Kiprah Kemenkeu Mengajar ke Penjuru Negeri
Komunitas Kemenkeu Mengajar berbagi inspirasi kepada anak-anak sekolah dasar (SD) setiap tahun. Para sukarelawan meluangkan waktunya satu hari untuk bertemu anak-anak.
Setiap tahun, ada ribuan sukarelawan di bawah Kementerian Keuangan yang mengajar di beberapa sekolah dasar. Mereka hadir bercengkerama dengan siswa dan guru sambil berbagi inspirasi mengenai pengelolaan keuangan negara, profesi di Kemenkeu hingga toleransi. Kegiatan ini sudah berlangsung lima tahun.
Sukarelawan Kemenkeu Mengajar ini diikuti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, pejabat eselon satu, serta aparatur sipil negeri (ASN) di lembaga tersebut. Sayangnya, saat pandemi, kegiatan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Mengajar atau KM 5 tahun 2020 ”menggantung”, apakah bakal dilaksanakan atau tidak. Padahal, kehadiran suksrelawan di sejumlah sekolah dasar yang tersebar di daerah-daerah sangat dinantikan. Setiap tahun, Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan senang hati hadir ke sekolah untuk bersua dengan siswa SD. Tak jarang pula pejabat yang mengajar di sekolahnya dulu di kampung halamannnya.
Pilihan penyelenggaraan kegiatan mengajar akhirnya diputuskan melalui virtual. Kegiatan Km 5 berlangsung pada Senin (30/11/2020) dimulai pukul 08.00 secara virtual. Sebanyak 1.250 sukarelawan yang terdiri dari pengajar, fasilitator, dan dokumentator bersemangat mendedikasikan waktunya untuk berbagi kisah dan inspirasi bagi anak-anak hingga penjuru negeri. Dengan mengajar virtual, pada tahun 2020 ini siswa Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) di Malaysia bisa dijangkau.
Senyum mengembang di wajah Menkeu Sri Muyani saat menyapa secara virtual lewat aplikasi Zoom kepada lebih dari 840 siswa. Para siswa berasal dari perwakilan dari 85 SD, SMP, dan SMA di penjuru negeri dan luar negeri. ”Selamat pagi yang saya sayangi para siswa. Senang saya bisa ketemu dengan kalian semua. Ini merupakan kesempatan luar biasa. Biasanya saya mengajar di kelas, bisa bercanda, bersapa, dan bicara mengenai masing-masing. Saya bisa berinteraksi. Apa kabar kalian semua? Semoga baik semua,” kata Sri Mulyani.
Lalu, dengan sederhana Sri Mulyani menjelaskan tentang tugas Menkeu mengelola keuangan negara. ”Namanya uang, ya, sama, kayak uang di rumah, uang saku atau uang bersama di kelas. Nah, uang negara kira-kira juga sama, kita mengumpulkan keuangan dari pembayar pajak yang jadi wajib pajak di Indonesia, atau mengumpulkan bea masuk, Bea dan Cukai, atau pengumpulan dari kekayaan Indonesia, seperti dari pertambangan batubara, minyak. Uang ini dikumpulkan jadi pendapatan negara, yang kemudian dipakai untuk mendanai semua kegiatan bernegara atau disebut belanja negara,” papar Bu Ani.
Lalu, penjelasan Sri Mulyani berlanjut mengenai pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan mengandaikan mirip dengan pengelolaan uang di rumah tangga. Anak-anak mendengarkannya dengan antusias. ”Pemerintah bayar belanja negara untuk pegawai, juga belanja barang di sekolah untuk alat eksperimen atau buku, hingga perjalanan. Ada belanja modal, liat jalan tol antarkota atau satelit yang bisa untuk koneksi internet. Ada juga untuk subsidi. Belanja negara begitu banyak, untuk gaji, kegiatan sehari-hari, atau untuk membangun,” kata Sri.
Di kelas virtual lainnya di SIKK Malaysia, Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Rionald Silaban dengan sabar menjawab pertanyaan siswa SMA yang antusias. Jowie, siswa kelas X IPA SIKK, bertanya soal kebijakan fiskal, kurs rupiah, hingga soal inflasi, dan deflasi.
”Gimana supaya kurs rupiah bisa menguat? Kalau Indonesia produktivitasnya tinggi, ya rupiah menguat, yakni kalau kita lebih banyak mengeskpor. Penting juga perilaku masyarakat supaya lebih mengutamakan produksi barang dalam negeri supaya tidak mengimpor,” ujar Rionald.
Di berbagai kelas, Kemenkeu Mengajar lainnya, tak hanya pejabat yang turun mengajar. Staf ASN dari sejumlah instansi Kemenkeu juga tak kalah semangat untuk berbagi pengalaman, termasuk bagaimana bisa menjadi pegawai di Kemenkeu. Para siswa SMA pun antusias ingin mengetahui tips untuk bisa tembus ke Politeknik Keuangan Negara STAN yang jadi salah satu cara untuk menjadi ASN di Kemenkeu.
”Yang ngangenin di hari mengajar di sekolah itu, kami kadang ngerjain siswa, eh, malah balik dikerjain,” kata Muhamad Faizuro dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tertawa, yang kali ini jadi pembawa acara di kelas Menkeu dan Mendikbud Mengajar. Dia ditemani Farida Rumonda Lubis dari Ditjen Anggaran.
Suka mengajar
Kegiatan satu hari mengajar yang digagas komunitas Kemenkeu Mengajar yang dimulai tahun 2016 dilaksanakan dengan semangat sukarela. Para sukarelawan yang terlibat dibekali surat tugas resmi ke sekolah. Untuk mengajar, menggunakan dana mandiri, tidak memakai dana dari APBN.
Lahirnya komunitas Kemenkeu Mengajar ini digagas tiga pegawai Kemenkeu dari ditjen berbeda. Inisiatornya ialah Dwinanda Ardhi Swasono (32), Agil Wibowo (31), dan Alphiani NP (48) melontarkan Kemenkeu Mengajar sebagai rangkaian kegiatan Hari Uang Nasional tiap tahun terinspirasi dari kegiatan mengajar sukarela di Kelas Inspirasi.
”Kami suka mengajar dan ikut Kelas Inspirasi yang mengajar siswa SD di sekolah. Tidak hanya di Jakarta, tapi juga daerah lainnya,” kata Ardhi yang tahun ini jadi Koordinator Utama KM 5.
Ternyata, ketiga inisator menyadari hal yang sama. Mereka menemukan banyak ASN Kemenkeu di sejumlah daerah yang menjadi sukarelawan di Kelas Inspirasi. Lalu, mereka terpikir untuk mengadaptasi kegiatan suksrelawan mengajar di sekolah dengan membawa nilai-nilai Kemenkeu. Materi yang disampaikan tentang peran Kemenkeu menjaga ekonomi negeri dan mengenalkan berbagai profesi di Kemenkeu. Selain itu, mereka mengajarkan nilai-nilai dan semangat keberagaman, toleransi, dan inklusivitas dalam kehidupan sehari-hari.
”Selama berjalan lima tahun, kegiatan bisa berjalan dengan nonbirokrasi. Kalau rapat selalu di jam malam seusai kerja atau akhir pekan. Kegiatan ini jadi lintas generasi dan lintas instansi di Kemenkeu,” ucap Alphiani.
Pada tahun pertama KM dilaksanakan, kegiatan dilakukan di enam kota/kabupaten di 35 sekolah. Sukaelawan yang ikut berjumlah 606 orang. Gencarnya cerita keseruan jadi sukarelawan KM di media sosial membuat ASN Kemenku di berbagai penjuru negeri tertarik untuk bergabung.
Pada tahun berikutnya jumlah sukarelawan, sekolah, dan provinsi terus bertambah. Pada tahun 2017-2019, sukarelawan yang terlibat tiap tahun menembus lebih dari 2.700 orang. Pada masa pandemi ini, antusiasme tetap tinggi meskipun jumlahnya 1.250 sukarelawan.
Agil mengatakan, semangat kerelawanan ASN bisa terus bertumbuh karena dukungan pejabat Kemenkeu. Bahkan, Menekeu Sri Muyani mulai ikut bergabung di KM 3 tahun 2018 dengan hadir di salah satu SD.
Pada tahun 2017, KM meraih penghargaan Public Relations Indonesia Award 2018 kategori CSR sub-kategori Community Based Development. Lalu, tahun 2019 mendapat Rekor Muri untuk program kerelawanan ASN Pertama di Bidang Pengembangan Karakter untuk Siswa Sekolah Dasar Indonesia.
Alphiani mengenang tantangan awal memulai KM untuk meyakinkan pimpinan kalau program sukarelaw ini bakal berjalan. Bolak-balik memperbaiki proposal pun mereka jalani dengan semanagt tinggi demi mewujudkan tekad untuk membuat ASN Kemenkeu juga punya kontribusi langsung lewat menyediakan satu hari mengajar.
Agil menambahkan, biasanya untuk acara Hari Uang Nasional digelar kegiatan kompetisi. ”Nah, gagasan KM ini untuk mengajak bukan hanya berkontribusi jadi sukarelawan yang mengajarkan tentang Kemenkeu. Namun, dari para sukarelawan yang lintas generasi dan insitusi bisa berkolaborasi dan jadi kenal,” kata Agil.
Saat pelaksanaan KM, kelompok dibentuk, di satu sekolah 10-15 orang. Mereka yang tidak saling mengenal, berbeda kantor, bahkan daerah berkolaborasi untuk menghadirkan hari mengajar yang menyenangkan di SD. Mereka pun urunan uang untuk mendanai kegiatan mengajar di sekolah.
Pilihan sekolah di daerah terpencil, yang sulit dijangkau pun, diminati. Meskipun sukarelawan harus siap merogoh kocek pribadi lebih dalam. Ada yang mengajar di SD di kaki Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ada yang berlayar ke salah satu SD di pulau kecil di Papua. Di Sumatera Utara, sukarelawan memilih naik kapal ke suatu pulau untuk bertemu dengan siswa dan guru SD di daerah terpencil.
”Kami tidak menyangka, sukarelawan mau bersusah payah menempuh perjalanan jauh dengan biaya sendiri. Mereka mengaku matanya berbinar saat berjumpa dengan siswa dan melihat semangat anak kecil yang juga mau sukses seperti kakak sukarelawan yang datang,” cerita Ardhi.
Ardhi mengalami jadi sukarelawan KM ke Bali. Dia mengambil cuti dan membiayai perjalanannya untuk menjadi sukarelawan pengajar di SD yang menempuh perjalanan sekitar dua jam dari Kota Denpasar. ”Saya pikir karena Bali yang terkenal, semua sekolah sudah bagus. Ternyata saya menemukan banyak siswa yang belum dapat informasi baik. Saya mengenalkan cita-cita, banyak dari mereka yang belum paham. Hanya paham profesi yang ada di sekitar yang terbatas,” kata Ardhi.
Ardhi merasa bahagia bisa berbagi dan menyalakan mimpi baru di benak anak-anak SD. ”Ketika itu, saya baru pulang sekolah yang dibayari negara. Mengajar di KM jadi kayak bentuk tanggung jawab ke negara. Bersyukur bisa memberikan apa yang sudah saya dapat dari negara dengan menjadi sukarelawan KM,” kata Ardhi.
Baca juga: Menteri Keuangan Sri Mulyani Kangen Mengajar
Agil mengatakan, kegiatan kerelawanan itu membuat dirinya ketagihan. Tahun 2019, Agil ke Sijuk, Belitung, Kepulauan Bangka Belitung. ”Pas datang ke sana, melihat sukarelawan berkumpul, yang sebelumnya enggak pernah ketemu. Koordinasi lewat WA saja, tetapi pas ketemu berasa kenal lama. Bahagia karena niat sama, mau jadi sukarelawan tanpa dibayar kantor. Seru menyiapkan bahan mengajar bareng. Kebersamaan kayak gini enggak didapatin di momen lain ketika kerja. Jadi nagih,” ujar Agil.
Ketiga inisator KM dengan dukungan sukarelawan ASN Kemenkeu lainnya terus berinovasi untuk mengembangkan hari mengajar tiap tahun ini. Selama ini yang disasar siswa SD, pada tahun 2020 inovasi dilakukan dengan menjangkau siswa SMP dan SMA. Sebelum terjun mengajar, sukarelawan dapat pembekalan yang dapat menambah kapasitas dan kualitas untuk peningkatan diri yang juga berguna dalam pengabdian mereka sebagai ASN Kemenkeu.