No Sleep for Weekend, Inspirasi untuk Wiraswasta Sosial Muda
Acara No Sleep for Weekend akan digelar secara daring untuk kedua kalinya. Harapannya, semua materi bisa menginspirasi anak muda, terutama mereka yang tertarik untuk berwiraswasta dan berkomunitas.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
KOMPAS/HERLAMBANG JALUARDI
Alfi Irfan (tengah), Direktur Agrisocio, memberi penjelasan perihal produk buah kepada pengunjung Festival for Good di Marina One, Singapura, Jumat (19/10/2018). Agrisocio adalah perusahaan rintisan Alfi yang memasarkan produk sayur dan buah dari sekitar 50 kelompok petani di Jawa Barat dan Jawa Timur. Ajang 2.0 No Sleep for Weekend memberi kesempatan kepada anak muda untuk menggali inspirasi terkait berwiraswasta secara sosial.
JAKARTA, KOMPAS — Anak muda masa kini, utamanya Generasi Z, memiliki kebebasan untuk mengekspresikan diri. Mereka peduli dan tertarik menyuarakan isu-isu yang menjadi perhatian global secara kreatif dan kritis dengan gaya yang ringan. Potensi ini patut difasilitasi agar memunculkan generasi emas yang menginspirasi serta berdaya guna bagi kemajuan Indonesia.
Agar generasi muda dapat menjadi bagian dari bonus demografi Indonesia saat 100 tahun Indonesia, We The Youth dan Dyandra Promosindo menyambut anak muda yang kreatif di ajang 2.0 No Sleep For Weekend (NSFW). Acara yang berlangsung daring pada November mendatang ini digelar untuk yang kedua kalinya. Harapannya, konferensi daring ini bisa menginspirasi anak muda serta melihat peluang masa depan Indonesia. Tema yang dipilih kali ini adalah ”Where Present and Future Collide”.
Reyhan Nur, Strategic Director We The Youth, dalam acara Menuju Konferensi Online 2.0 No Sleep For Weekend, Sabtu (31/10/2020), mengatakan, anak muda Indonesia sudah punya bekal pendidikan yang semakin bagus. Namun, mereka masih merasa galau tentang masa depan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada 2019, jumlah anak muda berusia 16-30 tahun berkisar 24,01 persen atau sebanyak 64,19 juta jiwa. ”Agar bonus demografi tidak menjadi bencana demografi, anak muda perlu disiapkan produktivitasnya. Mereka perlu dibekali dengan skill dan pengalaman yang relevan untuk menyongsong masa depan. Generasi muda yang melek digital ini harus difasilitasi untuk mengetahui proses yang ada dan mengerti apa yang menjadi aspirasi dan cita-cita mereka, serta cara mewujudkannya,” papar Reyhan.
Menurut Reyhan, anak-anak muda sekarang memegang kuat nilai-nilai dalam hidup. Mulai dari pergerakan anak muda pada 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda dan Reformasi pada 1998 hingga sekarang, mereka cenderung idealis dengan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari.
Acara ini menyasar anak muda yang tertarik berwiraswasta, berwiraswasta secara sosial, dan berkomunitas. Ajang NSFW menemani anak-anak muda Indonesia untuk mendapatkan bekal tentang tren, inspirasi, semangat, dan jaringan.
DOKUMENTASI DYANDRA
Acara webinar No Sleep For Weekend pada 25-26 Juli 2020 digagas Dyandra dan We The Youth untuk menginspirasi anak muda Indonesia agar siap menghadapi hidup dalam era normal baru sehingga tetap optimistis dan produktif.
Abynprima Rizki, Head of Convention of Dyandra Promosindo, mengatakan, NFSW pertama pada Juli lalu, dengan tema ”Living The World A New”, membekali anak muda saat pandemi Covid-19 agar ruang gerak yang terbatas tidak membuat mereka mati gaya. Kala itu, peserta mencapai 400 orang. Pergelaran NSFW kedua ditargetkan merangkul sekitar 500 orang dan mengajak mereka menangkap peluang di masa depan serta tantangan pada 2021.
Konferensi daring NSFW kedua membahas tentang anak-anak muda yang menjadi pejuang atau young heroes masa kini dengan spirit Hari Pahlawan. Dalam acara ini, akan disajikan pula perjalanan sejarah tentang kiprah anak muda di negeri ini yang memberikan pengaruh positif. Anak muda akan memahami bahwa perjuangan belum selesai.
”Kami mau memberikan inspirasi tentang gerakan anak muda untuk Indonesia yang lebih baik dengan inspirasi dari orang-orang yang menciptakan gerakan untuk Indonesia,” kata Abyn.
Tak kalah menarik, tren yang dibahas untuk memasuki tahun 2021 di dunia anak muda fokus pada isu pendidikan. Pandemi sudah mengubah sistem pendidikan di Indonesia sehingga anak muda perlu mempersiapkan diri.
DOKUMENTASI DYANDRA PROMOSINDO
Anak muda diajak memahami peluang, tantangan, serta tren tahun 2021 di ajang 2.0 No Sleep For Weekend pada 28-29 November secara daring.
Diarahkan positif
Alvin Bahar, Lead Editor HAI, mengatakan, hingga tahun depan, anak muda yang mengalami peristiwa besar pandemi Covid-19 masih akan dipengaruhi dampak virus korona jenis baru ini. ”Untuk pesta, mungkin masih banyak yang parno atau ada yang mengubah pilihan kuliah dan karier karena melihat tren yang berubah akibat pandemi,” tutur Alvin.
Menurut Alvin, Generasi Z dari lahir sudah teraliri internet. Itu memberikan pengaruh bagi mereka dalam menjalani hidup. Algoritma dan isu viral di internet selalu terlihat dan memancing rasa ingin tahu. Tak heran jika mereka bisa fasih membicarakan masalah serius yang menjadi isu global dan ingin berkontribusi. Berdasarkan penelitian Cambrige, sebanyak 45 persen remaja mengatakan isu dunia tidak dipelajari di sekolah sehingga mereka mencari tahu sendiri.
”Kita mau anak muda, kalau tertarik sesuatu, ya, ngulik. Namun, jangan memaksakan yang dia suka ke semua orang. Kekuatan anak muda ini perlu didukung ke arah yang lebih positif,” kata Alvin.
Anak muda zaman sekarang dapat secara leluasa membahas isu kesehatan mental tanpa menghakimi, merasa bebas untuk mengekspresikan yang ada di dalam di hati. ”Pengaruh dari pop culture, musik Kunto Aji, misalnya, dengan blak-blakan membicarakan mental health dan streaming-nya tinggi. Dari Spotify play list, musik dengan tema mental health meningkat dua kali lipat. Termasuk kayak film Joker tentang penyakit mental juga digemari,” ungkap Alvin.
CHRISTOFORUS RISTIANTO
Kunto Aji, musisi dengan album bertema kesehatan jiwa yang digemari anak muda.
Adib Hidayat, Pemimpin Redaksi Billboard Indonesia/pengamat musik, memaparkan, anak-anak muda dari dulu sama-sama kreatif mengeluarkan karya. Generasi lebih mudah mempelajari sesuatu dan secara kolektif membuat gerakan yang bisa menjadi hal besar. Mereka sangat menyukai isu di berbagai belahan dunia. Bahkan, anak SD, SMP, dan SMA bicara soal pemilu Amerika Serikat dan isu lain di dunia.
”Terutama lewat medos IG dan Tik Tok, isu penting dunia bisa sampai ke anak muda dengan fun. Mereka jadi cepat belajar. Hal buruk juga mudah diikuti dengan kemudahan akses dan keinginan instan untuk terkenal. Karena banyak yang mau populer jadi bersikap tanpa filter dulu. Jadi, anak muda harus diajak paham batasan yang ada, semisal di Indonesia ada UU ITE,” papar Adib.
Abyn mengatakan, Generasi Z yang lahir di era digital ini mudah skpetis dan punya rasa ingin tahu besar. Perlu ada peran pemerintah yang bisa menyikapi aspirasi dan tanggapan generasi muda. Memanfataakan anak muda yang peduli ini menjadi bekal Indonesia untuk mewujudkan kondisi Indonesia lebih baik.
”Kegiatan seperti NSFW ini adalah sebagai bentuk respons terhadap orang muda untuk menemani dan mengarahkan mereka berkembang serta bergerak secara positif,” kata Abyn.