Masalah adalah aset atau harta karun bagi pelaku usaha rintisan. Dari situ, mereka bisa menawarkan solusi.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Usaha rintisan atau start up Indonesia yang kiprahnya memiliki dampak sosial bagi masyarakat mendapat dukungan pendanaan dari program Hyundai Start-Up Challenge. Dukungan dana dan mentoring diharapkan dapat memperluas start up di sejumlah daerah, baik dari segi bisnis maupun sosial.
Pengumuman puncak kompetisi Hyundai Start-Up Challenge (HSC) sebagai program tanggung jawab sosial perusahaan PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI), Sabtu (14/11/2020), menetapkan empat usaha rintisan dari 10 finalis sebagai pemenang. Juara diraih Rumah Mocaf dari Banjarnegara dan mendapat dana Rp 500 juta.
Peringkat kedua diraih Pictafish dari Sidoarjo dan peringkat ketiga Indigo Biru Baru dari Solo dan Agrdaya dari Yogyakarta. Peringkat kedua memperoleh dana Rp 300 juta dan peringkat ketiga masing-masing mendapat dana Rp 200 juta.
Penggagas Rumah Mocaf, Riza Azyumarridha Azra, mengatakan, bisnis mengolah singkong menjadi mocaf (tepung) dirancang dengan konsep menolong ekonomi desa agar dapat dikembangkan di sejumlah provinsi di Indonesia.
”Bisnis rintisan kami dapat mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Bisa juga nantinya menurunkan impor tepung terigu. Indonesia punya potensi singkong yang melimpah dan dapat menaikkan kesejahteraan petani singkong,” kata Riza.
Usaha rintisan Pictafish dikembangkan untuk mendukung budidaya ikan oleh para petambak agar bisa memproduksi ikan berkualitas tinggi lewat akuakultur. Sementara itu, start up Agrdaya membina 200 petani di Yogyakarta untuk mengembangkan pertanian berkelanjutan, khususnya untuk tanaman rempah/herbal.
Adapun Indigo Biru Baru memproduksi produk mode organik dengan pewarna ramah lingkungan. Ada 100 orang yang didukung, mulai petani, perajin batik, hingga perajin ikat.
Young Tack Lee, President of Hyundai Motor Asia Pacific Headquarters, mengatakan, program yang pertama kali digelar ini mencari pelaku usaha rintisan yang mampu memberi dampak sosial. ”Meskipun menghadapi situasi Covid-19, kami salut dengan semangat 10 finalis start up untuk memberi dampak sosial pada masyarakat. Kami berharap kiprah start up ini bisa berlanjut agar bisa membantu mengatasi tantangan sosial di Indonesia,” ujarnya.
Proyek ini, lanjut Young, diharapkan dapat memilih tim yang menghasilkan solusi atas masalah sosial di Indonesia, khususnya dalam pendidikan dan lingkungan hidup, lewat social enterprise.
Bahlil Lahadalia, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, mengapresiasi program HSC. ”Semoga bisa memberi kontribusi positif dan dampak baik yang berkelanjutan. Kami berharap pelaku usaha rintisan yang mendapat dukungan HSC ini berkomitmen dan memiliki semangat dalam menggali ide-ide inovatif dan kreatif untuk mengatasi masa sulit pandemi Covid-19,” kata Bahlil.
Sementara itu, Fadjar Hutomo, Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif, mengatakan, banyak jenis usaha yang terpukul akibat dampak pandemi Covid-19. Di sisi lain, peluang usaha tetap terbuka. Bagi pelaku usaha rintisan, adanya masalah justru membuka peluang usaha.
”Siapa pun yang mampu berpikir inovatif dan kreatif dapat melihat peluang dengan memberikan solusi dari permasalahan yang timbul. Ketika bicara start up, kita bicara masalah. Masalah adalah aset atau harta karun dari start up untuk menawarkan solusi usaha. Nah, ini tantangan bagi anak-anak muda untuk berkarya dan berkreasi,” kata Fadjar.