Kesulitan seperti di 2020 bisa saja masih ada, tetapi kreativitas dan inovasi perlu dimunculkan untuk mencari jalan keluar.
Oleh
Nina Susilo
·2 menit baca
Menjadi staf khusus Presiden Joko Widodo sekaligus juru bicara Presiden di bidang sosial membuat hari-hari Angkie Yudistia padat. Selain tetap aktif di Thisable Enterprise, dua anaknya juga tetap harus mendapat perhatian.
Tahun 2020, Angkie menargetkan untuk mendorong aturan teknis sebagai turunan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Disabilitas. Namun, pandemi membuat semua terasa lebih sulit.
Keharusan untuk mengurangi pertemuan dan perjalanan membuat banyak hal tertunda. Apalagi, untuk membuat aturan teknis ini diperlukan koordinasi dengan banyak kementerian/lembaga.
Sebab, diharapkan isu disabilitas ini tidak lagi dipandang berbasis paradigma sosial saja, tetapi juga menyangkut basis hak asasi manusianya. Kendati memerlukan waktu untuk sinergi antar-kementerian/lembaga, Angkie gembira karena di akhir 2020, empat peraturan pemerintah dan dua peraturan presiden terkait disabilitas ditetapkan.
Di sisi lain, keharusan menghindari kerumunan sepanjang masa pandemi Covid-19 di 2020 juga membuat Angkie tak bisa menjalani hobi travelling atau menghabiskan ”me time”-nya di salon. Namun, pandemi mendekatkan semua anggota keluarganya. Hobi baru, seperti mendesain interior di rumah, menjadi aktivitas yang dilakukan bersama.
”Anak-anak bebas dengan imajinasinya, ingin kamar yang seperti apa karena kita lebih sering di rumah aja. Jadi, seluruh keluarga pun disibukkan dengan kegiatan baru ini dan membuat semua lebih betah di rumah,” tuturnya.
Angkie sendiri membuat panel dinding dan wall moulding untuk menghias dinding rumahnya. Selain itu, beberapa lampu disiapkan untuk memberi kesan lain di rumahnya. Hasil karya desain interior ini pun diunggah di akun Instagramnya.
Menghadapi 2021, lulusan London School of Public Relation ini meyakini semangat dan harapan harus terus dijaga selama mimpi masih ada. Kesulitan seperti di 2020 bisa saja masih ada, tetapi kreativitas dan inovasi perlu dimunculkan untuk mencari jalan keluar. ”Dalam setiap kesulitan pasti ada jalan keluar,” tutur penulis buku Perempuan Tunarungu Menembus Batas ini.
Karena itu, untuk perempuan kelahiran Medan, 5 Mei 1987, ini, menjaga supaya pikiran tetap positif sangat penting. Sebab, berpikiran negatif hanya akan membuat kita ciut sebelum mencoba, kalah sebelum bertanding. Angkie memilih menjadi orang bermental kuat, berusaha semaksimal mungkin dan percaya diri dengan kemampuannya.
”Orang yang punya mental kuat tidak memikirkan hasil. Artinya, lebih suka berusaha semaksimal mungkin dan percaya diri akan kemampuannya. Jadi, teruslah kejar mimpi!” ujarnya.
Kalau tiba-tiba berada di titik jenuh, dia akan kembali pada keluarga. Sebab, keluarga ini pula salah satu penguatnya selama ini.