Persaingan mendapat pekerjaan semakin ketat di masa pandemi Covid-19. Para pelamar kerja dituntut memiliki keterampilan baru.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Persaingan mengisi lowongan kerja semakin ketat di masa pandemi Covid-19. Sebab lowongan kerja sebenarnya tetap tersedia, namun dengan jumlah yang masih belum normal dibandingkan tahun lalu. Peluang mendapat kerja terbuka, namun kini semakin butuh skill terkait dunia digital.
“Sebelum pandemi Covid-19, untuk satu lowongan kerja rata-rata dilamar 400 orang, setelah pandemi rata-rata 850 pelamar. Untuk posisi tertentu ada yang sampai ribuan. Artinya, persaingan memang semakin ketat,” kata Country Manager PT JobStreet Indonesia Faridah Lim di acara jumpa pers daring bertajuk "Membantu Pekerja dan Perusahaan di Indonesia Membangun Kembali Bisnis dan Karier Mereka", Rabu (7/10/2020),
Persaingan berburu lowongan kerja yang meningkat terkait dampak dari pandemi Covid-19. Dari survei JobStreet Indonesia pada 5.131 pekerja dan 486 perekrut di bulan Mei, menunjukkan lebih dari setengah atau 54 persen pekerja terdampak pandemi. Pekerja yang diberhentikan secara permanen berkisar 35 persen dan yang dirumahkan sementara sebanyak 19 persen.
“Pekerja yang terdampak yakni yang sedang tidak kerja fulltime sebesar 60 persen dan berpenghasilan di bawah Rp 2,5 juta,” jelas Faridah.
Alhasil, kondisi dunia kerja yang mengalami krisis ini menimbulkan ketidakpuasan yang semakin tinggi pada kualitas hidup. Jika ada yang masih bekerja, para pekerja mengalami pemotongan gaji, serta tuntutan pada cara kerja baru yang dapat mempengaruhi semangat kerja.
Farida memaparkan sebelum pandemi, lowongan kerja di JobStreet.com mencapai 30.000 lowongan/bulan dari 10.000 perusahaan. Di kurun Maret – Mei ketika masih Pembatasan Sosial bersakal besar (PSBB), lowongan kerja turun drastis hanya 8.000 – 10.000 lowongan.
“Di Juni ketika PSBB transisi, kami melihat lowongan kerja sudah naik 20.000 /bulan. Tapi jumlahnya tetap lebih rendah sebelum pandemi,” kata Faridah.
Dari sisi jumlah pencarian kerja, lanjut Faridah, terjadi lonjakan signifikan. Hal ini terlihat dari akses ke JobStreet.com yang naik 11 persen dibandingkan periode yang sama. Pada April – Juni, jumlah pencarian kerja mencapai 300 juta orang.
“Sebelum pandemi pecarian kerja lewat beragam channel. Sekarang lebih langsung dari aplikasi di mobile phone. Download aplikasi Jobstreet.com meningkat tajam,” kata Faridah.
Sementara itu, Direktur Statistik Kependudukan dan Ketengakerjaan Badan Pusat Statistik Nurma Midayanti, mengatakan BPS merespon cepat kondisi pandemi dengan mengadakan beberapa survei secara daring baik dari sisi permintaan maupun penawaran. “Hasilnya memang mirip seperti yang disampaikan JobStreet.com. yang bekerja kini berkisar 56 persen,” kata Nurma.
Nurma menyebut sejumalha sektor industri yang paling terdampak yakni akomodasi dan makann-minuman, jasa lainnya, serta transportasi dan pergudangan. Perusahaan mengambil kebijakan untuk bertahan dengan cara pengurangan jam kerja, merumahkan karyawan tanpa dibayar, merumahkan sebagian, merumahkan dengan dibayar penuh, serta memberhentikan dalam waktu singkat.
Peluang Lowongan Kerja
Meskipun perusahaan melakukan pengurangan tenaga kerja, namun permintaan tenaga kerja baru juga tetap ada. Menurut Farida, perusahaan masih merekrut pekerja, terutama untuk 10 jenis pekerjaan.
Adapun lowongan pekerjaan yang masih berpeluang merekrut pekerja dalam enam bulan ke depan yakni untuk mengisi posisi sales/customer service, admin & HR, akutansi, dan engineering. Selanjutnya, IT, marketing/PR, manufacturing, mnajemen, transportasi dan logistik, serta banking & finance.
Adapun lima industri yang masih merekrut pekerja di masa Pandemi Covid-19 yakni manufaktur/produksi, general trading & grosir, perbankan/layanan keuangan, ritel/merchandise, serta computer/information/technology (software). “Perusahaan IT selalu terbuka. Tapi jumlah lowongan tidak terlalu banyak karena dengan IT kan pekerja jadi efektif,” kata Faridah.
Faridah menambahkan, JobStreet Indonesia memiliki sejumlah inisiatif untuk membantu perusahaan dan pencari kerja di Tanah Air lewat kampanye #LewatiBersama. “Program ini untuk pekerja maupun dunia usaha agar bangkit kembali. Kami menjembatani keduanya,” kata Faridah.
Penyesuaian keterampilan
Faridah mengatakan masih terbukanya peluang kerja di masaPandemi Covid-19, perusahaan menuntut skill yang baru sesuai dengan kondisi saat ini. Dari sisi perekrutan, kini perusahaan memanggil dan mewawancarai secara digital.
“Untuk fresh graduate ataupun yang sudah berpengalaman kerja, skills sekarang ini penting untuk familiar dangan teknologi digital. Contoh sederhana, saat interview kini sudah dengan teknologi. Tapi masih ada pencari kerja dihubungi untuk wawancara virtual, tapi belum familiar dengan aplikasi yang biasa dipakai saat ini,” jelas Faridah.
Menurut Faridah, masa ini memang harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan diri supaya tetap relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Banyak perusahaan yang mem-PHK karyawan, namun anehnya membuka lowongan kerja. Hal ini lebih karena ada perubahan cara kerja yang lebih membutuhkan tenaga kerja yang cakap dalam skill kemampuan digital sesuai dengan bisnis baru berbasis digital yang kian berkembang.
Sri Lestari Sukarno, Human Resources Services Assistant Manager PT Panasonic Gobel Indonesia mengatakan di dalam curriculum vitae kandidat harus mampu merefleksikan kemampuan yang dimiliki mendukung kebutuhan perusahaan. “Semua sekarnag harus dengan sistem digital. Jadi ya harus memiliki kemnampuan tersebut,” ujar Sri.
Hal senada disampiakan Almer Hafiz, Talent Acquisition & Scoting Manager Danone Indonesia. “Keadaan saat ini perliaku berubah, enggak ada lagi tatap muka tradisional. Kami menutut kandidat berubah karena keadaan berubah. Otomatis skill harus ditambah terkait pandemi seperti digital marketing, media sosial, analisa big data. Kami membutuhkan pekerja dengan kemampuan ini,” kata Almer.