coba) Bangkit di 2021
Sulit menyangkal bahwa tahun 2020 berjalan suram di berbagai segi kehidupan, termasuk di kancah musik yang semestinya jadi penghiburan. Pergantian tahun adalah momentum menapaki lagi rencana-rencana yang tertunda.
Sulit menyangkal bahwa tahun 2020 berjalan suram di berbagai segi kehidupan, termasuk di kancah musik yang semestinya jadi penghiburan. Pergantian tahun adalah momentum menapaki lagi rencana-rencana yang sebelumnya terpaksa pupus.
Tahun 2020 merupakan tahun bersejarah bagi band rock/metal Seringai. Untuk pertama kalinya sepanjang 18 tahun karier kuartet ini, mereka melewati satu tahun tanpa sekalipun pernah naik panggung. Pentas daring seperti yang banyak dilakukan musisi dan band lainnya tidak mereka ambil dengan alasan tertentu. 2020 adalah tahun dengan nol pentas bagi mereka.
Pandemi Covid-19 membatalkan setidaknya 16 jadwal pertunjukan ke sejumlah daerah. Padahal, sebelumnya, Seringai tergolong band dengan jadwal pentas yang padat, apalagi di akhir pekan. Mereka pernah menjalani 50-60 kali pertunjukan dalam setahun (Kompas, 6/12/2020).
”Ada, sih, tawaran main di konser virtual, terutama di bulan-bulan Juli-September. Namun, kami kurang sreg dengan konsep konser virtual. Gue pribadi ngerasa ini (konser virtual) di luar kodrat Seringai sebagai band metal yang sensasi utamanya main langsung di depan audiens,” kata gitaris Ricky Siahaan di Jakarta, Sabtu (2/1/2021).
Namun, kami kurang sreg dengan konsep konser virtual. Gue pribadi ngerasa ini (konser virtual) di luar kodrat Seringai sebagai band metal yang sensasi utamanya main langsung di depan audiens.
Keengganan main di hadapan kamera masih belum berubah bahkan ketika angka tahun sudah berganti. Mereka tidak menutup kemungkinan kalau kelak akhirnya mau manggung virtual. Tetapi sampai tulisan ini dibuat, rencana manggung online, apalagi offline belum dirancang.
Tanpa pentas, pendapatan band otomatis terjun bebas. Penghasilan tipis-tipis didapat dari penjualan merchandise yang juga menyokong penghidupan awak produksi band. Empat anggota Seringai juga punya pekerjaan masing-masing di luar band.
Alih-alih memikirkan pentas, Seringai memilih fokus menyusun materi baru. Tiga hingga empat bulan terakhir ketika pembatasan sosial melonggar, Ricky, Arian 13 (vokal), Edy Khemod (drum), dan Sammy Bramantyo (bas) rutin bertemu membicarakan lagu baru. Ricky bilang, setidaknya ada dua lagu baru yang hampir jadi tapi masih perlu diuji dengan memainkannya bareng-bareng. ”Lagu bagus belum tentu enak dibawakan bareng. Kami carinya yang enak itu,” ujarnya.
Proses menulis lagu ini juga menjadi catatan sejarah bagi band. Untuk pertama kalinya mereka berkirim-kiriman berkas audio berisi rekaman kasar isian instrumen. Bagi musisi lain, cara ini tergolong lumrah. Namun buat abang-abang ini, cara tersebut adalah penyelamat ketika banyak studio musik tutup terkait pandemi.
”Anak-anak jadi beli peralatan untuk bisa rekaman di rumah. Sebelumnya belum pernah punya. Tradisinya Seringai itu kalau bikin lagu selalu diaransemen di studio. Ide dasar lagu dari personil dikembangkan bareng di studio. Jadi selama pandemi, banyak hal yang kami pelajari, jadi band yang teknologi banget, ha-ha-ha,” kata Ricky.
Selama vakum dari panggung itu, mereka juga menjajal bikin podcast. Seri pertama berisi 20 episode sudah tuntas disiarkan di tahun 2020. Highoctane Podcast yang berisi obrolan dan ha-ha-hi-hi antarpersonel itu lumayan juga membuat nama Seringai tetap terdengar walau bukan dari panggung musik. Tahun ini, rencananya akan ada seri kedua tapi konsepnya belum dimatangkan.
Bagi Ricky, fokus terbesar Seringai di 2021 adalah merampungkan lagu baru, yang entah nanti akan diedarkan satu per satu, atau berwujud mini album. ”Karena band rock/metal sejatinya membuat musik. Itu yang tidak mungkin dilupakan. Bikin lagu baru itu bikin semangat. Dan yang membuat kami awet berempat, ya, musik,” ujar Ricky.
Banyak belajar
Penyanyi Yura Yunita melihat tahun 2020 sebagai masa yang penuh tantangan sekaligus membawa berkah. Dirinya ditempa untuk menjadi lebih kreatif. Di masa-masa awal pandemi, Yura kesulitan mendapat fasilitas berkarya.
Dia lantas membuat studio sendiri di rumah dengan peralatan seadanya. Satu karya yang lahir di tengah keterbatasan itu adalah lagu berjudul ”Hoolala”. ”Banyak pelajaran baru yang bisa dilakukan sendiri, seperti rekaman di rumah, belajar software, menjadi teknisi juga, menjadi videografer dan editor untuk diri sendiri juga. Dulu enggak kepikiran karena biasanya rekaman di studio semua sudah disiapkan,” ujarnya.
Bagi dia, keterbatasan itu mengingatkan untuk lebih peduli dengan hal-hal kecil yang dipunya. ”Seperti bagaimana kita bisa menjadi semakin dekat dengan keluarga dan pasangan. Aku sampai ke satu titik bahwa justru orang-orang yang kita sayang itu bisa membuat tenang,” kata pelantun lagu ”Duhai Sayang” ini.
Di Tahun Baru, Yura berharap bisa mewujudkan rencananya yang tertunda, seperti menggelar konser di Australia, serta tampil di sejumlah pertunjukan di Singapura. Dia juga akan merilis lebih banyak lagu menuju album ketiga. Terlepas dari mimpi-mimpi itu, Yura berharap agar makin dekat dengan orang-orang tersayang.
Penyanyi Tanayu menyesap tahun 2020 sebagai tahun penuh perenungan. Meskipun tidak mudah, dirinya belajar untuk beradaptasi ketika mimpinya pada tahun 2020 belum terwujud. Full album-nya belum sempat selesai. Ditambah lagi, sejumlah jadwal panggung di beberapa negara terpaksa ditunda.
”Tantangan terbesar adalah mendamaikan pikiran karena situasi yang baru dan banyak berita soal pandemi membuat perasaan khawatir berlebihan lumayan mengganggu proses berkarya. Tetapi seiring berjalannya waktu, saya belajar beradaptasi dengan keadaan,” kata Tanayu, ketika dihubungi di Jakarta, Sabtu (26/12/2020).
Kesabaran Tanayu setidaknya memberikan hasil. Tanayu bisa merilis beberapa singel, termasuk ”Meditate”, tampil di sejumlah konser secara live streaming, dan mengerjakan sebuah karya teater musikal.
”Tiba-tiba kesempatannya datang di tengah situasi yang sedang tidak menentu dan di saat saya sudah semakin berserah dengan keadaan. Jadi, tahun ini seperti banyak diingatkan untuk berdamai dan berjalan beriringan dengan waktu,” ujarnya.
Memasuki Tahun Baru, penyanyi bernama asli Intan Ayu Purnama ini berharap agar manusia dapat mencapai titik keseimbangan untuk hidup berdampingan. Ia juga menginginkan agar semua orang diberikan kesehatan jiwa dan raga.
Untuk dirinya sendiri, Tanayu ingin mewujudkan mimpinya yang tertunda pada tahun 2020. ”Jika semesta mendukung, semoga mimpi merilis full album pertama bisa terwujud di tahun 2021 dan bisa menuai hasil yang baik,” katanya.
Jadi, tahun ini seperti banyak diingatkan untuk berdamai dan berjalan beriringan dengan waktu.
Menyusun rencana
Promotor musik Ferry Darmawan dari Plainsong Live kesulitan memperkirakan kapan dia bisa menggelar pertunjukan langsung (offline) lagi. Akibat pandemi Covid-19, Plainsong membatalkan (atau menunda) tiga pertunjukan tunggal dan satu festival musik di tahun 2020. Padahal, kesepakatan dengan agen artis mancanegara sudah tercapai dan beberapa sudah bayar uang muka.
Kesepakatan itu tak gugur karena pihak agen artis memahami buruknya kondisi akibat pandemi. Uang muka juga tidak hangus. Hanya saja, kapan pertunjukan bisa terjadi masih jadi misteri bagi Ferry.
Dia sempat optimistis ketika beberapa promotor festival besar di Inggris dan Amerika Serikat berani mengumumkan tanggal penyelenggaraan festival untuk tahun 2021. Optimisme menyeruak seiring dengan gencarnya pemberitaan vaksinasi. Namun, kondisi di Indonesia tak serta-merta bisa disamakan dengan dua negara itu.
”Sejujurnya, aku melihat kecil kemungkinan ada live concert sampai pertengahan tahun ini, belum tentu juga di akhir tahun, tergantung kondisi pandemi dan dampak vaksinasinya,” kata Ferry.
Walau masih samar, Ferry tetap merancang rencana bagi festival musik Joyland di Desember 2021. Hubungan baik dengan agen sejumlah calon pengisi acara itu tetap dijaga. Bahkan, Ferry baru saja kembali membayar uang muka untuk salah satu calon penampil, yang masih dia rahasiakan namanya.
Maraknya festival musik yang berlangsung secara daring selama pandemi membuka kemungkinan baru. Jika situasi memungkinkan, dia berencana merancang festival itu sebagai tontonan langsung (offline) sekaligus daring (online). Ada beberapa alternatif cara lain yang sedang dipelajari kemungkinannya.
Sejujurnya, aku melihat kecil kemungkinan ada live concert sampai pertengahan tahun ini, belum tentu juga di akhir tahun, tergantung kondisi pandemi dan dampak vaksinasinya.
Selama pandemi di 2020, Plainsong membikin tayangan berupa dokumentasi sejumlah pemusik—tentu saja ada penampilan musiknya—di kanal Youtube. Dua seri bertajuk Live Session itu tayang sebanyak delapan episode, dengan masing-masing episode menampilkan tiga pemusik dari berbagai genre dan daerah.
Rencananya, seri ketiga akan kembali hadir di tahun 2021 ini. ”Sekarang kami break dulu karena melihat traffic penonton menurun di bulan Desember. Mungkin penonton sedang jenuh dengan tayangan virtual yang makin ramai di ujung tahun. Mungkin Maret atau April tayang seri ketiga,” ujar Ferry yang juga mengurusi band Dialog Dini Hari ini.
Selamat menjalani rencana-rencana di Tahun Baru sembari mendengar lagu-lagu kesukaan. Mungkin tahun ini akan lebih baik dari tahun lalu. Mungkin.