Sumbangsih kawula muda atau populer disebut generasi milenial kepada negara tumbuh subur di akar rumput lewat gerakan atau inisiatif yang jauh dari radar pusat.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kawula muda bergerak dalam berbagai cara dalam memberikan kontribusi kepada negara. Sebagian bergerak dalam senyap lewat gerakan atau inisiatif di akar rumput. Lainnya berkecimpung dalam perpolitikan Tanah Air.
Sumbangsih generasi milenial kepada negara menjadi perbincangan hangat seusai pernyataan dari Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat meresmikan kantor partai secara virtual, Rabu (28/10/2020). Presiden ke-5 itu menuturkan bahwa sumbangsih kaum milenial kepada negara belum terlihat jelas.
Sumbangsih dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring berarti sokongan; bantuan (berupa pemberian karangan, uang, dan sebagainya) sebagai tanda kasih.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali dalam wawancara dengan Kompas, Senin (26/10/2020), menyampaikan, pemuda berperan penting dalam mengatasi persoalan bangsa karena pemerintah tak bisa bergerak sendiri. Karena itu, kesadaran kolektif untuk bersatu perlu digugah kembali agar Indonesia mampu membuat lompatan besar kembali dalam sejarah bangsa.
Dicky Senda (33), pegiat kewirausahaan sosial Lakoat.Kujawas di Mollo, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, tergelitik perihal sumbangsih generasi milenial kepada negara. Sebab, dalam jejaring sosial di akar rumput ada beragam inisiatif kawula muda yang tumbuh.
”Banyak orang muda jauh dari keriuhan, bekerja dalam diam dengan tulus. Semuanya dengan memanfaatkan jejaring sosial, bahkan tanpa bantuan pemerintah ataupun partai politik,” ucap Dicky, Sabtu (31/10/2020).
Empat tahun sudah Lakoat.Kujawas tumbuh di Desa Taiftob, Kecamatan Mollo Utara, Timor Tengah Selatan. Fokusnya di bidang pendidikan (literasi), ekonomi kreatif (ekowisata, rumah penginapan, dan toko daring produk lokal), ruang diskusi, kelas kreatif, dan pementasan budaya. Berbagai aktivitas dan hasil karya mereka dapat ditengok melalui Instagram @lakoat.kujawas dan lkjws.co, ataupun Twitter @lakoatkujawas.
Baginya, sumbangsih lewat kewirausahaan sosial itu tumbuh karena sensitivitas dalam diri dan kepada lingkungan sekitar, mulai dari menggali kapasitas dan potensi diri hingga melihat situasi atau fenomena yang terjadi di lingkungan terkecil. ”Ada permasalahan dan cari solusinya. Kalau tidak bisa sendiri, bangun solidaritas dan gotong royong. Sisanya keberpihakan kepada orang yang tidak punya suara atau tidak didengarkan,” tuturnya.
Didi Ary (32), warga Teluk Betung Utara, Lampung, konsisten memproduksi makser kain untuk berjualan dan bantuan kepada sesama warga sejak awal pandemi. Terakhir, ada 900 potong masker untuk Dinas Lingkungan Hidup dan 250 potong masker untuk tahanan Kepolisian Daerah Lampung.
”Kami tidak begitu banyak bergerak (keliling). Soalnya pemasukan juga minim karena barang daur ulang kurang diminati. Warga di masa pandemi ini memilih masker sekali pakai karena dinilai lebih aman,” ujar Didi.
Inisiatif ini berawal dari kegemaran istrinya membagikan cara-cara menjahit kain di Instagram. Dari situ timbul ide memanfaatkan limbah tekstil menjadi masker bersama Komunitas Rannalla x #BelajarMinimSampah.
Mereka memproduksi masker kain model duckbill dari kain perca dan persegi. Sebab, limbah kain perca yang tidak simetris lebih mudah dibuat model duckbill ketimbang persegi.
Komunitas Literaksipop urun dana dan sumbangan kolektif untuk mengadakan perpustakaan jalanan di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, dan ruang belajar di Tanah Rendah 1, Kebon Pala, Jatinegara, Jakarta Timur. Biasanya, perpustakaan jalanan berlangsung setiap Sabtu dan Minggu sore.
Dua bulan belakangan, mereka kembali mengadakan perpustakaan jalanan dan kegiatan lain, seperti latihan tari tradisional dan pasar gratis, di bantaran Kali Ciliwung, Jakarta Timur. Sayangnya, kegiatan tidak berjalan mulus karena jadi rebutan antara rukun warga dan ormas setempat.
Pegiat Literaksipop Agam mengatakan, literasi jalanan tidak boleh berhenti karena anak-anak minim bahan bacaan dan cukup kesulitan selama pembelajaran jarak jauh. ”Kami sedang berdiskusi dengan pihak setempat agar dapat kembali melakukan aktivitas seperti yang sudah berjalan sebelumnya,” ujar Agam.
Di sisi lain, mulai banyak anak muda terjun ke dalam kancah perpolitikan tanah air. Dari situ, mereka semampunya berjuang masa depan bangsa yang lebih baik.
Dara Adinda Kesuma Nasution (24), politisi dari Partai Solidaritas Indonesia, menjadikan perbincangan sumbangsih kaum milenial sebagai pelecut untuk lebih banyak berkontribusi kepada negara.
Baginya, kaum milenial kini bukan dimanjakan oleh pemerintah lewat berbagai kemudahan, melainkan diberi lebih banyak ruang. Selanjutnya ialah menggebrak lewat berbagai inisiatif atau gerakan. ”Belum cukup banyak (sumbangsih), berusaha kontribusi lebih baik lagi. Lakukan apa yang bisa dulu,” kata Dara.
Dara, misalnya, bersama kader partai turun ke lapangan untuk sosialiasi protokol kesehatan sebagai pencegahan Covid-19 dan bermitra dengan kawula muda di sektor lain, seperti petani di daerah.
Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Nasdem Hillary Brigitta Lasut (24) melihat kaum milenial bergerak cepat lewat tawaran ide, gagasan, dan perubahan meskipun tidak banyak pengalaman. Asalkan diberi kesempatan akan mampu menunjukkan kapasitasnya.
”Indonesia ada dalam situasi segala sesuatu dimudahkan oleh teknologi. Ada layanan ojek daring, toko daring, dan lainnya, itu semua lewat tangan anak muda,” ujar Hillary. Ia sebagai bagian dari generasi milenial sebisa mungkin menyuarakan aspirasi dalam setiap keputusan Komisi III.
Ada beragam cara kawula muda yang populer disebut generasi milenial untuk berkontribusi kepada negara. Entah lewat jalan sunyi ataupun jalan penuh sorotan. Kedua pundakmu memikul harapan masa depan bangsa yang lebih baik.