Youth Ecopreneurship Initiative Mencari Solusi Masalah Lingkungan
Ajang Youth Ecopreneur Initiative memberikan kesempatan kepada generasi muda yang peduli lingkungan untuk lebih kreatif.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepedulian terhadap lingkungan dapat diasah sejak usia muda. Salah satu caranya dengan membuat usaha-usaha yang berkelangsungan dan berdampak positif terhadap lingkungan hidup. Ajang Youth Ecopreneurship Initiative yang digagas Prestasi Junior Indonesia bersama Citi Indonesia memberikan kesempatan bagi siswa SMA dan SMK untuk mulai berbisnis dengan memperhatikan lingkungan.
”Ada banyak anak muda di Indonesia, biasanya setelah lulus SMA atau kuliah mencari kerja. PJI dan Citi melalui program ini memberikan fasilitas dan dukungan agar siswa dapat memulai bisnis, terlebih bisnis yang mendukung lingkungan. Anak-anak muda juga perlu dikenalkan dengan prinsip ecopreneur sehingga membeli produk dari perusahaan yang memperhatikan kelestarian lingkungan,” tutur Robert Gardiner, Co-Founder & Academic Advisor Prestasi Junior Indonesia, pada acara virtual ”Youth Ecopreneur Talk: Green Business for Sustainable Environment and Economy”, Rabu (16/12/2020).
Melalui proses pembelajaran dengan pengalaman langsung, para pelajar dibina untuk mendirikan dan mengoperasikan sebuah perusahaan di sekolah. Hal ini termasuk menciptakan ide produk, merencanakan strategi bisnis, melakukan penjualan produk, dan likuidasi perusahaan. Para pelajar diberdayakan untuk memenuhi kebutuhan serta memecahkan masalah di komunitas dan lingkungan mereka melalui bisnis mereka.
Modul ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa mengenai elemen-elemen penting yang harus dilakukan dalam memulai sebuah bisnis. Melalui modul ini, siswa diharapkan dapat mengenali karakteristik dan praktik pengusaha sukses serta menunjukkan keterampilan perencanaan bisnis untuk usaha pemula.
Pada 2019-2020, program ini sudah dilaksanakan mulai Oktober 2019-November 2020. Program dilakukan di 27 sekolah yang ada di lima kota di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung dan Bandung Barat, Semarang, Surabaya dan Sidoarjo, serta Denpasar. Ada 8.269 siswa yang menjadi penerima manfaat program ini.
Hingga akhir program, ada 25 bisnis baru dioperasikan oleh 490 pelajar dari 25 sekolah dengan fokus bisnis seputar pengolahan limbah, penggunaan material ramah lingkungan, dan pemanfaatan energi terbarukan. Total omzet yang didapatkan selama perusahaan beroperasi dalam 5-7 bulan sebesar Rp 214 juta. Mereka memulai usaha dengan total modal sebesar Rp 52,3 juta. Program ini juga didukung 159 Citi Volunteers yang terlibat sebagai mentor bisnis para pelajar.
”Citi Indonesia menggagas Youth Ecopreneurship Initiative bersama PJI untuk menjembatani tingginya kepedulian generasi muda Indonesia terhadap lingkungan sekitar dengan kian meningkatnya minat mereka untuk berwirausaha. Pemberdayaan generasi muda memang telah menjadi fokus kegiatan sosial kemasyarakatan Citi Indonesia, terutama dalam ranah edukasi, literasi keuangan, dan keterampilan dasar kewirausahaan,” tutur Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia Puni A Anjungsari.
PJI dan Citi telah membuat program ini selama enam tahun penyelenggaraan tanpa jeda, sejak 2014. Sejak program pertama diluncurkan, prakarsa kewirausahaan muda ini telah memberi manfaat kepada lebih dari 55.000 pelajar dari 169 SMA/SMK di enam kota, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, dan Medan.
Maju ke Asia Pasifik
Dari para peserta program tersebut, perusahaan sekolah D’Eagle menjadi pemenang Indonesia Student Company of the Year Competition 2020 dan akan mewakili Indonesia dalam ajang JA Asia Pacific Company of the Year Competition tahun depan. Perusahaan yang didirikan para pelajar di SMA Karangturi, Semarang, ini memproduksi permainan berbahan kayu bekas. Biasanya, limbah kayu ini hanya dibakar saja, tidak diolah menjadi produk lain.
”Secara tidak sadar, kita lebih sering sibuk dengan diri sendiri. Produk kami PlayIt! Dirancang untuk membuat interaksi dengan orang lain di sekitar,” ujar Presiden D’Eagle Stevia Anlena Putri. Awalnya, ada 20 siswa yang bergabung di perusahaan ini, tetapi setelah tujuh bulan berjalan, perusahaan hanya diawaki oleh 8 orang.
Dalam memproduksi mainan edukatif berbahan dasar kayu bekas ini, D’Eagle berhasil membukukan keuntungan sebesar Rp 5,4 juta dari total omzet sebesar Rp 28 juta, dengan harga jual produk Rp 100.000-Rp 200.000. D’Eagle juga memberikan keuntungan lumayan kepada para perajin kayu yang menjadi pemasoknya. ”Sebenarnya kita pun dapat berkontribusi terhadap banyak orang di sekitar kita,” kata Stevia lagi.