Berkarya dengan ”Cuap-cuap”
Suaramu bisa menjadi modal di era digital sekarang ini. Tak ada suara yang jelek atau ”fals” karena semua bisa dilatih. Kini banyak anak muda yang tertarik menjadi penyiar radio, ”voicer-over talent”, atau ”podcaster”.
Pernah tidak mendengar siaran radio lalu menjadi terpincut dengan suara sang penyiar? Suara adalah indera manusia yang dapat mengundang imajinasi, menarik minat, dan memengaruhi orang lain. Meskipun terkesan sederhana, profesi di dunia suara ternyata banyak macamnya.
”Mulutmu harimaumu. Berkarya dengan suara ada sisi negatif dan positif. Kalau dari sisi positif, apa yang keluar dari mulut kita bisa berdampak dan berguna untuk orang di sekitar kita,” kata Iyok Baswara, radio personality di Sonora FM 92 Jakarta dan professional voice-over talent.
Pembahasan mengenai profesi di dunia suara mencuat dalam webinar kelas Kompas Muda x KG Radio Network bertajuk ”Berkarya lewat Suara”. Kelas yang diselenggarakan secara virtual dari Jakarta, Sabtu (28/11/2020), ini dihadiri lebih dari 100 peserta di seluruh Indonesia.
Suasana kelas virtual kali ini lumayan seru. Ruang percakapan di Zoom riuh dengan komentar-komentar peserta. Apalagi, ketika Iyok memberi contoh suaranya saat menjadi voice-over talent. Gambar tepuk tangan dari peserta langsung bertebaran dilengkapi dengan kata ”keren”.
Begitu pula saat sesi tantangan bersuara. Dari sekian banyak yang ingin mencoba, hanya lima peserta yang bisa mencoba tantangan sekaligus mendapat masukan dari Iyok. Dan, ternyata suara mereka keren-keren, loh, enggak kalah sama penyiar beneran.
Pekerjaan di dunia suara bermacam-macam, misalnya penyanyi, presenter, dan pembawa berita. Selain itu, ada juga pekerjaan dalam kategori yang lebih spesifik, sebut saja dubber, radio personality, voice-over talent, pembawa acara, bahkan podcaster.
Semua profesi itu memiliki karakter dan membutuhkan keterampilan yang cukup berbeda satu sama lain. Seorang radio personality biasanya berinteraksi dengan gaya yang lugas guna membangun keintiman dengan audiens. Hal ini karena tujuan radio itu hadir sebagai ”teman” sepintas bagi pendengarnya.
Penyiar radio juga harus bisa menciptakan suatu kesan imajiner (theatre of mind) sehingga imajinasi para pendengar muncul ketika mendengar perkataannya. Alhasil, radio menjadi sangat populer di era tahun 1990-an hingga 2000-an.
Sementara itu, ketika memandu acara, pembawa acara mesti berbicara dengan berani, tetapi tidak mendominasi. Seorang podcaster perlu membuat konten suara yang berkualitas untuk didengarkan audiens yang biasanya bersifat segmented.
Seorang voice-over talent bertugas untuk menghidupkan setiap kata yang terucap agar membentuk rasa keterikatan dengan audiens. Voice-over talent tidak sekadar membacakan narasi, tetapi merupakan bentuk personifikasi dari sebuah jenama.
Iyok telah mengimplementasikan karakter voice-over talent tatkala bekerja untuk sejumlah jenama. Ketika mengisi iklan Axis, Iyok menggunakan karakter suara yang lebih semangat karena merepresentasikan anak muda. Iyok kemudian menggunakan suara yang lebih dalam iklan XL dengan target pasar yang lebih dewasa.
”Pelajari siapa kamu, cerminkan diri kamu dalam penyampaian, dan ketahuilah bahwa kamu berbicara kepada individu, bukan kepada orang banyak,” ujar Iyok, mengutip penulis Speak Out, Teddy Resmisari Pane.
Rajin berlatih
Iyok menjelaskan, pekerjaan di dunia suara mensyaratkan agar si pembicara mengasah sejumlah keterampilan dasar. Orang tersebut harus memiliki, antara lain, artikulasi agar berbicara dengan jelas, aksentuasi agar memberi penekanan, intonasi agar memberi nada bicara, phrasering agar bisa memenggal kalimat, dan infleksi agar bisa menentukan tingkat nada suara.
Pekerja di bidang suara juga harus mampu menjaga tempo bicara sehingga ucapan dan latar belakang musik tetap harmonis. Kemampuan menjaga pernapasan berfungsi untuk menjaga kualitas suara tetap stabil meskipun membaca naskah panjang.
Keterampilan yang tidak kalah penting adalah ad libitum. Dari bahasa Latin, istilah itu berarti seturut keinginan, sesuai dengan cita rasa, atau kalau dikaitkan dengan dunia suara adalah keahlian untuk merangkai kata-kata. ”Pas jadi MC, kita hanya dikasih tulisan misalnya ’Keluarga Iyok Baswara’. Itu bisa diimprovisasi agar ndak jeglek,” ujar Iyok.
Hanya ada satu cara untuk bisa memiliki keterampilan-keterampilan tersebut, yakni rajin berlatih. Iyok menyebutkan, ada lima jenis latihan fisik yang bisa dilakukan, mulai dari humming untuk mengolah diafragma, lion face dan senam mulut untuk melatih otot wajah, hingga senam lidah. Adapun olahraga seperti kardio, lari, atau naik sepeda bertujuan untuk menjaga stamina pembicara.
Pada tahap selanjutnya, Iyok menuturkan, latihan membaca secara rutin adalah kunci utama. Langkah ini bertujuan agar otot dan lidah menjadi terbiasa. Latihan ini bisa direkam dan didengarkan agar si pembicara mengenali cara berbicaranya sendiri.
”Tidak ada suara jelek atau fals. Kalau kamu merasa suara jelek, itu hanyalah karena belum latihan. Banyak juga penyiar dengan suara melengking, seperti Rico Ceper dan Desta. Kalau mau terjun ke industri, banyaklah berlatih,” kata Iyok.
Salah satu peserta webinar, Hamdi Baidi (22), menyadari pentingnya latihan untuk mengasah kemampuan suara. Hamdi adalah lulusan baru dari Program Studi Penyiaran Universitas Bina Sarana Informatika, Jakarta, yang bercita-cita bekerja di bidang penyiaran, seperti presenter, pembawa berita, atau penyiar radio.
Dari pengalaman magangnya di Mahaka Radio Integra pada awal tahun ini, Hamdi menyadari, dirinya masih memiliki kekurangan. Hamdi kerap membaca naskah tidak sesuai tempo sehingga tidak harmonis dengan latar belakang suara yang diputar. Alhasil, dia bisa menghabiskan waktu 15-20 menit untuk menyelesaikan satu naskah pendek.
Ia pun menyadari, dirinya perlu terus mengasah keterampilan dan pengetahuan mengenai dunia suara dari berbagai referensi. ”Aku ingin nanti pas terjun di dunia kerja sudah siap dari segi mental dan ilmu,” ujar pemuda asal Bogor ini.
Menjadi karier
Sarah Adora (17), peserta lain dari Sidoarjo, juga tertarik berkarya di dunia suara. Meskipun kuliah Jurusan Administrasi Negara UPN Veteran Jawa Timur, Sarah ingin bekerja sebagai penyiar radio ketika lulus nanti.
”Pekerjaan sebagai penyiar radio itu menarik. Kenapa? Selama aku dengerin radio, dia itu bisa menciptakan hubungan sama si pendengar, jadi kayak ngobrol. Aku ingin kerja yang fun karena gak ada beban dari kita sendiri,” tutur perempuan yang mengidolakan penyiar Mario Pratama ini.
Sejak tahun lalu, Sarah telah membuat sejumlah konten untuk menyalurkan hobinya berbicara. Ia mulai membuat konten-konten podcast di aplikasi Anchor meskipun belum dirilis di platform digital untuk umum. Selain itu, dirinya juga membuat konten suara mengenai refleksi hidup yang dirilis dalam akun @lastroomm di Instagram.
Baca juga : Laura Sekar Putri, Menyembuhkan Depresi dengan Musik
Iyok mengatakan, agar bisa berkarier di dunia suara pada era digital ini, kita harus rajin-rajin membuat konten sendiri. Selain itu, kita harus rajin mengikuti audisi dan mengirim sampel suara ke perusahaan-perusahaan penyiaran. Kita juga perlu membangun jejaring (networking)sehingga memperbanyak teman serta membagikan portofolio di platform digital.
Apakah karier di dunia suara menjanjikan? Menurut Iyok, setiap profesi memiliki tantangan masing-masing. Beberapa jenis profesi sudah bisa menjadi karir, tetapi ada juga yang belum, seperti podcaster. Namun, tidak baik cepat patah semangat. ”Biarkan semua orang mendengarkan suaramu, be the voice, not just an echo,” kata Iyok.